1.7. Analisa Data
Anlisis data merupakan proses mengurut-urutkan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar Patton, 1980:268 dalam
Moleong, 2002:103. Data yang terkumpul yang berasal dari hasil wawancara dengan informan serta dari hasil observasi akan diperiksa kembali kelengkapannya, apakah data
yang diperoleh sudah lengkap. Data-data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisis secara kualitatif. Langkah berikutnya adalah mengkategorikan data tersebut
berdasarkan fokus pertanyaan penelitian, kemudian diurutkan hingga menjadi sebagai suatu susunan atau rangkaian yang saling berhubungan dan sistematis.
Kemudian dalam penulisan laporan disesuaikan dengan data yang diperoleh. Data-data yang akan ditulis akan diperkuat dengan data kepustakaan yang berupa teori-
teori. Dalam menulis dan menganalisis, peneliti juga menambahkan data-data berupa hasil obsevasi yang peneliti dapatkan pada saat berada di lapangan sebagai penguat data
hasil wawancara yang telah diklasifikasikan sebelumnya.
1.8. Rangkaian Pengalaman di Lapangan
Peneliti memulai pencarian data langsung ke lapangan mulai pada bulan Februari 2010. Sebagai langkah awal peneliti melapor kepada kantor Camat Pantai
Cermin setelah itu baru ke kantor Kepala Desa setempat dan menyerahkan surat pengantar Surat Izin Penelitian yang dibawa dari Universitas Sumatera Utara. Setelah
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan keberadaan penulis untuk melakukan penelitian di kawasan Pantai Cermin Kanan lebih tepatnya merupakan letak beradanya
objek wisata Ancol Theme Park yang baru beberapa tahun hadir di sana. Dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
penulis diterima dengan baik oleh para pegawai, baik itu para pegawai di kantor Camat maupun pegawai yang berada di kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan.
Hari itu juga penulis diberi surat jalan selama penelitian dan juga diperuntukkan agar ditunjukkan ke Kepala Dusun I karena lokasi objek wisata Pantai Cermin berada di
dusun I. Surat jalan yang diberikan oleh pegawai yang bertugas di kantor Kepala Desa tersebut berguna dengan isi surat yang menyatakan agar apabila penulis menghadapi
kendala serta gangguan dari masyarakat setempat maupun pihak lain mendapatkan perlindungan, sebaliknya apabila penulis melakukan bentuk keributan maka akan
diberikan sanksi. Langkah berikutnya yang dilakukan oleh penulis, esok harinya yaitu langsung
memulai kegiatan wawancara dengan masyarakat khususnya para pedagang di objek wisata Pantai Cermin juga kepada masyarakat setempat khususnya yang tinggal di
dusun I Pantai Cermin Kanan. Secara keseluruhan, para informan yang diwawancarai sangat komunikatif dan ramah dalam melayani penulis selama proses wawancara
berlangsung. Walaupun kadang kala terdapat informan yang memberikan informasi salah, dimana informasi yang ia berikan dengan yang informasi diberikan informan
yang lain sama sekali tidak memiliki kesamaan. Ditambah lagi ketika penulis melakukan kegiatan wawancara dengan satpam yang bertugas di pintu masuk objek
wisata Pantai Cermin, ada seorang satpam yang menghampiri informan dan penulis berkata “kami tidak berani memberikan informasi takutnya tidak akurat, sebaiknya
kalian masuk saja dan bertemu langsung saja dengan Manager pengeloala Theme Park “hal tersebut sangat membuat penulis sangat kecewa padahal saat itu pertanyaan penulis
sangat sederhana”.
Universitas Sumatera Utara
Namun karena wawancara dilakukan dengan tidak terlalu formal dimana pembicaraan dilakukan seperti pembicaraan biasa dengan sama sekali tidak
menggunakan alat bantu seperti alat perekam dan kuesioner yang nantinya membuat informan takut. Akhirnya mereka mau memberikan informasi mengenai dampak yang
dirasakan masyarakat setelah kehadiran objek wisata Ancol Theme Park di objek wisata Pantai Cermin. Menurut penulis faktor yang mendukung kelancaran saat melakukan
wawancara dipengaruhi oleh keadaan, dimana penulis merupakan salah seorang warga yang masih tinggal di Kecamatan Pantai Cermin yang membuat para informan bisa
menerima penulis dengan baik karena penulis dianggap puteri daerah dan masih satu wilayah kecamatan dengan mereka.
Berikutnya kendala yang dihadapi oleh penulis yaitu saat memperoleh informasi mengenai sejarah Desa Pantai Cermin Kanan. Beberapa hari berturut-turut penulis
mencoba bertanya kepada masyarakat tidak ada yang tahu. Kemudian penulis mencoba kembali mendatangi kantor Kepala Desa Pantai Cermin Kanan, disana penulis bertemu
dengan Sekretaris Desa dan menanyakan tentang sejarah desa serta siapa saja tokoh- tokoh yang berperan. Dengan jawaban yang menyatakan beliau tidak tahu dan toko-
tokohnya pun sudah meninggal sehinggga membuat penulis kembali kecewa.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Singkat Desa Pantai Cermin Kanan
Hubungan antara masyarakat Desa Pantai Cermin Kanan dengan dusun lainnya dihubungkan dengan jalan aspal dikarenakan daerah ini merupakan kawasan pariwisata
yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Oleh sebab itu diupayakan jalan menuju objek wista tersebut memadai agar menjadi sebuah daya tarik
tersendiri bagi pengunjung. Dalam kehidupan sehari-hari hubungan antara masyarakat yang satu dengan yang lain terlihat aman dan tentram walaupun di daerah ini terdapat
masyarakat yang terdiri dari beragam suku. Sejarah nama Desa Pantai Cermin kanan pada dahulunya cerita orang tua yang
telah lama menetap disana dan bisa dikatakan orang yang paling tua disana, menurut informasi yang penulis dapatkan bahwa nama Desa Pantai Cermin Kanan disebakan
karena letaknya tepat disebelah kanan bila datang dari Medan menuju Kecamatan Pantai Cermin. Ditambah lagi di daerah tersebut terdapat kawasan pesisir pantai yang saat ini
sudah menjadi kawasan pariwisata. Terebentuknya Pantai Cermin Kanan sejak tahun 1958 dipelopori oleh Adzla Hasan, Kaslani, dan Yak Denak. Pada saat itu ketiga
pelopor di atas berusaha untuk merebut kawasan pantai cermin dari pemberontakan Simbolon dan Nainggolan pada saat pemerintahan Soekarno. Saat itu banyak pengungsi
dari luar daerah yang tinggal disana menentang karena para pemberontak Simbolon dan Nainggolan berusaha untuk menguasai kawasan Pantai Cermin seutuhnya.
Universitas Sumatera Utara
Padahal sebelumnya para pengungsi bebas untuk tinggal di daerah tersebut. Setelah berjuang keras pada akhirnya daerah kawasan Pantai Cermin tersebut bisa di
rebut kembali oleh ketiga pejuang pelopor Pantai Cermin dari tangan para pemberontak tersebut. Saat itu pula para pengungsi bisa untuk kembali tinggal di sana. Dan pada saat
itu pula ditetapkan nama daerah tersebut dengan sebutan Desa Pantai Cermin Kanan. Ketika itu kondisi kawasan Desa Pantai Cermin Kanan masih seperti hutan belantara.
Kemudian satu-persatu orang-orang berdatangan dan memilih untuk tinggal disana apalagi pada saat itu masyarakat bebas dalam menggarap tanah untuk dijadikan hak
milik, dan sesuka hati dalam memilih mana lahan yang mereka suka dan layak untuk dijadikan tempat tinggal mereka.
Setelah dikeluarkan pemerintah undang-undang darurat pada tahun 1942 mengenai wilayah pemukiman yang berbunyi: “segala sesuatu yang diambil dan yang
telah dianggap milik masyarakat terhadap lahan permukiman menurut Undang-undang darurat ini dinyatakan “sah” maka mulai banyak orang-orang berdatangan untuk
menempati lahan yang ada termasuk di pinggiran pantai. Sehingga pada saat ini Desa Pantai Cermin sudah terlihat ramai dipadati oleh masyarakat. Bentuk rumah ataupun
pola pemukiman yang ada disana tidak beraturan, apalagi ketika kita mengunjungi kawasan pemukiman yang agak masuk ke dalam gang-gang terlihat sekelompok rumah
masyarakat yang tidak beraturan bentuk penyusunannya karena pada waktu pertama kali pendatang tiba mereka belum memikirkan mengenai tata cara pemukiman perumahan,
bangunan rumah, arah jalan, sirkulasi udara atau yang lainnya belum tertata rapi dan ada juga rumah yang terletak jauh dari antara masyarakat yang lain dan tidak mempunyai
jalan yang layak.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Kondisi Geografis Desa