Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Dengan proses panjang ini, perbedaan gender akhirnya sering dianggap menjadi ketentuan Tuhan yang bersifat kodrati atau seolah-olah bersifat
biologis yang tidak dapat diubah lagi. Inilah sebenarnya yang menyebabkan awal terjadinya ketidakadilan gender di tengah-tengah
masyarakat. Dari dua identitas gender yang disebutkan di atas, dalam penelitian
ini hanya akan dibahas identitas feminisme dengan melihat bagaimana perempuan direpresentasikan dalam teks. Karena pokok penelitian ini
adalah teks tentang peran sosial perempuan. Hal ini menjadi penting untuk diteliti karena pada saat ini masih banyak perempuan yang
mempermasalahkan ketidakadilan nilai, peran, hak, dan kewajiban sosialnya, bahkan penghapusan diskriminasi terhadap kaum perempuan.
Maka muncullah gerakan emansipasi perempuan yang berawal dari adanya budaya patriarki yang menyebar hingga belahan dunia.
Budaya patriarki merupakan sebuah budaya yang telah mengkonstruksi perempuan sebagai kaum lemah dibawah kendali laki-
laki. Pada tahun 2012, telah berkembangnya era moderninasasi, masih saja ada perempuan di Papua yang mengalami diskriminasi dengan alasan
tradisi budaya. Perempuan yang hendak melahirkan, menurut tradisinya harus melahirkan di tempat yang disebut „kandang hina‟ dan tidak boleh
didekati laki-laki. Ibu dan bayi harus tinggal sampai seminggu dengan
hanya beralaskan tanah. Dengan praktik ini hingga akhirnya banyak perempuan yang mati sia-sia.
1
Selain itu diskriminasi terhadap perempuan juga terjadi di China, banyak perempuan yang harus merelakan rahimnya membengkak karena
terus melahirkan, tetapi bayi-bayi tersebut dibuang jika bayi yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan. Sementara di India, ada tradisi
dimana keluarga perempuan wajib membayarkan mas kawin kepada keluarga suami, apabila tak sanggup melunasi maka perempuan tersebut
mendapati tindakan penganiayaan hingga kematian.
2
Tradisi budaya yang telah melekat pada masyarakat telah disamakan dengan kodrat yang berarti
sesuatu yang mutlak, dan tidak dapat ditentang. Sehingga dalam hal ini perempuan telah dirugikan, karena sesungguhnya perempuan juga
merupakan makhluk sosial yang memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Berkat kesadaran perempuan akan kaumnya yang masih
terdiskriminasi, kini banyak bermunculan gerakan-gerakan pendukung perempuan yang menuntut akan kesetaraan gender dalam kehidupan
sosial. Pada tanggal 8 Maret 1911 telah diresmikan Hari Perempuan Internasional, yang sampai saat ini masih terus berkembang demi
kesejahteraan kaum perempuan. Selain diskriminasi karena tradisi, fokus pembelaan perempuan juga tertuju pada peran perempuan dalam
kehidupan sosial.
1
Kristi Poerwandari, Perempuan dan Konstruksi Jender, diakses dari http:female.kompas.comread2012030809431482Perempuan.dan.Konstruksi.Jender
, pada 21 Agustus 2014, pukul 09. 45 WIB.
2
Kristi Poerwandari, Perempuan dan Konstruksi Jender, diakses dari http:female.kompas.comread2012030809431482Perempuan.dan.Konstruksi.Jender
, pada 21 Agustus 2014, pukul 09. 45 WIB
Kehidupan sosial perempuan perlu diperhatikan, karena peran perempuan pada sejarahnya telah mengalami konstruksi sosial. Peran
perempuan dalam kehidupannya telah dibatasi hanya dalam aktivitas rumah tangga seperti mengurus rumah, menjaga anak, dan melayani
suami. Sehingga perempuan tidak diperbolehkan terjun ke ruang publik. Dengan hadirnya gerakan pembelaan atas kaum perempuan atau juga yang
disebut gerakan feminisme, maka kini banyak kaum perempuan dengan percaya diri menunjukan potensinya, berkiprah ke ruang publik.
Fenomena ini sedang marak terjadi, dimana perempuan dengan kehebatannya mampu menjalani beberapa peran dalam hidupnya.
Perempuan dapat meraih keberhasilan dalam kariernya, meskipun mereka juga merupakan ibu rumah tangga yang memiliki kewajiban mengasuh
anak dan memenuhi kebutuhan suami. Salah satu cara untuk memahami fenomena yang terjadi pada masyarakat dapat dilakukan dengan meneliti
media massa. Media massa merupakan cerminan dari suatu masyarakat. Seseorang dapat mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa nilai-nilai
yang dipegang dalam suatu masyarakat dari isi berita atau artikel yang dimuat dalam media massa tersebut.
Melalui wacana-wacana yang diangkat, media massa bukanlah sekedar saluran yang bebas, media massa juga subjek yang mengonstruksi
realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Seperti dikatakan Tony Bennet, media massa dipandang sebagai agen konstruksi
sosial yang mendefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya.
3
Media
3
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKiS, 2012, h. 36
massa membentuk dunia lewat wacana dengan cara mengarahkan pemikiran pembaca sesuai dengan cara pandang mereka. Dengan begitu,
pembaca diajak untuk mengikuti apa yang menjadi pandangan pembuat teks wacana.
Fenomena mengenai kesetaraan dan keadilan hak-hak kaum perempuan sudah tercemin pada majalah-majalah perempuan yang telah
banyak beredar, seperti majalah Femina, Ummi, Paras, dan lainnya. Majalah-majalah tersebut menampilkan berbagai macam informasi seputar
kehidupan perempuan. Untuk melihat fenomena yang terjadi pada peran perempuan yang terjadi saat ini. Peneliti akan menggunakan majalah
Femina pada rublik Liputan Khas edisi 15-21 Februari, yang membahas mengenai tolok ukur kesuksesan kaum perempuan, kesuksesan ini diukur
dari peran domestik dan karier yang dijalani oleh perempuan. Dalam penelitian ini akan digunakan metode analisis wacana
model Teun A. van Dijk. Metode wacana model Teun A. van Dijk digunakan karena penelitian ini ditujukan untuk melihat seperti apakah
representasi peran sosial perempuan pada majalah Femina. Selain itu, model Teun A. van Dijk digunakan untuk melihat bagaimana kognisi
sosial dari penulis artikel serta konteks sosial yang ada di masyarakat mengenai peran sosial perempuan. Oleh karena itu, peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Konstruksi Peran Sosial Perempuan
dalam rubrik Liputan Khas Sukses di Mata Kami pada Majalah Femina ”.