Kepentingan Ekonomi Faktor Internal

ketika terjadi lonjakan harga minyak yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi Qatar yang hanya meningkat sebanyak 13. Hal ini juga dikarenakan adanya perubahan kebijakan terhadap sektor gas dengan menangguhkan pengembangan produksi. 141 Dengan demikian, Qatar membutuhkan sektor lain sebagai sumber pendapatan selain dari sektor non-oil. Perluasan kerjasama dalam sektor non-oil dibutuhkan oleh Qatar dilihat dari sumber daya energi merupakan sumber daya terbatas yang tidak dapat diperbaharui. Meskipun Qatar memiliki tingkat persediaan minyak yang tinggi, yakni sebanyak 25.4 miliar barel, namun Qatar menjadi negara produsen utama dengan persediaan yang rendah dibandingkan negara lainnya seperti Kuwait, Irak, dan Arab Saudi. Persediaan ini akan berkurang dari tahun ke tahun dan mendorong Qatar untuk mengalokasikan sumber pendapatan utama di sektor non- oil. 142 Dengan demikian, dukungan yang diberikan Qatar kepada pihak NTC tidak terlepas dari kepentingan ekonomi negara tersebut.

b. Kepentingan Ekonomi

Faktor berikutnya yang memengaruhi kebijakan luar negeri Qatar terhadap krisis politik di Libya ialah dengan melihat kepentingan ekonomi Qatar. Kepentingan ekonomi merupakan faktor dominan yang mendorong sebuah negara untuk menetapkan sebuah kebijakan. Kepentingan ekonomi ini dapat berupa pencarian lapangan pekerjaan, pencarian sumber energi, atau mengenai keamanan 141 R ivlin, “Qatar: The Economics and The Politics”, 2. 142 Rivlin, “Qatar: The Economics and The Politics”, 3. akses ekonomi. 143 Dalam hal ini, kepentingan ekonomi yang dikejar oleh Qatar ialah kesempatan untuk bekerjasama dengan pihak Libya yang tidak hanya dalam sektor energi. Meskipun Qatar dan Libya merupakan dua negara Timur Tengah dengan sumber kekayaan minyak yang tinggi, kedua negara tersebut tidak memiliki jalinan kerjasama dalam sektor minyak ketika Libya masih berada di bawah kepemimpinan Qaddafi. Namun, ketika krisis politik terjadi di Libya dan terdapat pembentukan NTC di Libya, Qatar memiliki celah untuk menjalin kerjasama tersebut melalui pihak NTC. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu bentuk bantuan Qatar dalam krisis politik di Libya ialah membantu NTC memasarkan minyak mentah Libya dan bantuan tersebut menjadi salah satu jalan bagi Qatar untuk membuka peluang kerjasama dengan pemerintah Libya yang baru. 144 Meskipun sumber minyak yang dimiliki Qatar melimpah, namun sumber daya tersebut tidak dapat diperbaharui. Upaya Qatar untuk menghadapi permasalahan tersebut ialah membuka peluang kerjasama energi seluas-luasnya dan juga mengandalkan pemasukan ekonomi dalam negeri yang tidak hanya berasal dari sektor energi. Dalam mencari peluang kerjasama di sektor energi, Qatar berhasil mendapatkan peluang kerjasama dengan pihak NTC dalam menjual minyak Libya. Selain itu, Qatar juga berhasil mendapatkan kerjasama dibidang non-energi seperti dalam sektor infrastruktur 145 dan juga perbankan. 146 143 Mintz dan DeRouen Jr., Understanding Foreign Policy Decision Making, 130. 144 Mustafa El Labbad dalam Jenan Amin, et.al. , “Qatar: Aspirations and Realities”, Heinrich Böll Stiftung 4November, 2012: 22. 145 Ward, “Amid “Divorece” Talk”, 4. Kepentingan ekonomi yang dikejar Qatar dalam keterlibatannya di Libya dapat terlihat dalam kerjasama ekonomi. Paska kepemimpinan Qaddafi, investasi Qatar di Libya diketahui mencapai 10 miliar dollar AS. Selain itu terdapat beberapa proyek kerjasama infrastruktur yang dikembangkan seperti pembangunan hotel, komplek perumahan dan fasilitas hiburan. Proyek pembangunan ini dijalankan dibawah kerjasama antara perusahaan Qatar – Barwa Real Estate Company, dan perusahaan negara Libya – Libyan Development and Investment Company. 147 Masih dalam proyek infrastruktur, ALAQ juga membangun usaha komplek perumahan mewah bernama “The Waterfront”. Selain itu, dalam sektor penerbangan, Qatar Airways telah mengaktifkan operasi penerbangan Doha- Benghazi sebanyak empat kali dalam seminggu. 148 Jalinan kerjasama tersebut menjadi bukti eratnya hubungan bilateral antara Qatar dengan pemerintah Libya.

2. Faktor Eksternal