Kehidupan Sosial dan Ekonomi Setelah Kehadiran Theme Park

lokasi objek yang terdapat di Kecamatan Pantai Cermin yang sering membuat para wisatawan ingin sekaligus mengunjungi beberapa lokasi objek wisata yang ada disana. Disamping itu pada umumnya para pengunjung khususnya wisman yang datang secara rombongan dengan paket kunjungan yang terjadwal dan terbatas waktunya tidak menginap. Oleh karena itu interaksi antara wisatawan mancanegara dengan masyarakat setempat terjadi hanya dalam kurun waktu yang singkat.

4.2. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Setelah Kehadiran Theme Park

Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata, sangat ditentukan oleh beberapa faktor sebagai modal dasar. Oleh karena itu, dalam melihat sejauh mana penerimaan masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata, menurut hemat penulis ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh, yaitu: tingkat pendidikan, gender, jarak antara tempat tinggal dengan obyek wisata sentra-sentra pariwisata, tingkat kekerabatan, sejauh mana perkembangan pariwisata tersebut berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat, dan faktor penghayatan keagamaan yang harus kuat terhadap perubahan yang akan hadir disebabkan oleh kedatangan para wisatawan. Berdasarkan pemahaman di atas, maka kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat dibahwa ini. Sejalan dengan pernyataan di atas ada dua bentuk dampak yang ditimbulkan akbiat interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal: 1 kontras sekali antara kekayaan di kawasan objek wisata dengan keadaan di luarnya. Larangan bagi penduduk untuk ikut menggunakan fasilitas alam yang sebenarnya bersifat umum, seperti pantai yang ditutup, dengan mudah menimbulkan iri hati atau kecemburuan sosial, atau rasa Universitas Sumatera Utara rendah diri pada masyarakat; 2 bahwa ada golongan-golongan tertentu yaitu golongan yang mampu, meniru tingkah laku mereka yang tidak cocok dengan kebudayaan masyarakat setempat. Kedua dampak diatas, dapat menimbulkan kesan yang negatif bagi masyarakat lokal. Dampak-dampak tersebut dapat dilihat setelah kehadiran objek wisata Theme Park, yang berpangaruh besar terhadap para pedagang di objek wisata Pantai Cermin ketika mereka membandingkan bagaimana keadaan yang mereka rasakan sebelum dan sekarang setelah hadir Theme Park di Pantai Cermin. Larangan tersebut dalam bentuk tidak boleh mendirikan tempat berjualan dan pondok pribadi, harus mengikuti segala peraturan yang ditentukan oleh pihak Theme Park. Contoh lain juga yang dirasakan oleh para pedagang di objek wisata Pantai Cermin yaitu ketika hari raya besar malam Capgomeh sebenarnya saat-saat seperti inilah yang dinantikan oleh para pedagang yang mana sebelum hadirnya Theme Park disana keuntungan mereka bisa mencapai dua kali lipat dari modal penjualan. Sementara itu, pada perayaan Capgomeh tersebut pihak Theme Park membuat ketetapan yang harus diikuti oleh para pedagang yaitu: dengan menutup pintu gerbang 4 utama masuk. Apabila terdapat pengunjung yang hendak masuk, dari petugas pihak Theme Park akan melakukan penyeleksian terhadap pengunjung dengan cara menghentikan pengunjung lalu bertanya “apakah pengunjung hanya ingin sekedar menikmati keindahan pantai saja atau ingin berkunjung bahkan menginap di hotel milik pengusaha Theme Park”. Apabila pengunjung tersebut hanya ingin sekedar menikmati keindahan pinggir Pantai Cermin saja, mereka tidak akan memberikan izin masuk Universitas Sumatera Utara pengunjung wisata tersebut, tetapi apabila pengunjung ingin berkunjung dan menginap di hotel milik pengusaha Theme Park penjaga pintu masuk tersebut akan dengan senang hati memberikan izin masuk kepada pengunjung wisata tersebut. Hal tersebut terbukti dengan ungkapan oleh Ibu atik 51 tahun yang menyatakan bahwa: “Dulu, sebelum kehadiran Theme Park di objek wisata Pantai Cermin ini terkhusus pada malam perayaan Capgomeh untuk mendapatkan untung sebesar Rp. 500.000,- dari penjualan itu sekejap mata. Tetapi sekarang jangankan mendapatkan untung, berjualan pun kami tidak diperbolehkan pada perayaan malam Capgomeh karena pihak Theme Park menutup pintu gerbang utama untuk masuk bagi pengunjung yang akan masuk dan terpaksa kami harus cuek berusaha untuk tidak perduli apa yang dikatakan oleh mereka kami pun tetap mencuri-curi untuk berjualan ”. Selanjutnya diberlakukannya berbagai jenis kutipan kepada para pedagang yang menggunakan fasilitas yang ada. Hal inilah yang sangat memberatkan para pedagang karena mereka merasa jenis kutipan tersebut sangat banyak dan nilainya besar, yang dinilai tidak sesuai dengan hasil penjualan mereka sehari-hari apa lagi setelah hadirnya Theme Park disana. Berikut adalah besarnya nilai jenis kutipan tersebut yakni: sebesar Rp. 5000,- per minggu diberlakukan bagi yang menggunakan fasilitas tempat berjualan yang dikenal dengan sebutan pukot. Padahal dengan kehadiran pukot berjualan yang disediakan tersebut yang akan membuat jumlah masyarakat yang ingin berjulan di objek wisata Pantai Cermin dibatasi, sebesar Rp. 5000,- perbulan itu ditetapkan dengan alasan untuk petugas menjaga kebersihan lingkungan wisata yang pada kenyataannya tidak terlaksana dengan baik, sebesar Rp. 10.000,- per bulan diberlakukan bagi yang menggunakan arus listrik dalam kegiatan berdagang dengan dibuat pula ketentuan di 4 Pintu Gerbang merupakan tempat keluar-masuk resmi bagi pengunjung kawasan wisata. Di sini bisanya pengunjung dikenai tarif masuk yang besarnya tergantung ketentuan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara pakai ataupun tidak dipakai selama berapa pun lama itu harus tetap membayar iuran yang telah ditentukan. Disediakan juga bangunan toko yang cocok digunakan untuk tempat berjualan pakaian ganti juga souvenir. Toko tersebut disediakan bagi para pedagang dengan system kontrak sebesar Rp. 3000.000 per tahun. Namun, sekarang toko-toko tersebut sudah sering tutup karena pedagang sering mengalami barang dagangnya tidak laku. Akhir-akhir ini pedagang mendengar isu dari kerabat-kerabat mereka yang lain bahwasannya akan ada lagi jenis kutipan diberlakukan setiap hari kepada pada pedagang. Mereka sendiri pun tidak tahu kutipan tersebut ditentukan untuk apa. Yang mana hal tersebut lagi-lagi pasti akan lebih memberatkan masyarakat. Pondok-pondok permanen yang ada milik pihak Theme Park dan hasilnya juga diserahkan kepada pihak Theme Park dengan cara mereka menugaskan orang kepercayaan mereka untuk menjaganya setiap saat. Ketetapan harga dalam sewa pondok yaitu Rp. 60.000.- khusus hari libur dan Rp. 30.000,- untuk hari biasa serta disediakan alas duduk berupa tikar. Sementara itu Theme Park juga menyertakan fasilitas kamar mandi yang dapat digunakan oleh para wisatawan setelah puas melakukan aktivitasnya seperti mandi-mandi dan bermain air di pinggir pantai. Namun lagi-lagi fasilitas tersebut disediakan bukan untuk dapat dijadikan usaha bagi para pedagang tetapi masyarakat hanya dijadikan sebagai petugas penjaga saja dengan diberi upah sebagai imbalannya. Padahal sebelum hadirnya Theme Park yang menyediakan bangunan tempat berjualan dengan jumlahnya pun yang terbatas bagi pedagang yang dirasakan pedagang bukanya malah menambah penyerapan lapanga kerja bagi mereka, juga pondok-pondok permanen milik Theme Park. Kehadiran pondok-pondok dan bangunan sederhana Universitas Sumatera Utara tempat berjualan milik masyarakat terkhusus pedagang bisa ada di sana walaupun dengan kualitas yang sederhana, tetapi mereka bisa dengan leluasa untuk menentukan tempat yang mereka rasa strategis untuk dijadikan tempat berjualan. Merupakan sumber pendapatan yang paling cepat menghasilkan uang, karena tidak perlu mengeluarkan modal dan hasilnya bersih untuk pribadi hanya saja pada saat mendirikan atau memperbaiki ketika pondok tersebut rusak. Tidak seperti yang berjualan makanan harus mengeluarkan modal yang besar untuk membeli bahan yang akan disajikan, menyediakan alat-alat wadah untuk menyajikannya dengan jumlah yang besar, sesudah itu jumlah yang terjual setiap hari belum tentu banyak.

4.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang

Kehidupan para pedagang yang berada di lokasi objek wisata Pantai Cermin sebenarnya sangat tergantung pada berlangsungnya kegiatan pariwisata di lokasi objek wisata tersebut, ketergantungan para pedagang pada aktivitas pariwisata ini dikarenakan penghasilan pedagang di lokasi objek wisata pantai Cermin pada saat ini yang diperoleh hanya sekedar saja atau sering mereka sebut denga sebutan “daripada tidak ada kegiatan”. Apalagi pada saat hari-hari biasa maka pengunjung pun akan sunyi maka pada saat itu pula para pedagang sering menjual barang dagangannya hampir sama harganya ketika kita membeli di warung-warung biasa agar hasil penjualan tersebut dapat langsung terjual dan digunakan untuk belanja kebutuhan di rumah. Seperti yang diungkapkan seorang informan, salah seorang pedagang makanan di objek wisata Pantai Cermin yaitu: Universitas Sumatera Utara “Sebelum kehadiran Theme Park di sini, penghasilan dari untung penjualan kami selalu cukup untuk dibawa ke rumah dan dijadikan sebagai uang belanja kebutuhan namun, sekarang jika hari biasa sangat jarang pengunjung sering sekali kami menjual barang dagangan kami hampir sama harganya seperti di luar lokasi objek wisata dan kami tidak perduli walaupun keuntungannya tidak seberapa agar hasilnya ada untuk dibawa pulang”. Seperti yang diuraikan di atas sebelumnya tentang sistem pendapatan pedagang di lokasi objek wisata ini bahwa pendapatan yang diperoleh adalalah menurun jika dibandingkan pada saat sebelum hadirnya Theme Park disana. Menurut pengakuan beberapa informan yang membuka usahanya di lokasi objek wisata Pantai Cermin, penghasilan mereka berkurang hingga 50 dimana: “mereka menyebutkannya dulu, mendapatkan hasil penjualan pada hari biasa Rp. 50.000.00,- sangat gampang, sekarang jangankan mendapatkan sama seperti dulu, untuk mendapatkan Rp. 25.000.00,- saja pun sulitnya minta ampun penuturan informan dengan sangat mengeluh”. Disaat-saat ekonomi memburuk, serta memerlukan uang untuk dijadikan modal membeli barang ketika modal mereka sebelumnya terpakai untuk digunakan memenuhi kebutuhan mereka seha-hari kadang kala kehadiran sistem koperasi berbunga seolah- oleh menjadi dewa penyelamat bagi para pedagang. Adapun sistem pembayaran pinjaman mereka kepada pihak koperasi adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara pinjaman Rp. 1000.000.00,- dengan cicilan Rp. 30.000.00,- hari dalam jangka empat puluh hari lunas. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran Theme Park di lokasi objek wisata Pantai Cermin membawa dampak dalam perekonomian para pedagang. Sebagai dampak dari kehadiran Theme Park terhadap para pedagang, mereka jadi lebih berfikir diajari oleh keadaan untuk dapat mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi saat ini. Ada beberapa strategi yang mereka gunakan dalam mengatasi kesulitan ekonomi, yaitu dengan cara menjual barang dagangannya dengan tidak mengambil untung yang banyak asal banyak laku terjual, daripada tidak terjual sehingga sebelumnya mereka merasa rugi jika menyediakan makanan yang hanya tahan satu hari sebab wisatawan jarang membeli akhirnya busuk oleh sebab itu pedagang tidak mau belanja mebuat stock terlalu banyak. Strategi lain yaitu dengan cara meminjam uang dari sistem koperasi yang terdapat disana untuk dijadikan modal berjualan dengan membeli barang dengan berbagai jenis variasi agar kelihatan lebih menarik dilihat oleh pengunjung wisata.

4.2.2. Hubungan Sosial Antara Sesama Pedagang

Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang memilliki akal dan pikiran dan diharapkan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dimana manusia hidup dan tinggal, maka disanalah akan terjadi hubungan dengan orang-orang sekitar. Dengan terjadinya perubahan yakni kehadiran Theme Park di lokasi objek wisata Pantai Cermin yang memberikan pengaruh atau dampak terhadap kondisi ekonomi dan juga dalam hubungan sosial antara sesama pedagang, namun pengaruh tersebut merupakan Universitas Sumatera Utara tingkat intensitas waktu saja, dan kalau rasa solidaritas antar sesama pedagang tidak begitu berpengaruh oleh dampak tehadap perekonomian dan sosial yang ditimbulkan oleh kehadiran Theme Park. Dalam hal ini hubungan sosial antar sesama pedagang dengan masyarakat setempat berkurang dari segi interaksi mereka, perubahan tersebut terlihat dari kurang terjalinnya komunikasi diantara para pedagang dengan masyarakat yang tinggal disekitar objek wisata, hal ini diungkapkan oleh seorang informan Tati 50 Tahun bahwa: “sebelum Theme Park hadir di objek wisata Pantai Cermin ini masyarakat sekitar objek wisata ini masih banyak yang berjualan, tapi setelah hadirnya Theme Park disana, para pedagang banyak yang mengeluh. Dari situ kami langsung mengambil kebijakan untuk tidak lagi berjualan disana karena otomatis juga akan berpengaruh terhadap hubungan persaudaraan diantara kami apalagi dalam memperebutkan pengunjung”. Dari hal tersebut di atas jelaslah bahwa kehadiran Theme Park telah mempengaruhi hubungan sosial selain itu akan terjadi persaingan yang sangat tajam diantara masyarakat sekitar objek wisata Pantai Cermin, terutama para pedagang lebih mengutamakan bagaimana agar barang dagangannya laris. Berkurangnya nilai-nilai sosial yang terlihat diantara masyarakat pengelola dengan tidak adanya lagi rasa toleransi,hormat-menghormati menjaga perasaan diantara sesame pedagang pengelola objek wisata. Terlihat dari perilaku mereka saat memperebutkan para wisatawan. Mereka rela berkelahi dengan mengeluarkan kata-kata kasar demi memperjuangkan pengunjung agar mau singgah dipondok milik mereka dan dengan harapan pengunjung tersebut pun nantinya akan memesan makanan pada orang Universitas Sumatera Utara tersebut. Dari situ pula secara otomatis merupakan sumber penghasilan bagi para pedagang. Dengan adanya kondisi hubungan sosial yang mengalami perubahan diakibatkan kehadiran objek wisata Ancol Theme Park diatas bukan berarti para pedagang di objek wisata Pantai Cermin tertutup juga pergaulannya dengan masyarakat yang lain. Mereka sadar bahwa semuanya itu tidak boleh dikait-kaitkan apalagi dengan orang lain yang sama sekali tidak tahu akan masalah yang ada. Demikian juga dengan hubungan sosial antara para pedagang lainnya sudah berkurang, disebabkan kegiatan untuk menghasilkan uang itu lebih penting diatas segalanya, ditambah lagi dengan kondisi uang hasil penjualan mereka tidak sama lagi banyaknya dibandingkan waktu sebelum Theme Park hadir di objek wisata Pantai Cermin yang secara tidak langsung membuat para pedagang menjadi terikat hubungan dengan pihak Theme Park. Yang mana pihak Theme Park langsung membangun tempat mereka untuk berjualan dan langsung mengenakan berapa jenis kutipan pungutan biaya . Hal ini membuat pedagang tidak leluasa untuk menetukan tempat yang strategis bagi mereka untuk berjualan. Dari penjelasan di atas baik hubungan sosial antara para pedagang dengan masyarakat lainnya, maupun hubungan sosial sesama pedagang jelas berubah sebagai dampak kehadiran Theme Park di objek wisata Pantai Cermin. Namun bukan berarti hubungan sosial itu tidak ada, hanya saja alokasi waktu dan tempat yang membuat hubungan tersebut berubah, sementara nilai hubungan tersebut tidak hilang, dengan kata lain hubungan antara pedagang dengan masyarakat dan pedagang dengan sesama Universitas Sumatera Utara pedagang biasa-biasa saja, jelas mereka tetap satu kawasan tempat tinggal dan saling berinteraksi satu sama lain.

4.2.3. Hubungan Sosial Antara Pedagang Dengan Wisatawan

Di bidang perilaku kehidupan pedagang dengan wisatawan yang terjalin di sekitar objek wisata Pantai Cermin setelah perkembangan pariwisata yaitu kehadiran Theme Park yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Pantai Cermin, juga dirasakan adanya dampak pariwisata, walaupun kecil. Bahkan dalam hal ini sulit untuk mengatakan apakah perubahan-perubahan perilaku dalam masyarakat di sekitar objek wisata Theme Park dan sekitarnya itu memang sebagai akibat berkembangnya dunia kepariwisataan. Tanpa pariwisatapun akan terjadi perubahan-perubahan sosial budaya termasuk perilaku masyarakat misalnya saja terdapat dari beberapa faktor antara lain seperti majunya teknologi mass media dan pendidikan. Hubungan sosial antara pedangang dengan wisatawan setelah kehadiran Theme Park akan terlihat ketika transaksi jual beli berlangsung tak jarang juga dijumpai pengunjung yang mencoba menawar barang atau makanan yang akan dibeli. Namun pada sebahagian penjual ada yang mau mempertimbangkan bahkan menuruti permintaan harga yang disampaikan oleh pengunjung, pada sebahagian penjual yang marah dan menjawab permintaan pengunjung dengan nada kasar. Selanjutnya tak jarang pula para pengunjung wisata yang mengeluh terhadap pelayanan yang diterima dari penjual di objek wisata Pantai Cermin. Misalnya saja ketika pengunjung wisata yang datang ketempat berjualan makanan dan memesan makanan yang mereka inginkan dan berharap makan itu tersedia, namun pada tempat Universitas Sumatera Utara yang dituju pengunjung wisata tersebut tidak tersedia makanan yang mereka inginkan. Penjual tidak langsung berkata bahwasannya makanan yang mereka pesan itu tidak ada pada mereka, agar pengunjung dapat mengambil tindakan dengan pindah ke tempat lain yang menyediakan makanan yang mereka inginkan. Lalu pengunjung tersebut diuji kesabarannya dengan disuruh untuk untuk menunggu karena harus dipesan kepada pedagang yang lain yang menyediakan makanan tersebut. Dalam proses penantian pengunjung sampai makanan yang dipesan selesai dan siap untuk dihidangkan karena membutuhkan waktu yang lama karena harus dipesan lagi melalui pedagang yang lain, penjual tersebut tidak berlaku ramah dan setia menemani pengunjung dengan berbagi cerita dengan pengunjung tersebut agar waktu yang terisata untuk menunggu tidak terasa lama dan membosankan.

4.2.4. Hubungan Sosial Antara Pedagang dengan Pihak Theme Park

Dalam hal hubungan sosial antara pedagang dengan pihak Theme Park. Menurut informasi yang didapat dari wawancara kepada informan, sama sekali tidak terjalin dengan baik. Karena didukung lagi tidak pernah terjalinnya interaksi dan komunikasi langsung antara masyarakat terkhusus pedagang di objek wisata Pantai Cermin dengan pihak pemilik Theme Park apalagi keberatan para pedagang dalam penyediaan bangunan tempat untuk berjualan, juga terhadap keputusan pihak Theme Park dalam menentukan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada para pedagang. Meskipun dalam hal ini sering sekali para pedagang merasa sangat kecewa dan sesekali mereka ingin melakukan protes kepada pihak Theme Park, tetapi mereka tidak tahu jika mereka protes nantinya sampaikan kepada siapa dan ditujukan kepada siapa. Universitas Sumatera Utara Karena sampai saat ini masyarakat secara umum tidak mengetahui secara jelas siapa orang pemilik objek wisata Ancol Theme Park tersebut dan sampai saat ini masyarakat juga pedagang tahu hanya sekedar saja bahwa pemilik Theme Park adalah orang Malaysia dengan sebutan “Datuk” tetapi tidak mengenal orangnya secara jelas.

4.3. Dampak Sosial dan Ekonomi Terhadap Masyarakat Setempat