Peran Sosial Perempuan KERANGKA TEORI
merupakan konsep sosial, yaitu pembagian seperti karakteristik psikologis yang dianggap khas untuk perempuan atau laki-laki.
14
Seks dapat dilihat melalui perbedaan secara biologis, laki-laki dan perempuan dapat
dibedakan dari bentuk fisik, alat kelamin, dan alat reproduksi lainnya. Sedangkan gender, perempuan diharuskan bersifat lembut, keibuan,
berpenampilan rapi, dan senang melayani kebutuhan orang lain. Laki-laki bersifat mandiri, berani, senang berpetualang, dan pekerja keras.
Dari penjelasan kata peran dan gender di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran gender adalah pola perilaku, kewajiban, dan hak
dari perempuan dan laki-laki dalam mengisi status dan kedudukan sosialnya, yang disesuaikan dengan karakteristik psikologisnya. Jelas
bahwa peran gender ini telah dibatasi oleh masyarakat, khususnya peran perempuan. Seperti yang dikatakan Saparinah Sadli:
“R.A. Kartini berusaha keluar dari tradisi yang menempatkan posisi sosial kaum perempuan dalam klaim yang
disebut kodrat. Sejak kecil, kaum perempuan khususnya di Jawa diajarkan menjadi perempuan. Mulai dari cara berjalan, cara
berbicara, cara duduk, cara makan, sampai dengan jenis-jenis permainan yang diperbolehkan
– jatah kaum perempuan adalah permainan yang mengandalkan kehalusan, kelembutan, dan lain-
lain bentuk permaianan yang sudah dikodratkan kepada perempuan.”
15
Pernyataan tadi mengungkapkan bagaimana budaya bermain dalam
penentuan peran sosial untuk perempuan yang dianggap sebagai kodrat. Bahkan dari sejak kecil perempuan telah dibatasi apa yang boleh
dilakukan perempuan dan apa yang pantas untuk perempuan. Sebagai contoh, anak perempuan selalu didandani dan dibelikan mainan berupa
14
Saparinah Sadli, Berbeda tapi Setara, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010, h. 23.
15
Saparinah Sadli, Berbeda tapi Setara, h. 40.
boneka, juga mainan masak-masakan. Apabila ada perempuan yang bermain bola atau pistol mainan maka dianggap tidak pantas.
Dengan demikian perempuan dikatakan tidak boleh berperilaku seperti laki-laki yang identik dengan ketegasan, keberanian, dan
kemandirian. Perempuan hanya menjalani dan menuruti apa yang telah ditetapkan oleh budaya. Budaya yang membedakan peran laki-laki dan
perempuan. Jelas budaya ini telah menganggap posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Budaya ini tumbuh di dunia Barat dan Timur, yang
kita kenal sebagai budaya patriarki. Budaya memiliki makna pikiran atau adat istiadat, tapi akan lebih
jelas apabila kita melihat arti dari kebudayaan yang terdapat pada KBBI, bahwa kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan adat istiadat
manusia seperti kepercayaan, dan kesenian. Kebudayaan juga diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah laku.
16
Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia, berarti kebudayaan bukan sesuatu yang tercipta dari Tuhan atau
bukan merupakan kodrat dari Tuhan. Jadi peraturan-peraturan kehidupan manusia selanjutnya telah diatur oleh manusia-manusia sebelumnya,
dengan mengatasnamakan budaya. Budaya patriarki merupakan suatu pedoman yang juga diterapkan
oleh masyarakat yang membedakan relasi kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, yaitu dengan menempatkan posisi laki-laki lebih unggul dari
16
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Daring, diakses dari http:bahasa.kemdiknas.go.idkbbiindex.php
, pada tanggal 5 Agustus 2014, pukul 10.45 WIB.
pada perempuan. Budaya ini bisa terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun negara dan pemerintahan.
17
Budaya patriarki hadir karena laki-laki dinilai memiliki rasa tanggung jawab yang besar sebagai
pemimpin, dan perempuan hanya sebagai pengikut dan tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan berpendapat.
Jika dalam sebuah keluarga terdapat suami atau ayah yang mendukung budaya patriarki ini, maka perkembangan sosial perempuan
yang ada di keluarga tersebut akan terhambat. Perempuan hanya ditugaskan dalam ruang domestik saja, karena tanggung jawab dan
keputusan sepenuhnya ada di tangan laki-laki. Budaya patriarki inilah yang menyebabkan banyak perempuan merasa adanya ketidakadilan peran
gender, sekelompok perempuan merasa ingin dihargai dan melawan budaya ini. Maka hadirlah sebuah ideologi feminisme yang mana
mendukung penuh terhadap kesetaraan gender. Feminisme merupakan suatu kesadaran akan penindasan
dan eksploitasi terhadap perempuan yang terjadi baik dalam keluarga, tempat kerja, maupun masyarakat serta adanya tindakan
sadar oleh laki-laki dan perempuan untuk mengubah keadaan tersebut.
18
Dengan seiring perjalanan waktu, banyaknya gerakan dan kepedulian terhadap kaum perempuan terhadap dominasi laki-laki, maka
muncul beberapa macam aliran feminisme, seperti: Feminisme liberal, feminisme marxism, feminisme radikal, dan lainnya. Tapi dalam
penelitian ini, teori feminisme yang digunakan adalah feminisme liberal.
17
Najmah Sa‟idah dan Husnul Khatimah, Revisi Politik Perempuan, Bogor: Idea Pustaka Utama, 2003, h. 39.
18
Najmah Sa‟idah dan Husnul Khatimah, Revisi Politik Perempuan, Bogor: Idea Pustaka Utama, 2003, h. 31.
Liberalisme merupakan aliran pemikiran politik yang menjadi asal mula feminisme liberal. Feminisme liberal memiliki tujuan untuk
membebaskan kaum perempuan dari konstruksi peran gender yang telah merendahkan posisi perempuan, bahkan tidak memberi perempuan tempat
sama sekali dalam ruang akademik, sosial, maupun industri.
19
Konstruksi peran gender telah membuat kaum perempuan seperti kelompok yang
terpinggirkan, tidak boleh terjun ke ruang publik layaknya laki-laki, dengan terkekangnya perempuan maka mereka tidak dapat berkembang
dan berkiprah seluas-luasnya dalam ruang publik. Feminisme liberal berawal dari persoalan dimana perempuan
dikatakan tidak mampu bersaing dengan laki-laki, hal ini disebabkan karena kebodohan dan sikap irrasional perempuan sendiri. Aliran ini
memandang, jika ketidakmampuan perempuan bersaing dengan laki-laki akibat dirinya sendiri, maka aliran feminisme liberal ini bergerak dan
mengarah kepada peningkatan taraf pendidikan kaum perempuan, serta upaya dalam pembuatan kebijakan atau undang-undang.
20
Dengan aliran inilah perempuan kini yakin dapat memperjuangkan kebebasan untuk berekspresi ke ruang publik, berkarier dengan bebas,
tidak tergantung lagi pada laki-laki, dan bebas dari terkekangnya dalam peran gender yang terkonstruksi sejak lama. Dengan memperjuangkan
pembuatan kebijakan atau undang-undang, ketimpangan peran gender dapat merubah dan memperbaiki posisi rendah kaum perempuan dari
dominasi laki-laki.
19
Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Arus Utama Pemikiran Feminis, Yogyakarta: Jalasutra, 2008, h. 15-48.
20
Najmah Sa‟idah dan Husnul Khatimah, Revisi Politik Perempuan, h. 33.
Gerakan feminisme liberal telah berkembang melalui beberapa tahap. Berawal pada abad ke-18, gerakan feminisme liberal menyuarakan
pendidikan yang sama untuk perempuan. Karena lahirnya gerakan feminisme ini berawal dari anggapan tingkat kerasionalan laki-laki dan
perempuan berbeda. Maka dengan mengenyam pendidikan yang sama dimaksud untuk menyetarakan tingkat kerasionalan laki-laki dan
perempuan, juga menyetarakan posisi perempuan di lingkungan publik.
21
Kini kita dapat rasakan perjuangan gerakan feminisme liberal ini dalam peningkatan taraf pendidikan. Banyak perempuan yang sukses, mampu
berkiprah ke ruang publik dan menyetarai laki-laki. Hal itu terjadi karena perempuan sudah diperbolehkan mengenyam pendidikan hingga
perguruan tinggi. Pada abad ke-19, kaum feminisme liberal menyuarakan hak-hak
sipil yang harus diterima kaum perempuan, dan kesempatan ekonomi bagi perempuan. Kaum feminisme berpendapat bahwa pendidikan saja tidak
cukup untuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Hak- hak sipil dan kesempatan ekonomi yang dimaksud antara lain hak untuk
berorganisasi, hak untuk kebebasan berpendapat, hak untuk memilih, dan hak untuk pribadi. Pada abad ke-20, perkembangan feminisme liberal
ditandai dengan lahirnya gerakan-gerakan atau organisasi pro perempuan, seperti NOW National Organization for Women. Organisasi ini
21
Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Arus Utama Pemikiran Feminis, h. 15-48.
bertujuan untuk menyuarakan agar perempuan dapat memiliki hak serta kesempatan pendidikan dan ekonomi agar dapat setara dengan laki-laki.
22
Perkembangan gerakan
feminisme terus
bercabang dan
menghasilkan berbagai aliran, selain feminisme liberal, ada pula feminisme marxisme. Feminisme marxisme hadir karena adanya
penindasan akibat penerapan sistem kapitalis yang dampaknya juga dirasakan
kaum perempuan.
Perempuan menderita
karena keterpaksaannya dalam menghidupi ekonomi keluarga, serta tidak
melupakan tugas domestiknya, dan perempuan juga dinikahi sebagai sesuatu yang sah bagi kaum laki-laki untuk menjadikan sang istri sebagai
„milik pribadi‟, dengan melayani suami dalam kegiatan seksual. Maka aliran ini bermaksud untuk menyadarkan kaum perempuan, bahwa mereka
selama ini telah tertindas, dan harus membebaskan diri dari sistem ini.
23
Seiring berkembangnya waktu, keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam mengenyam pendidikan, dan aktivitas dalam bidang
ekonomi begitu terasa. Bahkan, dalam berkiprahnya perempuan dalam ruang publik ini menjadi suatu keharusan, dan menganggap
ketergantungan perempuan terhadap suami merupakan faktor penyebab tertindas dan ketidakadilan kaum perempuan. Maka hadir gerakan
feminisme radikal, yang mana mengajak kaum perempuan untuk mandiri, melawan keberadaan laki-laki, dan menolak institusi keluarga. Jadi, aliran
ini memberi solusi dengan menyuarakan dan mendukung kehidupan
22
Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought: Pengantar Paling Komprehensif Kepada Arus Utama Pemikiran Feminis, h. 15-48.
23
Najmah Sa‟idah dan Husnul Khatimah, Revisi Politik Perempuan, h. 35.
lesbian, un-wed melajang, freesex, teknologi kloning, dan inseminasi buatan.
24
Berbagai macam aliran feminisme terus berkembang di masyarakat dan dari tiap aliran tersebut memiliki perbedaan dalam menyuarakan visi
perjuangannya. Namun dari semua aliran tersebut sesungguhnya memiliki maksud yang sama, yaitu kepedulian yang besar terhadap ketidakadilan
yang dirasakan kaum perempuan dalam segala aspek. Berjuang untuk memperbaiki keadaan perempuan agar memiliki hak yang sama dengan
laki-laki. Usaha yang dilakukan dengan membuat forum atau kelompok yang beranggotakan para pendukung feminisme, dengan terus mendesak
pemerintah untuk membuat kebijakan dan undang-undang yang berfokus pada kehidupan perempuan.
Gerakan feminisme liberal sudah banyak diterima di berbagai belahan dunia. Hingga akhirnya kini banyak perempuan yang telah
menjalankan beberapa peran dalam kehidupannya. Perempuan tidak lagi berhadapan dengan urusan domestik saja, tapi perempuan memiliki
pilihan-pilihan peran lain yang dapat dijalaninya. Kini banyak perempuan yang berperan sebagai istri, ibu, sekaligus bekerja atau sebagai anggota
yang aktif dalam masyarakat. Demikian perempuan harus menjalankan tugas domestiknya yaitu
perempuan yang bekerja di rumah saja sebagai ibu, dan istri yang setia dengan keluarga. Juga peran sebagai perempuan karier yang menurut
KBBI, karier merupakan perkembangan dan kemajuan, pekerjaan, jabatan,
24
Najmah Sa‟idah dan Husnul Khatimah, Revisi Politik Perempuan, h. 37-38.
dan sebagainya. Karier juga dimaksudkan sebagai pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju.
25
Maka dapat dikatakan bahwa berkarier tidak sekedar bekerja biasa, melainkan merupakan ketertarikan seseorang
pada suatu pekerjaan yang ditekuni dalam waktu yang lama secara penuh demi mencapai prestasi tinggi, baik dalam upah maupun status. Untuk
berkarier berarti harus menekuni profesi tertentu yang membutuhkan kemampuan, dan keahlian yeng telah diraih dengan menempuh
pendidikan. Selain itu, menurut Omas Ihromi, perempuan yang berkarier atau
bekerja adalah mereka yang mendapatkan imbalan dari hasil karyanya.
26
Imbalan dimaksud pada umumnya berupa uang, jadi perempuan yang bekerja dapat dikatakan perempuan yang berpenghasilan. Pekerjaan yang
digeluti juga tidak harus berada di luar rumah dan terikat pada sebuah struktur perusahaan, tapi perempuan ini bisa bekerja sendiri dan memiliki
penghasilan dari hasil karyanya sendiri. Banyak alasan perempuan bekerja, selain karena tuntutan akan
kebutuhan hidup juga karena peningkatan taraf pendidikan kaum perempuan. Adapun tiga alasan utama perempuan untuk bekerja di luar
rumah, yaitu: uang, peranan sosial, dan untuk pengembangan diri.
27
Hampir bisa dipastikan bahwa uang merupakan alasan terbesar bagi perempuan untuk bekerja. Perempuan kota bekerja untuk membayar
25
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Daring, diakses dari http:bahasa.kemdiknas.go.idkbbiindex.php
, pada tanggal 19 Oktober 2014, pukul 13.30 WIB.
26
Omas Ihromi, Wanita Bekerja dan Masalah-Masalahnya, Jakarta: Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita, 1990, h. 38.
27
Sumardi dan Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok Edisi Revisi, Jakarta: CV Rajawali Citra Press, 1982, h. 132.
tingkat kemahalan hidup di kota. Selain itu, pemerintah telah menetapkan wajib sekolah sembilan tahun untuk semua anak, baik laki-laki maupun
perempuan, sehingga adanya peningkatan taraf pendidikan bagi kaum perempuan. Hal ini yang menyebabkan banyak kaum perempuan rela
berkecimpung ke dunia publik dengan tujuan untuk pengembangan diri. Memainkan beberapa peran dalam kehidupan sosial tidaklah
mudah. Perempuan yang ingin mengembangkan diri dengan berkarier tidak bisa mengelak terhadap peran yang sudah dianggap sebagai
kodratnya. Maka jika seorang perempuan memiliki peran lebih dari satu, menjadi ibu rumah tangga sekaligus bekerja di luar rumah harus memiliki
fisik yang kuat untuk mengurus keperluan rumah tangga seperti membersihkan rumah, melayani suami, dan mengurus anak berangkat
sekolah, selepas itu bekerja di kantor hingga sore. Selain itu perempuan yang memiliki beberapa peran juga harus pintar membagi waktu antara
keluarga dan pekerjaan. Jangan sampai di rumah juga menghabiskan waktu untuk urusan pekerjaan.
Adapun beberapa garis panduan yang diikuti perempuan yang memiliki peran ganda, antara lain: Pertama, bertanggung jawab terhadap
keluarga.
28
Dalam membangun sebuah keluarga, terdapat tugas-tugas yang sudah melekat atau telah terkonstruksi melalui budaya untuk seorang
suami, dan istri, yaitu: suami diharuskan bekerja, mencari nafkah untuk membiayai segala kebutuhan hidup, sedangkan istri melayani keluarga,
dan mengurus kehidupan rumah tangga. Maka apabila seorang perempuan
28
Bushrah Basiron, Wanita Cemerlang, Johor Bahru, Malaysia: Universiti Teknologi, 2006, h. 74-77.
telah berkeluarga, tidak boleh menelantarkan urusan rumah tangganya. Selain sukses dalam berkarier, ia juga harus bertanggung jawab atas tugas-
tugas domestiknya. Kedua, menjaga kehormatan diri.
29
Perempuan yang terjun ke ruang publik sudah pasti akan berkecimpung dalam dunia sosial yang
dipenuhi oleh orang dengan kepribadian yang berbeda. Sebagai seorang perempuan, baik yang masih melajang maupun sudah berkeluarga harus
mampu menjaga kehormatan dirinya dari orang-orang sekitarnya. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga kepercayaan suami, dan keluarga.
Ketiga, menjaga sikap dan pergaulan.
30
Perempuan senantiasa harus menjaga sikap di lingkungannya. Ia harus mampu menempatkan
bagaimana bersikap terhadap keluarga maupun ruang publiknya. Karena apabila ia bersikap salah dalam kariernya, maka akan berdampak buruk
pula dalam keluarganya. Dalam bergaul, perempuan juga harus mampu memilih pergaulan yang baik, pergaulan yang menghasilkan nilai positif
bagi keluarga juga keriernya. Pergaulan yang baik yaitu pergaulan yang dapat mengembangkan potensinya.
Terakhir, bertanggung jawab dalam setiap tindakan.
31
Perempuan yang memilih berperan ganda, pasti mengetahui bahwa ia juga memiliki
tugas ganda. Jika dihadapkan dalam dua pilihan penting antara keluaga dan karier, dan diharuskan memilih di antara keduanya, maka ia harus
mampu bertanggung jawab atas pilihannya tersebut serta resiko yang akan diterimanya.
29
Bushrah Basiron, Wanita Cemerlang, h. 74-77.
30
Bushrah Basiron, Wanita Cemerlang, h. 74-77.
31
Bushrah Basiron, Wanita Cemerlang, h. 74-77.
Panduan tersebut dapat menjadi acuan apa saja yang seharusnya dimiliki perempuan yang juga berkarier. Karena antara rumah tangga dan
karier terdapat tugas penting di dalamnya. Dalam rumah tangga, suami dan istri harus saling memainkan perannya masing-masing agar terbentuknya
keluarga yang kokoh. Sedangkan dalam berkarier, perempuan juga harus mengerjakan tugasnya sesuai prosedur demi kelancaran visi dan misi
kariernya. Namun, fenomena yang terlihat saat ini ialah masalah merosotnya
moral di kalangan perempuan yang bekerja terutama terkait fungsi perempuan sebagai istri dan ibu dalam sebuah keluarga karena kegagalan
mengimbangi tanggungjawab kekeluargaan dan kerjanya.
32
Tidak sedikit perempuan karier tanpa menyadari lebih memprioritaskan pekerjaan
dibandingkan keluarga. Menghabiskan waktu untuk bekerja pada siang hari, ketika malam hari kondisi fisik melemah, sehingga kurangnya
kesempatan untuk berkumpul dan berinteraksi dengan keluarga, peran istri dan ibu pun terabaikan. Maka dari itu diperlukannya pemahaman peranan
dan tanggungjawab untuk perempuan, agar tidak terjadi kegagalan dalam membagi tanggungjawab antara keluarga dan pekerjaan.
Akan tetapi jika profesi tidak berpengaruh negatif terhadap urusan rumah tangga dan keluarganya, tentu hal ini tidak menjadi masalah.
Walaupun demikian perempuan wajib meluangkan waktunya untuk keluarga terutama anak, dan tidak lalai dalam melaksanakan tugas-tugas
rumah tangga dan mengurus anak-anaknya. Maka, untuk menggali potensi
32
Ray Sitoresmin Prabuningrat, Sosok Wanita Muslimah Pandangan Seorang Artis, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993, h. 78.
agar karier meningkat membutuhkan persiapan matang, karena meningkatnya karier berarti bertambahnya hak dan kewajiban, berarti pula
bertambahnya beban tanggung jawab dan resiko.