Kasus Kutipan Kepada Pedagang di Objek Wisata Pantai Cermin

kemampuan untuk dapat mengembangkan objek wisata Pantai Cermin ini dengan tetap menjaga kelestarian untuk kelancaran kelangsungan kegiatan pariwisata. Pada bab ini akan dibahas mengenai kasus-kasus bisa dikatakan juga dalam bentuk konflik 6 yang ditimbulkan oleh kehadiran objek wisata Ancol Theme Park di objek wisata Pantai Cermin. Yang mana pengertian kasus pada bagian ini merupakan hasil dari dampak-dampak yang ada sebelumnya, bisa dalam bentuk tindakan karena adanya dampak pasti akan menimbulkan adanya respon dari masyarakat

5.1. Kasus Kutipan Kepada Pedagang di Objek Wisata Pantai Cermin

Pada hakekatnya pengembangan pariwisata harus dilakukan secara integratif dan komprehensif dengan melibatkan seluruh komponen, potensi-potensi yang dimiliki, serta kebiasaan maupun aturan yang berlaku dalam masyarakat. Hal yang didasari oleh pemikiran bahwa pariwisata merupakan suatu industri yang sangat kompleks serta memiliki keterkaitan dengan berbagai sektor, seperti sektor transportasi, komunikasi, teknologi, pertanian, maupun terhadap objek wisata itu sendiri. Sejalan dengan pernyataan di atas pada kenyataannya yang terjadi adalah malah sebaliknya, pada dasarnya yang terjadi pada masyarakat yaitu pihak Theme Park tidak melibatkan menjalin kerja sama dengan masyarakat akan penglolaan objek wisata. Apalagi adanya bentuk kutipan-kutipan yang diberlakukan kepada pedagang di objek wisata Pantai Cermin tersebut. Pedagang harus mengikuti segala peraturan yang ditetapkan oleh pihak Theme Park, misalnya saja dalam mengoperasikan pintu gerbang masuk yang tergantung pada pihak Theme Park kapan saja mereka berniat untuk Universitas Sumatera Utara meneriman atau tidak menerima wisatawan untuk masuk. Dalam kondisi yang seperti ini, yang dihadapkan kepada masyarakat, hal ini merupakan fenomena besar yang membawa perubahan-perubahan dari berbagai aspek kehidupan para pedagang. Apalagi dulu sewaktu pembangunan Theme Park baru selesai dibangun dan diresmikan pada tahun 2005 yang lalu, pedagang harus sepenuhnya mengikuti peraturan yang dibuat oleh pihak Theme Park terlebih lagi ketika mereka harus berjualan di tempat yang telah disediakan oleh pihak Theme Park. Ketika mereka melakukan kegiatan jual beli kepada pengunjung wisata pedagang tidak bisa langsung menjual barang dagangannya termasuk dalam menentukan harga. Pemesanan dan penawaran makanan dan minuman kepada pengunjung dilakukan langsung oleh pegawai dari pihak Theme Park. Setelah itu, orang yang menentukan harga barang serta yang meminta langsung uang pembayaran barang ataupun menu makanan apa saja yang telah dipesan oleh pengunjung lagi-lagi pegawai dari pihak Theme Park. Dari masalah yang telah teruarai di atas terlihat bahwa dalam hal ini pedagang di jadikan sebagai korban yang harus menuruti segala peraturan yang dibuat oleh pihak Theme Park. Secara tidak langsung pedagang terikat dengan pihak Theme Park untuk dijadikan sebagai pekerja khusus tukang masak untuk memenuhi permintaan pengunjung dengan memasak makanan yang telah dipesan melalui pegawai Theme Park. Secara otomatis maka pihak yang diuntungkan disini adalah pihak Theme Park karena pedagang tidak mengetahui seberapa mahalnya makanan yang dijual kepada pengunjung serta keuntungan yang mereka peroleh dari hasil penjualan. Tidak hanya itu pihak Theme Park memberikan uang hasil penjualan kepada pedagang langsung dengan 6 Konflik adalah proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan Universitas Sumatera Utara harga standar, seperti ketika pedagang berjualan bukan di kawasan objek wisata, tidak bisa menentukan harga sendiri agar memperoleh keuntungan dari modal yang telah dikeuarkan dalam menyajikan makanan selayaknya berjualan di sekitar objek wisata. Karena masyarakat merasa diperlakukan tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Maka para pedagang terutama masyarakat setempat yang tinggal di dekat lokasi objek wisata tersebut mengambil keputusan untuk tidak lagi membuka usahanya disana. Buk Tati, Wiraswasta 50 Tahun merupakan masyarakat setempat yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi objek wisata Pantai Cermin. Dulu, sebelum objek wisata Theme Park hadir disana ibu ini berjualam di sana mengatakan. “Pedagang yang berjualan di objek wisata Pantai Cermin tersebut pada umumnya bukanlah masyarakat setempat yang tinggal yang tinggalnya dekat dengan lokasi objek wisata Pantai Cermin Dusun I. Kebanyakan pedagang yang berjualan di sana adalah masyarakat yang berasal dari luar daerah sekitar objek wisata ini. Dulu masyarakat sekitar lokasi wisata ini banyak yang membuka usahanya disana termasuk saya, tapi setelah kehadiran Theme Park satu persatu kami keluar dari sana untuk tidak berjualan lagi”. Disisi lain yang menjadi penyebab masyarakat setempat yang tinggal dekat dengan lokasi objek wisata Pantai Cermin tidak ingin berjualan lagi di sana karena mereka melihat sering terjadi cekcok diantara sesama pedagang. Apalagi dalam memperebutkan pengunjung wisata apalagi setelah kehadiran Theme Park di sana membuat pedagang harus berusaha sekeras mungkin mengambil hati para pengunjung agar mau membeli dagangan mereka . Hal seperi itu yang membuat mereka tidak nyaman dan merasa tidak kuat mental dalam adu otot dan mereka merasa lebih nyaman dengan penghasilan suami mereka sebagai nelayan walaupun hasilnya pas-pasan. jalan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Universitas Sumatera Utara Disamping itu pedagang jadi terpaksa harus berjualan di tempat yang disediakan oleh pihak Theme Park dengan tempat dan jumlah pedagang ditentukan terbatas. Selain itu juga mereka harus membayar iuran yang telah ditentukan oleh mereka, sementara itu pedagang tidak bisa berbuat apa-apa dengan banyaknya kutiapan yang dipatokkan kepada mereka. Para pedagang pun terpaksa menaikkan tarif harga jualan mereka supaya mendapat untung yang nantinya untung tersebut dapat dibagi-bagi demi untuk membayar iuran dan sisanya dibawa ke rumah untuk dijadikan membeli kebutuhan rumah tangga. Sementara itu pengunjung jadi lebih banyak mempertimbangkan untuk membeli dagangan yang ada di sana karena berfikir harga-harga sangat mahal, tidak hanya itu harga fasilitas pondok yang disediakan juga terbilang mahal dibandingkan di lokasi objek wisata yang terdapat di dearah lain. Yang mana hasil dari keputusan mereka untuk menaikkan tarif sebenarnya semakin merugikan pedagang. Hal tersebutlah yang semakin menyebabkan para pengunjung yang datang kesana sering membawa bekal makanan sendiri. Dalam bentuk kasus berbagai kutipan yang diberlakukan kepada pedagang mandapatkan respon aksi protes langsung dari informan yang bernama Buk Nuraini 45 Tahun Pedagang berbagai jenis makanan mie dengan berbagai jenis masakan, udang, dan kerang sesuai dengan permintaan cara penyajiannya dan berbagai jenis minuman dan es: “Banyak hal sebenarnya yang membuat kami kecewa setelah kehadiran Theme Park ini misalnya masalah kutipan yang besar yang diberlakukan kepada kami para pedagang yang sudah tidak sesuai dengan jumlah penghasilan yang kami dapatkan”. Universitas Sumatera Utara Sehingga salah seorang dari pedagang yang berada di lokasi objek wisata Pantai Cermin mencoba mengambil inisiatif sendiri dengan memberanikan diri untuk menyampaikan protes atas apa yang dirasa merupakan hal yang tidak wajar. Dengan pernyataan yang disampaikan oleh salah seorang pedagang. “Saya sering protes kepada petugas kutipan dari Pemkab Serdang Bedagai dengan berkata ‘dulu sebelum ada Theme Park di objek wisata Pantai Cermin ini kami tidak pernah dimintai kutipan-kutipan dalam jenis apapun seperti ini. Sekarang penghasilan kami pun menurun kok malah lebih banyak jenis kutipan yang diberlakukan kepada kami’, dengan singkat petugas kutipan tersebut pun menjawab “kalau tidak setuju dengan ini semua silahkan saja tidak usah berjualan disini sekalian saja juga angkat kaki dari disini”. Bagaimana para pedagang mau angkat kaki dari objek wisata Pantai Cermin ini sementara berjualan disini sudah mendarah daging bagi mereka karena mereka sudah lama berjualan disana bahkan waktu sebelum objek wisata Theme Park hadir di sana. Berjualan ini merupakan sumber penghasilan bagi mereka walaupun dengan hasil pas- pasan, tetpi disamping itu suami mereka bekerja juga sebagai nelayan ataupun buruh bangunan. Dengan mendengarkan jawaban yang dilontarkan oleh petugas kutipan dari Pemkab tersebut yang membuat luka yang mendalam dihati pedagang. Sesuai dengan pernyataan Buk Nuraini, pedagang 45 Tahun: “Sekarang Saya pribadi tidak pernah lagi mau protes-protes kepada pihak manapun karena sama sekali tidak membuahkan hasil apapun, lagipula ketika teman-teman yang lain sesama pedagang diajak untuk sepakat kompak melakukan protes tidak ada yang mau, jadi saya berfikir sendiri seandainya protes tersebut berhasil toh nanti yang merasakan hasilnya sama-sama sementara yang mendengar-dengar perkataan yang kasar-kasar dari petugas kutipan hanya saya”. Universitas Sumatera Utara Hal tersebutlah membuat ibu Nuraini ini tidak mau lagi untuk melakukan protes ke pihak manapun karena ketika teman yang lain sesama pedagang diajak untuk kompak dalam melakukan aksi protes saja tidak ada yang pernah mau. Padahal jika seandainya nanti setelah protes tersebut membuahkan hasil yang merasakan adalah sama-sama dan bukan hanya ibu ini. Memang pandangan ibu tersebut sangat bijak karena tidak mau mengambil tindakan sendiri-sendiri.

5.2. Kasus Lowongan Pekerjaan