perempuan dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk, yaitu menganalisis dengan melihat struktur teks yang merepresentasikan peran
sosial perempuan melalui bahasa, selanjutnya menganalisis kognisi sosial atau kesadaran yang dimiliki penulis artikel Sukses di Mata Kami, dan
terakhir menggambarkan konteks sosial dari peran sosial perempuan yang berkembang di masyarakat.
Teun A. van Dijk telah membagi menjadi beberapa tingkatan yang saling mendukung dalam analisis struktur teks. Beberapa tingkatan ini
memudahkan peneliti untuk menganalisis objek penelitian yang dilihat dari segi teks. Tingkatan pertama, yaitu struktur makro: tematik. Tingkatan
kedua, yaitu superstruktur: skematik. Terakhir, yaitu struktur mikro: semantik latar, detail, praanggapan, sintaksis koherensi, bentuk kalimat,
kata ganti, stilistik leksikon, dan retoris grafis.
a. Tematik
Tema atau topik utama dari artikel Sukses di Mata Kami secara keseluruhan mengenai tolok ukur kesuksesan peran perempuan antara
rumah tangga dan karier. Dalam artikel ini terdapat tiga sunjudul, Pertama, Pendidikan yang Membebaskan, tema dari subjudul ini yaitu
pendidikan melahirkan pilihan-pilihan peran yang semakin luas untuk perempuan. Kedua, Bukan Melulu Posisi, memiliki tema yaitu faktor
ekomoni menyebabkan perempuan bekerja. Ketiga, Lebih Realistis, dengan tema perempuan sangat mengerti dan memahami apa yang
dipilih dan dijalani dalam peranannya. Selain itu, dalam artikel Sukses di Mata Kami juga terdapat
anak artikel yang berjudul Dihambat Negara?, yang memiliki tema
kurangnya peran Negara dalam perlindungan dan perhatian anak dari perempuan yang bekerja.
b. Skematik
Skema artikel ini dimulai dengan judul artikel yaitu Sukses di Mata Kami. Lead artikel ini yaitu
: “Ketika keluarga bukan lagi yang paling utama”. Judul dan lead umumnya menunjukkan tema apa yang
ingin ditampilkan oleh penulis artikel. Judul Sukses di Mata Kami menunjukkan bahwa penulis artikel ingin merepresentasikan sebuah
kesuksesan menurut pandangan subjektifnya dengan penggunaan kata kami.
Sedangkan lead yang berbunyi “Ketika keluarga bukan lagi
yang paling utama”, memberikan gambaran bahwa kesuksesan yang dimaksud adalah kesuksesan perempuan. Karena peran seorang
perempuan dianggap tidak bisa terpisahkan dari urusan domestik, salah satunya memberi perhatian kepada keluarga. Tetapi, lead tersebut
bersifat kotra terhadap peranan yang selama ini lekat pada perempuan. Sehingga kalimat pada lead tersebut menjadi intro yang cukup
dipahami kearah mana artikel ini dimaksud. Selanjutnya story, yang melihat isi berita serta komentar dalam
artikel tersebut. Isi artikel diawali dengan judul Sukses di Mata Kami, dan lead. Lalu, terdapat latar masalah yang menjadi alasan penulis
artikel dalam mengangkat tema ini, diikuti dengan beberapa faktor yang menjadi penyebab berubahnya cara pandang perempuan dalam
melihat sebuah kesuksesan peran. Penulis artikel juga menyisipkan anak artikel yang berjudul Dihambat Negara? yang memiliki
keterkaitan dengan judul utama. Isi dari anak artikel Dihambat Negara? diawali dengan uraian masalah dan solusi yang ditawarkan.
Selain melihat alur isi artikel, kategori story juga terdapat subkategori komentar dari pihak-pihak yang terlibat pada wacana peran
sosial perempuan ini. Dalam artikel Sukses di Mata Kami, penulis artikel banyak mengutip dan mengambil kesimpulan komentar dari
pihak-pihak yang berkaitan dengan tema yang diangkat, yaitu dua tokoh ahli dalam bidang gender. Pertama, Lugina Setyawati, sosiolog
dari Universitas Indonesia, dan Clara Handayani, psikolog. Selain itu juga terdapat komentar dari tiga responden, Sinta Dewi, Nancy Suryo
Sofyan, dan Aisya Adiputri. Kedua pakar gender tersebut dalam artikel Sukses di Mata
Kami menjelaskan realitas peran sosial perempuan yang sedang berkembang, di mana peran sosial perempuan saat ini tidak hanya
sekedar urusan rumah tangga, dan mereka juga menjelaskan faktor apa saja yang menyebabkan perubahan peran sosial perempuan. Sedangkan
komentar ketiga responden lebih kepada berbagi pengalaman hidup yang dijalani sebagai ibu rumah tangga sekaligus berkarier. Selain itu
dalam anak artikel Dihambat Negara? hanya terdapat komentar dari Lugina Setyawati yang menerangkan bahwa peran Negara sangat
penting dalam mendukung peran karier perempuan, yaitu dengan membangun supporting service system untuk perlindungan dan
perhatian pada anak.
c. Semantik
1. Latar
Latar artikel ini muncul dari hasil survei secara global yang dilakukan Citi dan LinkedIn pada Oktober 2013 yang menyatakan
bahwa sedikit perempuan yang melibatkan relasi, pernikahan, atau anak dalam kategori sukses. Selain itu, Majalah Femina juga telah
melakukan survei melalui polling di website www.femina.co.id yang menyatakan sebanyak 55 memilih pencapaian karier
sebagai tolok ukur kesuksesan, mempunyai anak sebagai urutan kedua, dan menikah atau mempunyai pasangan pada urutan ketiga.
Sedangkan latar pada anak artikel Dihambat Negara? yaitu kesulitan yang dialami perempuan bekerja dalam mencari pengasuh
atau pembantu rumah tangga ART yang tepat untuk mengawasi anaknya.
2. Detail
Detail pada artikel ini terlihat ketika mendefinisikan sebuah kesuksesan. Detail diuraikan tidak terlalu panjang tetapi meresap
apa yang dimaksud penulis artikel. Detail dimaksud agar pembaca memahami secara luas makna dari kesuksesan, seperti pada
subjudul Pendidikan yang Membebaskan, paragraf kelima: “Definisi kesuksesan yang berkembang sekarang
juga tidak hanya meluas dari domestik menjadi karier, Clara memandangnya sebagai adanya pemaknaan yang lebih
dalam. Misalnya, banyak yang memaknai kesuksesan tidak hanya keberhasilan secara individu, tetapi juga bagaimana
bisa berperan dalam ruang lingkup yang lebih luas.”
1
1
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.46.
Dengan detail seperti ini, pembaca akan mencerna makna kesuksesan secara luas seperti yang dikatakan penulis artikel.
Sukses bukan sekedar bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi peduli terhadap lingkungan dan bermanfaat untuk orang sekitar juga
merupakan sebuah kesuksesan. Detail juga terdapat pada subjudul Bukan Posisi Melulu,
paragraf ke-10 yang dikutip dari perkataan Lugina Setyawati, sosiolog UI. Detail ini hampir sama dengan detail di atas, namun
detail berikut menguraikan konsep bekerja, seperti pada teks: “’Dulu konsep bekerja itu hanya di luar, sekarang
kata kerja itu sendiri bisa berbeda. Perubahan itu tidak tunggal, tidak hanya hitam dan putih. Pilihannya tidak lagi
bekerja di kantor atau diam di rumah saja,’ jelas Lugina.”
2
Pernyataan detail ini akan membawa pembaca melihat konteks yang berkembang saat ini. Bahwa bekerja tidak identik
dengan perkantoran. Bekerja yaitu usaha yang mendapatkan penghasilan dari hasil karya sendiri. Maka berbisnis juga
dikategorikan sebagai bekerja. Bahkan dengan perkembangan teknologi, perempuan lebih mudah mempromosikan usaha yang
dimiliki dengan bantuan teknologi tersebut, seperti pembuatan website, blog, dan aktif pada social media.
Selain itu, dalam anak artikel Dihambat Negara? juga terdapat detail yang berada pada paragraf kelima, yaitu:
“Begitu wanita berkarier, negara harus melihat itu sebagai salah satu bentuk tanggung jawab yang harus
dilakukan oleh negara. Apalagi pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 9 tahun, prestasi wanita juga
2
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
sudah berada pada tingkat nasional dan internasional, tetapi negara sepertinya masih diam saja.”
3
Detail pada paragraf ini menekankan sikap yang dilakukan negara terhadap perempuan. Penulis artikel mengingatkan kepada
pembaca bahwa negara mempunyai program pendidikan yang mewajibkan rakyat Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan
untuk bersekolah sampai 9 tahun. Sehingga, pembaca akan berpikir sejauh mana peran negara terhadap kepedulian rakyat Indonesia.
Dan seharusnya negara menentukan langkah selanjutnya untuk membangun supporting service system.
3. Praanggapan
Praanggapan dalam artikel ini terdapat pada anak artikel Dihambat Negara?, paragraf ketujuh. Praanggapan dikutip dari
perkataan Lugina Setyawati, sosiolog dari Universitas Indonesia. Seperti pada teks:
“Lugina berharap negara membangun supporting service system yang dapat membantu wanita mengatasi
kekhawatirannya dalam urusan anak, sehingga mereka bisa lebih fokus untuk aktualisasi diri mereka.
”
4
Praanggapan ini mengandung dukungan terhadap kaum perempuan agar mampu membuat keseimbangan antara peran
rumah tangga dan karier. Dengan praanggapan semacam ini, pembaca telah menerima sebuah argumen yang kenyataannya
belum terjadi. Namun, praanggapan tersebut terlihat masuk akal dan logis.
3
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
4
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
d. Sintaksis
1. Koherensi
Artikel ini juga terdapat pemakaian koherensi dalam suatu kalimat, dengan menghubungkan dua fakta yang berbeda menjadi
suatu keterkaitan. Koherensi ditemukan pada subjudul Bukan Posisi Melulu, paragraf ketiga, yaitu:
“Pandangan bahwa wanita adalah subordinat pria,
masih ada. Tetapi, kerena wanita masa kini telah memiliki kompetensi, maka posisi tawar mereka pun menjadi lebih
tinggi.”
5
Dalam paragraf tersebut terdapat koherensi yang bersifat pengingkaran. Penulis artikel seolah-olah menyetujui dengan
adanya keyakinan budaya patriarki dengan ungkapan pada baris pertama. Namun, dengan penggunaan kata hubung tetapi, penulis
artikel memberikan penyataan yang sesungguhnya menolak budaya patriarki.
Koherensi juga ditemukan pada anak artikel Dihambat Negara, paragraf keempat, yaitu:
“’Saya harus bilang, kondisi wanita Indonesia sangat
berat. Ketika dia punya aspirasi, nilai berubah, tetapi negara tidak punya mekanisme supporting system
,’ tegas Lugina.
”
6
Penggunaan kata hubung „tetapi’ di sini untuk mengaitkan kondisi perempuan dengan peran negara. Faktor peningkatan
perempuan bekerja salah satunya disebabkan kewajiban sekolah 9 tahun yang dicanangkan negara. Maka, peran negara dibutuhkan
5
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
6
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
untuk memberikan perlindungan dan perhatian kepada anak dari ibu yang bekerja, seperti pembuatan fasilitas day care yang aman
dan juga disubsidi oleh negara. Koherensi digunakan sebagai penghubung dua fakta yang
berbeda. Tetapi, terdapat juga koherensi kondisional yang merupakan pemakaian anak kalimat untuk memperjelas. Koherensi
kondisional ini terdapat pada subjudul Bukan Melulu Posisi, paragraf keempat, yaitu:
“Hal itu seiring dengan muncul pula faktor-faktor
lain yang secara langsung menuntut wanita untuk bekerja. Dari segi ekonomi misalnya, dengan kebutuhan hidup yang
makin tinggi…”
7
Koherensi kondisional ini juga terdapat pada anak artikel Dihambat Negara? tepatnya paragraf pertama:
“Di sisi lain, Lugina menyayangkan kapasitas dan
kompetensi wanita saat ini tidak didukung oleh negara yang tidak memiliki security service untuk warganya. Ketika
wanita yang sudah berkeluarga ini telah besekolah tinggi,... ”
Penggunaan kata penghubung „yang’ digunakan penulis artikel sebagai penjelas dari pernyataan sebelumnya. Sehingga,
pembaca akan lebih memahami sebuah fakta dengan adanya kalimat penjelas tersebut.
Selain itu, dalam artikel ini terdapat pula koherensi pembeda yang digunakan untuk menghubungkan dua fakta yang
saling berseberangan. Koherensi pembeda ini terdapat pada subjudul Bukan Melulu Posisi, paragraf kesepuluh dan paragraf
terakhir pada subjudul Lebih Realistis:
7
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
“’Dulu konsep bekerja itu hanya di luar, sekarang
kata „kerja’ itu sendiri bisa berbeda. Perubahan itu tidak tunggal, tidak hanya hitam dan putih. Pilihannya tidak lagi
bekerja di kantor atau diam di rumah saja.’ Jelas Lugina.”
8
“’Berbeda dengan era sebelumnya, ketika wanita tidak bekerja karena tidak punya pilihan. Saat ini para
wanita secara berdaya dan sadar mengambil pilihannya dan menjalankan peran domestiknya dengan lebih baik,..’ tegas
Clara.”
9
Pada koherensi pembeda ini penulis artikel menghubungkan dua peristiwa yang terpisah oleh waktu dalam satu paragraf.
Koherensi pembeda
ini dilakukan
agar pembaca
dapat membandingkan kondisi perempuan pada masa lalu dengan
sekarang. Selain itu, koherensi pembeda juga terdapat pada anak
artikel Dihambat Negara?, tepatnya pada paragraf dua dan tiga: “Berbeda dengan kondisi di luar negeri, fasilitas day
care tersedia banyak, dengan biaya yang jelas dan menyesuaikan dengan kondisi orang tua
… Sementara di Indonesia, kita sendirilah yang jungkir
balik mencari asisten rumah tangga ART atau pengasuh…”
10
Koherensi pembeda
pada dua
paragraf tersebut
membandingkan pelayanan antara dalam negeri dan luar negeri, mengenai perlindungan dan perhatian terhadap anak yang ibunya
bekerja. Efek dari perbandingan ini membuat fakta pelayanan di Indonesia menjadi lebih buruk, karena tidak adanya supporting
service system untuk perempuan yang bekerja.
8
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
9
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
10
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
2. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat pada artikel ini banyak menggunakan bentuk kalimat aktif, salah satunya terdapat pada paragraf pertama,
yaitu:
“…justru sedikit wanita yang melibatkan relasi,
pernikahan, atau anak dalam kategori sukses.”
11
Selain itu bentuk kalimat aktif juga terdapat pada subjudul Lebih Realistis, paragraf keenam:
“Clara mengingatkan untuk tidak langsung
menjatuhkan „vonis’ bahwa wanita yang secara sadar memilih berhenti bekerja karena merasa tidak ingin
kehilangan kesempatan untuk mengasuh dan mendidik anak secara
penih, sebagai
suatu kemunduran
atau ketidaksuksesan.”
12
Bentuk kalimat aktif juga terdapat pada anak artikel Dihambat Negara?, paragraf ketiga. Seperti teks berikut:
“Sementara di Indonesia, kita sendirilah yang
jungkir balik mencari asisten rumah tangga ART atau
pengasuh.”
13
3. Kata Ganti
Dalam artikel ini banyak menggunakan kata ganti untuk menunjukkan dimana posisi seseorang dalam wacana. Bahkan, kata
ganti sudah terlihat dari judul artikel ini, yaitu Sukses di Mata Kami. Kata ganti kami pada judul ini menggambarkan posisi
Majalah Femina dan juga pihak yang sependapat dengan pandangan Majalah Femina, seperti yang dikatakan penulis artikel:
11
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.46.
12
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
13
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
“Karena ini kan Femina, majalah untuk perempuan, jadi di mata kami memang adalah kami mewakili dari
perempuan yang ada di Indonesia. Jadi kepinginnya sih sukses di mata kami itu merepresentasikan perempuan
Indonesia yang urban, usia 25 – 35 sesuai target Femina
dengan segmennya dari tingkat ekonominya menengah ke atas dan masyarakat urban..”
14
Penggunaan kata ganti juga terdapat pada subjudul Bukan Melulu Posisi, paragraf ketujuh, dan subjudul Lebih Realistis,
paragraf pertama, yaitu: “Melihat hal ini, Clara menjelaskan, dengan
tingginya tingkat pendidikan, banyak wanita menjadi lebih paham bahwa mereka memiliki hak secara penuh untuk
menentukan apakah mereka ingin berkarier secara penuh, berkarier dan memiliki keluarga, atau memilih menjadi ibu
rumah tangga secara penuh.”
15
“…Menurut Clara, wanita yang menikah sekaligus memiliki karier, keberhasilan pada kedua ini tetap menjadi
tolok ukur kesuksesan mereka
.”
16
Kata ganti mereka di sini merupakan perkataan dari narasumber yang dikutip oleh penulis artikel. Narasumber
menggunakan kata ganti mereka untuk menunjukkan posisi perempuan secara keseluruhan. Kata ganti ini dimaksud bahwa
perempuan memiliki cara pandang yang berbeda dan memiliki hak untuk menjalankan apa yang menjadi pilihannya.
Selain itu, kata ganti juga digunakan dalam anak artikel Dihambat Negara? yang terdapat pada paragraf tiga, yaitu:
“Sementara di Indonesia, kita sendirilah yang
jungkir balik mencari asisten rumah tangga ART atau pengasuh
”
17
14
Wawancara Pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bagian Feature, Rully Larasati, Jakarta, 19 November 2014.
15
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
16
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
Kata ganti kita pada kalimat ini menunjukkan representasi kebersamaan atas keluhan yang dialami perempuan yang bekerja
termasuk penulis artikel ini. Menurut Eriyanto, kata ganti kita bermaksud menumbuhkan komunitas antara penulis artikel dengan
pembaca, sehingga menciptakan dukungan pada sebuah pernyataan dan menghilangkan penentang dari pernyataan tersebut.
18
e. Stilistik
1. Leksikon
Leksikon merupakan pemilihan kata yang dilakukan penulis artikel dalam proses representasi. Penggunaan leksikon terdapat
pada sudjudul Bukan Melulu Posisi paragraf pertama, yaitu: “Selain pendidikan perubahan nilai dalam
masyarakat mengenai pembagian kerja seksual yang dulunya begitu kaku, sekarang sudah lebih cair. Pria dan
wanita sama- sama memiliki kesempatan untuk bekerja.”
19
Kata kaku dan cair digunakan untuk menunjukkan kondisi mengenai peran antara perempuan dan laki-laki. Kata kaku dan cair
umumnya digunakan untuk sifat dari suatu benda. Kata lain dari kaku yaitu tegang, dan keras. Sedangkan cair memiliki kata lain
seperti melebur, dan meluluh. Tetapi, penulis artikel menggunakan kata kaku dan cair untuk merepresentasikan suatu kondisi yang
sangat bertentangan.
17
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h.48.
18
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS, 2012, h. 254.
19
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h. 46.
Leksikon juga ada pada subjudul Lebih Realistis, yang dikutip dari perkataan narasumber, terdapat pada paragraf keenam,
yaitu: “Clara mengingatkan untuk tidak langsung
menjatuhkan vonis bahwa wanita yang secara sadar memilih berhenti bekerja karena merasa tidak ingin
kehilangan kesempatan untuk mengasuh dan mendidik anak secara
penuh, sebagai
suatu kemunduran
atau ketidaksuksesan
”
20
Kata vonis setara dengan kata hukuman, dan putusan. Kata vonis dipilih untuk memberikan kesan yang lebih halus, karena kata
hukuman terlihat kasar dan tidak beretika. Kata vonis juga lebih tepat digunakan pada pernyataan tersebut daripada menggunakan
kata putusan. Selain itu, pada anak artikel Dihambat Negara? juga
terdapat leksikon yang terlihat pada paragraf ketiga, yaitu:
“Sementara di Indonesia, kita sendirilah yang jungkir balik
mencari asisten rumah tangga ART atau pengasuh.
”
21
Pilihan kata jungkir balik yang digunakan penulis artikel bermakna begitu sulitnya perempuan yang bekerja mencari asisten
rumah tangga ART atau pengasuh yang bisa diandalkan. Kata lain dari jungkir balik yaitu bersusah payah, berusaha maksimal, dan
bekerja keras. Kata jungkir balik lebih tepat digunakan penulis artikel karena kata yang mengandung majas hiperbola ini dapat
merepresentasikan makna sulit dalam level yang sangat tinggi, melebihi kata-kata lain.
20
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h. 48.
21
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h. 48.
f. Retoris
1. Grafis
Artikel ini terdapat beberapa grafis, grafis berguna untuk menarik perhatian pembaca dan menonjolkan hal penting dengan
mencetak bagian-bagian tertentu menajadi berbeda dari bagian lain. Dalam artikel ini grafis dapat dilihat dari judul artikel Sukses di Mata
Kami yang menggunakan huruf kapital dengan ukuran yang sangat besar. Lead artikel ini juga menggunakan huruf kapital yang berukuran
lebih besar dibanding huruf dari isi artikel. Subjudul juga menggunakan huruf kapital dengan warna orange.
Artikel Sukses di Mata Kami.
22
Selain itu, nama-nama narasumber yang pertama kali dicantumkan dalam artikel menggunakan huruf tebal, seperti pada teks:
“’Pandangan masyarakat sudah berudah dan indikator penentu kesuksesan juga banyak. Masyarakat kemudian melihat
22
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h. 46.
bahwa tidak lagi harus selalu ya dan tidak, bekerja atau tidak,’ jelas sosiolog Lugina Setyawati
dari Universitas Indonesia.”
23
Grafis tidak hanyak sekedar pemakaian huruf tebal atau miring. Grafis juga dapat dilakukan melalui elemen foto. Dalam artikel ini
terdapat foto ilustrasi dalam satu lembar halaman penuh. Pada foto tersebut terlihat seorang perempuan yang mengenakan pakaian kantor
sedang membereskan mainan anak-anak di sebuah ruangan. Foto ini menggambarkan perempuan yang menjalani dua peran dalam
hidupnya, peran dalam rumah tangga dan karier. Dan perempuan harus bertanggungjawab atas kedua peran tersebut.
Ilustrasi Artikel Sukses di Mata Kami.
24
Selain itu, grafis yang paling menonjol pada artikel ini adalah penempatan anak artikel pada sisi halaman artikel Sukses di Mata
Kami. Anak artikel yang berjudul Dihambat Negara? dibuat ruang
23
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h. 46.
24
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h. 47.
khusus dengan backgroung berwarna orange dan judul berwarna putih dengan ukuran huruf yang cukup besar. Maksud dari pembuatan grafis
dari anak artikel ini yaitu untuk menekankan sebuah peristiwa yang sangat menarik untuk disoroti. Seperti yang dikatakan Rully Larasati
selaku penulis artikel: “Kalau kita berbicara hierarki penulisan, ide ini
sebetulnya penting tetapi kalau disatukan ke dalam penulisan artikel tidak masuk. Dan memang betul ini menjadi suatu
highlight tertentu. Se hingga saya keluarkan dari isi artikel.”
Artikel Sukses di Mata Kami
25
Tabel 3 Temuan Elemen Teks Artikel “Sukses di Mata Kami”.
Struktur Wacana
Elemen Keterangan
Struktur Makro
Tematik TopikTema
Artikel Sukses di Mata Kami Tolok
ukur kesuksesan
peran perempuan antara rumah tangga dan
karier.
25
Sukses di Mata Kami, Femina, 15 – 21 Februari 2014, h. 48.
Anak Artikel Dihambat Negara? Kurangnya
peran Negara
dalam perlindungan dan perhatian anak dari
perempuan yang bekerja.
Superstruktur Skematik
Skema Situasi
Artikel Sukses di Mata Kami Skema artikel ini dimulai dengan
judul artikel itu sendiri yaitu Sukses di Mata Kami.
Pada bagian awal terdapat lead yang berbunyi ”Ketika keluarga bukan
lagi yang paling utama”. Latar masalah yang menjadi alasan
penulis artikel dalam mengangkat tema ini.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab berubahnya cara pandang
perempuan dalam melihat sebuah kesuksesan peran.
Anak Artikel Dihambat Negara? Skema dimulai dengan judul
Dihambat Negara?. Pada bagian awal merupakan uraian
masalah. Pada bagian akhir terdapat solusi
yang ditawarkan oleh satu pakar.
Skema Komentar
Artikel Sukses di Mata Kami Lugina Setyawati, sosiolog dari
Universitas Indonesia. Clara Handayani, psikolog.
Mereka menjelaskan realitas peran sosial perempuan yang sedang
berkembang, di mana peran sosial perempuan saat ini tidak hanya
sekedar urusan rumah tangga, dan mereka juga menjelaskan faktor apa
saja yang menyebabkan perubahan peran sosial perempuan.
Shinta Dewi, PNS. Nancy Suryo Sofyan, Manager
Corporate Communication. Aisya Adiputri, Model.
Dalam komentarnya, responden ini berbagi pengalaman hidup yang
dijalani sebagai ibu rumah tangga sekaligus berkarier.
Anak Artikel Dihambat Negara? Terdapat
komentar dari
Lugina Setyawati yang menerangkan bahwa
peran Negara sangat penting dalam mendukung peran karier perempuan,
yaitu dengan membangun supporting service system untuk perlindungan dan
perhatian pada anak.
Struktur Mikro
Semantik Latar
Artikel Sukses di Mata Kami Latar belakang artikel ini muncul dari
hasil survey Citi dan LinkedIn yang menyatakan bahwa sedikit perempuan
yang melibatkan relasi, pernikahan, atau anak dalam kategori sukses.
Anak artikel Dihambat Negara? Kesulitan yang dialami perempuan
bekerja dalam mencari pengasuh atau pembantu rumah tangga ART yang
tepat untuk mengawasi anaknya.
Detail Subjudul:
Pendidikan yang Membebaskan, paragraf 5
Definisi kesuksesan yang berkembang sekarang juga tidak hanya meluas dari
domestik
menjadi karier,
Clara memandangnya
sebagai adanya
pemaknaan yang lebih dalam. Misalnya, banyak yang memaknai kesuksesan
tidak hanya
keberhasilan secara
individu, tetapi juga bagaimana bisa berperan dalam ruang lingkup yang
lebih luas. Subjudul:
Bukan Melulu Posisi, paragraf 10
„Dulu konsep bekerja itu hanya di luar, sekarang kata kerja itu sendiri bisa
berbeda. Perubahan itu tidak tunggal, tidak hanya hitam dan putih. Pilihannya
tidak lagi bekerja di kantor atau diam di
rumah saja,’ jelas Lugina. Anak Artikel Dihambat Negara?,
paragraf 5 Begitu wanita berkarier, negara harus
melihat itu sebagai salah satu bentuk tanggung jawab yang harus dilakukan
oleh negara. Apalagi pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 9 tahun,
prestasi wanita juga sudah berada pada tingkat nasional dan internasional, tetapi
negara sepertinya masih diam saja.
Praanggapan Anak Artikel Dihambat Negara?,
paragraf 7 Lugina berharap negara membangun
supporting service system yang dapat membantu
wanita mengatasi
kekhawatirannya dalam urusan anak, sehingga mereka bisa lebih fokus untuk
aktualisasi diri mereka.
Struktur Mikro
Sintaksis Koherensi
Subjudul: Bukan Melulu Posisi, paragraf 3
Pandangan bahwa
wanita adalah
subordinat pria, masih ada. Tetapi, kerena wanita masa kini telah memiliki
kompetensi, maka posisi tawar mereka pun menjadi lebih tinggi.
Anak Artikel Dihambat Negara?, paragraf 4
’Saya harus bilang, kondisi wanita Indonesia sangat berat. Ketika dia punya
aspirasi, nilai berubah, tetapi negara tidak punya mekanisme supporting
system
,’ tegas Lugina.
Koherensi Kondisional
Subjudul: Bukan Melulu Posisi, paragraf 4
Hal itu seiring dengan muncul pula faktor-faktor lain yang secara langsung
menuntut wanita untuk bekerja. Dari segi
ekonomi misalnya,
dengan kebutuhan hidup yang makin tinggi…
Anak Artikel Dihambat Negara?, paragraf 1
Di sisi lain, Lugina menyayangkan kapasitas dan kompetensi wanita saat ini
tidak didukung oleh negara yang tidak memiliki
security service
untuk warganya. Ketika wanita yang sudah
berkeluarga ini telah besekolah tinggi,...
Koherensi Pembeda
Subjudul: Bukan Melulu Posisi, paragraf 10
’Dulu konsep bekerja itu hanya di luar,
sekarang
kata „kerja’ itu sendiri bisa berbeda. Perubahan itu tidak tunggal,
tidak hanya hitam dan putih. Pilihannya tidak lagi bekerja di kantor atau diam di
rumah saja.’ Jelas Lugina. Subjudul:
Lebih Realistis, paragraf 7
’Berbeda dengan era sebelumnya, ketika wanita tidak bekerja karena tidak
punya pilihan. Saat ini para wanita secara berdaya dan sadar mengambil
pilihannya dan menjalankan peran
domestiknya dengan lebih baik,..’ tegas Clara.
Anak
Artikel Dihambat
Negara?, paragraf 2 dan 3
Berbeda dengan kondisi di luar negeri, fasilitas day care tersedia banyak,
dengan
biaya yang
jelas dan
menyesuaikan dengan kondisi orang tua…
Sementara di Indonesia, kita sendirilah yang jungkir balik mencari asisten
rumah tangga
ART atau pengasuh…
Bentuk Kalimat
Artikel Sukses di Mata Kami, paragraf 1 …justru
sedikit wanita
yang
melibatkan relasi, pernikahan, atau
anak dalam kategori sukses. Subjudul:
Lebih Realistis, paragraf 6 Clara
mengingatkan untuk
tidak langsung
menjatuhkan „vonis’ bahwa wanita yang secara sadar memilih
berhenti bekerja karena merasa tidak ingin kehilangan kesempatan untuk
mengasuh dan mendidik anak secara penih, sebagai suatu kemunduran atau
ketidaksuksesan. Anak
Artikel Dihambat
Negara?, paragraf 3
Sementara di Indonesia, kita sendirilah yang jungkir balik mencari asisten
rumah tangga ART atau pengasuh.
Kata Ganti Judul Artikel: Sukses di Mata Kami
Subjudul: BukanMelulu Posisi, paragraf 7
Melihat hal ini, Clara menjelaskan, dengan tingginya tingkat pendidikan,
banyak wanita menjadi lebih paham bahwa mereka memiliki hak secara
penuh
untuk menentukan
apakah
mereka
ingin berkarier secara penuh, berkarier dan memiliki keluarga, atau
memilih menjadi ibu rumah tangga secara penuh.
Subjudul: Lebih Realistis, paragraf 1
…Menurut Clara, wanita yang menikah sekaligus memiliki karier, keberhasilan
pada kedua ini tetap menjadi tolok ukur kesuksesan mereka.
Anak Artikel Dihambat Negara?, paragraf 3
Sementara di Indonesia, kita sendirilah yang jungkir balik mencari asisten
rumah tangga ART atau pengasuh
Struktur Mikro
Stilistik Leksikon
Subjudul: Bukan Melulu Posisi, paragraf 1
Selain pendidikan perubahan nilai dalam masyarakat mengenai pembagian kerja
seksual yang dulunya begitu kaku, sekarang sudah lebih cair. Pria dan
wanita sama-sama memiliki kesempatan untuk bekerja.
Subjudul: Lebih Realistis, paragraf 6
Clara
mengingatkan untuk
tidak
langsung menjatuhkan vonis bahwa wanita yang secara sadar memilih
berhenti bekerja karena merasa tidak ingin kehilangan kesempatan untuk
mengasuh dan mendidik anak secara penuh, sebagai suatu kemunduran atau
ketidaksuksesan Anak Artikel Dihambat Negara?,
paragraf 3 Sementara di Indonesia, kita sendirilah
yang jungkir balik mencari asisten
rumah tangga ART atau pengasuh.
Struktur Mikro
Retoris Grafis
Penggunaan huruf kapital dan ukuran besar pada judul, dan lead.
Penggunaan huruf kapital dan ukuran besar dengan warna berbeda
pada subjudul. Nama-nama
narasumber yang
pertama kali dicantumkan dalam artikel menggunakan huruf tebal.
Foto ilustrasi
menggambarkan perempuan yang menjalani dua
peran dalam hidupnya, peran dalam rumah tangga dan karier.
.Anak artikel yang berjudul Dihambat Negara? dibuat ruang
khusus dengan backgroung berwarna orange dan judul berwarna putih
dengan ukuran huruf yang cukup besar.
B. Analisis Kognisi Sosial Artikel Sukses di Mata Kami
Analisis wacana model van Dijk tidak hanya membatasi penelitiannya pada struktur teks, tetapi juga melihat bagaimana kognisi
sosial dari wartawan yang membuat teks tersebut. Teks merupakan sarana yang digunakan wartawan untuk membuat suatu makna berdasarkan
kesadaran mental wartawan mengenai konteks sosial yang berkembang. Maka, pada analisis ini akan diteliti bagaimana kepercayaan, pengetahuan,
pengalaman, dan prasangka wartawan terhadap peran sosial perempuan. Untuk mendapatkan hasil analisis kognisi sosial, peneliti telah melakukan
wawancara untuk melihat kognisi sosial dari penulis artikel Sukses di Mata Kami.
Artikel Sukses di Mata Kami terdapat pada rubrik Liputan Khas, karena Sukses di Mata Kami termasuk dalam kategori isu yang cukup
berat, dengan ulasan dari sosiolog dan psikologi yang spesifik dalam
bidang gender. Walaupun liputan ini membahas isu yang cukup berat, namun Femina mengemasnya dengan bertutur versi life style.
26
Wacana tentang peran perempuan yang diangkat Majalah Femina Edisi 15-21 Februari 2014 rubrik Liputan Khas ini merupakan fenomena
yang dialami perempuan mengenai pembagian peran sosial dalam kehidupannya. Majalah Femina adalah majalah dengan perspektif
feminisme yang selalu mengangkat isu-isu tentang perempuan yang urban. Artikel Sukses di Mata Kami pun juga tidak terlepas dari isu gender di
perkotaan, seperti yang dikatakan Rully Larasati melalui wawancara: “Karena ini adalah Femina, majalah untuk perempuan. Jadi
Sukses di Mata Kami mewakili dari perempuan yang ada di Indonesia. Harapannya, Sukses di Mata Kami itu merepresentasikan
perempuan Indonesia yang urban, usia 25 – 35, sesuai target
Femina dengan segmentasi ekonomi menengah ke atas. Jadi saya tidak bicara soal masyarakat di daerah desa, pelosok di NTB
misalnya. Karena kita memang fokusnya adalah majalah gaya hidup, majalah perempuan life style
.”
27
Majalah Femina memiliki tiga divisi besar, yaitu divisi feature, divisi fashion and beauty, dan divisi boga. Rubrik Liputan Khas termasuk
dalam divisi feature. Mengenai rutinitas proses pra produksi di Femina, ketiga divisi tersebut harus melaksanakan input ide terlebih dahulu pada
divisinya masing-masing. Jika ide sudah terkumpul, maka akan diajukan untuk masuk dalam rapat daftar isi, yang mempertemukan tiga divisi besar
dengan pemimpin redaksi, serta bagian periklanan. Selanjutnya, ide-ide yang diterima akan ditentukan penempatannya.
28
26
Wawancara Pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bagian Feature, Rully Larasati, Jakarta, 19 November 2014.
27
Wawancara Pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bagian Feature, Rully Larasati.
28
Wawancara Pribadi dengan Redaktur Eksekutif Bagian Feature, Rully Larasati.