Sejarah Singkat Majalah Femina
tersebut telah habis terjual. Bahkan mengalami perkembangan yang pesat pada edisi-edisi berikutnya. Sejak saat itu majalah Femina mulai terbit
setiap bulan.
2
Pada tanggal 7 Mei 1973, penerbit Femina memutuskan untuk menerbitkan majalah ini setiap dua minggu sekali dwimingguan. Jumlah
halamannya pun bertambah banyak menjadi 48 halaman. Dahulu kantor redaksi majalah Femina berada pada sebuah garasi yang dikatakan tidak
cukup layak. Sehingga majalah ini menyewa sebuah rumah untuk digunakan sebagai kantor redaksi yang pertama dan berlokasi di Jalan
Kacang Raya, Jakarta.
3
Awal terbit majalah Femina merupakan majalah khusus untuk perempuan, dan bukan sebagai majalah fashion, namun pada tahun 70-an
femina didaulat menjadi pedoman terdepan dalam hal gaya dan penampilan. Meskipun arus informasi masih terbatas, Femina mampu
mengikuti perkembangan tren global. Tahun 80-an, Femina semakin hebat sebagai majalah acuan mode perempuan Indonesia, sebab Femina telah
membuat Lomba Perancang Mode LPM yang melahirkan desainer sukses dan membuat tren mode berkembang. Tahun 90-an, Femina menjadi
pelopor sumber berita fashion terbaru. Bahkan, artikel-artikel yang membahas prediksi mode maupun informasi lainnya menjadi hal yang
ditunggu oleh pembaca. Dan pada tahun 2000-an, Femina memiliki tiga kata untuk menggambarkan modernitas perempuan di awal tahun 2000-an,
yaitu simpel, dinamis, dan feminin. Pada tahun ini pula Femina semakin
2
Wawancara pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bidang Feature, Rully Larasati.
3
Wawancara pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bidang Feature, Rully Larasati.
menguatkan karakter perempuan yang direpresentasikan dari gaya berpakaian yang semakin berani.
4
Pemimpin Redaksi majalah Femina pertama adalah Mirta Kartohadiprojo 1972-1982 yang dikenal juga sebagai seorang pendiri.
Kemudian Ia juga menjadi pimpinan empat majalah perempuan yang merupakan anak dari Femina Group, yaitu: Gadis, Ayahbunda, Dewi dan
Sartika. Reporter pertama majalah Femina adalah Noesreini, mahasiswi tingkat akhir di Universitas Padjadjaran Jurusan Komunikasi, dan kini
telah menjadi Pimpinan Redaksi majalah Sartika, majalah termuda dalam Femina Group. Sementara penulis pertamanya adalah Anna Massie, yang
dikenal sebagai seorang penulis buku anak-anak yang bergabung sejak edisi nomor tiga.
5
Ada empat sosok perempuan yang membentuk Femina hingga saat ini. Mitra Kartohadiprodjo memimpin majalah Femina selama 10 tahun,
dan digantikan oleh Widarti Gunawan yang memimpin selama 17 tahun. Setelah itu Dewi Dewo yang memimpin Femina dalam kurun waktu 1999-
2002, dan Petty dari tahun 2002 hingga sekarang. Dan majalah ini dari dulu hingga sekarang masih konsisten melaksanakan visi dan misinya,
yaitu mengedukasi dalam hal pengembangan diri, rumah tangga, dan keluarga, juga pada tingkat kepedulian bermasyarakat dan bernegara.
6
Menurut Mirta Kartohadiprodjo, kelahiran Femina tidak terlepas dari situasi ekonomi Indonesia saat itu. Investasi asing mulai masuk,
ekonomi Indonesia mulai bergerak. Hal ini kemudian meningkatkan taraf
4
Data transkrip majalah Femina.
5
Wawancara pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bidang Feature, Rully Larasati.
6
Wawancara pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bidang Feature, Rully Larasati.
hidup perempuan perkotaan Indonesia. Banyak perempuan yang semakin mampu mengenyam pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Oleh
karena itu gaya hidup dan cara berpikir perempuan-perempuan tersebut sudah bergeser, tidak sekedar sebagai calon ibu rumah tangga yang
memiliki tugas sebagai pengurus anak dan suami.
7
Pada saat itu, Majalah Femina telah membantu perempuan muda lulusan perguruan tinggi yang tidak puas jika hanya mengurus rumah
tangga dan anak saja. Maka Femina menyiapkan lapangan pekerjaan untuk para perempuan muda karena pekerjaan yang tersedia untuk perempuan
saat itu sangat terbatas.. Majalah ini pun semakin menunjukkan feminitasnya secara tegas. Perempuan yang ditampilkan adalah perempuan
yang berani dan cerdas dalam menjalani kehidupan sosial.
8
Femina juga ingin perempuan muda Indonesia tidak kehilangan jati dirinya sebagai perempuan. Hal ini terlihat dari rubrik-rubrik yang begitu
feminin, seperti rubrik memasak, fashion, dan sebagainya. Secara garis besar, citra perempuan yang ditampilkan Femina adalah perempuan
modern yang berani menentuka pilihannya, nyaman dengan dirinya sebagai perempuan, dan bisa menikmati hidup tetapi tetap cerdas dan kritis
terhadap berbagai permasalahan disekitarnya. Majalah Femina mempu membuat isu yang sangat besar dan berat
dikemas menjadi ringan, mudah dicerna tanpa mengurangi bobot pentingnya pada isu tersebut. Hal ini terlihat ketika Femina membahas
mengenai isu peran sosial perempuan, atau pun masalah politik. Dalam isu
7
Wawancara pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bidang Feature, Rully Larasati.
8
Wawancara pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bidang Feature, Rully Larasati.
yang terbilang cukup berat, Femina selalu menghadirkan berbagai pakar yang akan berbagi pengetahuannya. Tetapi, isu yang berat disampaikan
oleh Femina dengan tutur life style, agar pembacanya senang untuk membaca sebuah artikel dengan topik yang cukup berat.