menarik  kembali  bantuan  yang  sebelumnya  diberikan.  Pada  29  Agustus  2010, pembaruan  perjanjian  gencatan  senjata  dilakukan  oleh  Qatar  meskipun  upaya
tersebut tidak membuahkan hasil. Kegagalan dalam memediasi konflik di Yaman ini  didasari  pada  kurangnya  monitoring  selama  proses  mediasi  serta  mekanisme
follow-up  yang  tidak  diterapkan  dan  membuat  Qatar  kurang  memahami  konflik tersebut.
100
Meskipun upaya mediasi yang dilakukan Qatar memiliki kelemahan pada setiap  prosesnya,  namun  peran  mediasi  tersebut  mampu  membentuk  citra  positif
bagi  Qatar.  Ketekunan  Qatar  dalam  mengupayakan  perdamaian  bagi  negara- negara  di  kawasan  Timur  Tengah  yang  menghadapi  konflik  internal  tidak  jauh
dari  kemampuannya  untuk  mendanai  proses  negosiasi,  memfasilitasi  pertemuan selama  proses  negosiasi,  komitmen  untuk  bersikap  netral  dan  menciptakan
perdamaian.
101
Namun  hal  tersebut  juga  tidak  dapat  terlepas  dari  upaya  Qatar untuk  tetap  mempertahankan  eksistensinya.  Sebagai  negara  kecil,  Qatar  ingin
menunjukkan bahwa eksistensinya di mata dunia tidak hanya dilihat dari kekuatan ekonomi tetapi juga kekuatan politik.
2. Kedudukan Qatar di Timur Tengah pada Masa Arab Spring
Peran  aktif  yang  dibangun  Qatar  di  kawasan  Timur  Tengah  sebagai mediator  membentuk  citra  positif  bagi  perpolitikan  Qatar  di  kawasan.  Tetapi,
berbeda  dengan  sikap  netral  yang  diterapkan  oleh  Qatar  terhadap  isu-isu  yang terjadi  sebelumnya,  pada  isu  Arab  Spring,  Qatar  lebih  mengaktifkan  peranannya
100
Barakat, “The Qatari Spring”, 17.
101
Kamrava, “Mediation and Qatari Foreign Policy”, 539.
dengan  lebih  memihak.  Sikap  keberpihakan  Qatar  ini  dicenderungkan  kepada pihak  pemberontak  dibandingkan  terhadap  rezim  yang  berkuasa.  Meskipun
perannya lebih banyak dilakukan berdasarkan keanggotaanya di dalam organisasi regional,  Qatar  tetap  menjadi  salah  satu  negara  yang  paling  aktif  dalam
menyuarakan pendapat dalam merespon fenomena tersebut. Dalam  fenomena  Arab  Spring,  terdapat  beberapa  negara  yang  terkena
dampaknya  meskipun  dengan  kapasitas  yang  berbeda.  Seperti  dalam  merespon gejolak  politik  yang  terjadi  di  Bahrain  pada  tahun  2011,  Qatar  memberikan
dukungan  terhadap  misi  yang  dijalankan  oleh  GCC  untuk  menumpas  para pemberontak. Selain dalam kasus Bahrain, gejolak politik yang terjadi di Yaman
juga mendorong Qatar untuk memberikan sikap meskipun masih berada di dalam kerangka kerjasama GCC. Qatar mendukung inisiatif GCC untuk memilih proses
negosiasi  dalam  masa  transisi  di  Yaman  dibandingkan  penurunan  rezim  Ali Abdullah Saleh secara langsung.
102
Berbeda  dengan  respon  yang  diberikan  Qatar  terhadap  Bahrain  dan Yaman,  dalam  menghadapi  kasus  yang  terjadi  di  Libya  dan  Suriah,  Qatar  lebih
memberikan  respon  secara  tegas.  Dalam  kasus  di  Libya,  Qatar  memberikan bantuan  baik  secara  politik,  finansial,  bahkan  militer  untuk  menunjang  para
pemberontak dan mencapai perdamaian.
103
Sedangkan di Suriah, melalui Perdana Menteri  Qatar,  Sheikh  Hamad  bin  Jassim  Al-Thani,  Qatar  berhasil  membujuk
pemimpin Suriah,  Bashar al Assad untuk menandatangani perjanjian perdamaian dengan Liga Arab terkait krisis politik di Suriah. Dalam keberpihakannya dengan
102
Khatib.“Qatar’s Foreign Policy”, 419.
103
Barakat, “The Qatari Spring”, 28.
pihak  oposisi,  Qatar  memberikan  pengakuannya  terhadap  pihak  oposisi  di  Libya National  Transitional  Council  dan  di  Suriah  National  Coalition  for  Syrian
Revolutionary and Opposition Forces.
104
Tabel 1. Indeks Perdamaian Global Tahun 2011 Negara
2011 2010
2009 2008
2007
Irlandia 11
6 12
6 4
Qatar 12
15 17
33 30
Swedia 13
10 6
13 7
Belgia 14
17 15
15 11
Jerman 15
16 16
14 12
Keterangan: Tahun 2011 Qatar menjadi negara dengan indeks perdamaian tertinggi  ke-12  di  dunia.  Berbeda  dengan  tahun  2008  yang  hanya  menempati
peringkat ke-33. Sumber
105
: The Guardian : Global Peace Indeks 2011.
B. Hubungan Bilateral Qatar dan Libya