Peran Sosial Perempuan Dalam Pandangan Islam
Asiyah binti Mazahim, istri dari Fir‟aun. Asiyah merupakan perempuan yang berani memperjuangkan kebenaran, Ia tetap bertakwa kepada Allah
SWT dengan memegang teguh agama Allah SWT dan melawan Fir‟aun,
suaminya yang zhalim. Ummu Imarah al-Anshari pernah berkata kepada Nabi Muhammad
SAW, bahwa Ia melihat wahyu-wahyu yang diturunkan Allah SAW selalu berkaitan dengan laki-laki, tidak pernah ada kaum perempuan disebut
dalam wahyu Allah.
34
Hingga akhirnya turunlah sebuah ayat yang menanggapi perkataan Ummu Imarah al-Anshari tersebut. Allah SWT
berfirman dalam QS. al-Ahzab ayat 35:
Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.
35
34
Alfatih, Al- Qur’anul Karim: Mushaf Terjemah Aminah, Jakarta: PT Insan Media
Pustaka, 2012, h. 422.
35
Alfatih, Al- Qur’anul Karim: Mushaf Terjemah Aminah.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Agama Islam tidak membedakan peran dan hak untuk kaum laki-laki dan perempuan, serta tidak
mendiskriminasikan salah satu gender. Laki-laki dan perempuan sama- sama sebagai hamba Allah, laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai
khalifah, laki-laki dan perempuan sama-sama menerima perjanjian Tuhan, laki-laki dan perempuan sama-sama terlibat dalam drama kehidupan.
Bahkan, laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi meraih prestasi dan pahala.
36
Allah SWT menciptakan manusia, laki-laki maupun perempuan dengan potensi yang sama untuk mendapatkan tempat yang terbaik di mata
Allah SWT. Karena sesungguhnya Allah SWT melihat manusia berdasarkan iman dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Manusia, baik
laki-laki dan perempuan diwajibkan untuk melaksanakan perintah Allah SWT, dan menjauhi larangan-Nya. Maka selama kita melaksanakan suatu
peran yang didasari atas keimanan kita kepada Allah SWT, kita akan mendapatkan pahala yang telah dijanjikan Allah SWT.
Dalam pandangan Islam, ada beberapa hak yang dimiliki oleh kaum perempuan, yaitu: Hak perempuan dalam bermasyarakat, hal ini
terdapat dalam surah at-Taubah. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa laki-laki dan perempuan diwajibkan untuk saling tolong menolong dalam
aspek kehidupan.
36
Amirullah Syarbini, Gender dan Peranan Wanita Perspektif Al- Qur’an, diakses dari
http:syaamilquran.comgender-peranan-wanita-perspektif-al-quran.html , pada tanggal 25
Agustus 2014, pukul 22.23 WIB.
QS. at-Taubah ayat 71:
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Mereka menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
37
Selain hak dalam bermasyarakat, dalam pandangan Islam perempuan diberi hak dalam memilih pekerjaan. Pada masa awal Islam,
banyak perempuan yang aktif dalam berbagai aktivitas. Para perempuan diperbolehkan berkarier di dalam rumah maupun diluar rumah, baik
mandiri atau dengan orang lain, dengan lembaga pemerintah maupun swasta. Tetapi dengan syarat menjaga kehormatan, sopan, memelihara
agama, dan menghindari perlakuan negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.
38
Jelas, Islam merupakan agama yang tidak memihak pada sistem patriarki. Islam memberikan hak kepada laki-
laki dan perempuan untuk berkiprah di ruang publik. Perempuan boleh menuangkan segala potensi yang dimiliki, baik berorganisasi, membuka
usaha, bekerja di kantor, bahkan terjun ke dunia politik.
37
Alfatih, Al- Qur’anul Karim: Mushaf Terjemah Aminah, h. 198.
38
M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an, cet. ke-13, Jakarta: Mizan Pustaka,
1996, h. 140.
Islam tidak hanya memperbolehkan kaum perempuan untuk berkarier. Tetapi juga menjaga kaum perempuan dari hal-hal yang tidak
diinginkan dengan syarat-syarat tertentu, yaitu dengan bermoral dan berpegang teguh pada perintah Allah SWT, mengerjakan perbuatan yang
makruf dan mencegah yang munkar. Seperti yang dilakukan para pejuang Islam perempuan yang sukses dengan kariernya dan tetap berpegang teguh
pada perintah Allah SWT. Dalam sejarah peradaban Islam, perempuan-perempuan yang
memiliki aktivitas di luar publik banyak sekali, seperti: Ummu Salamah, Shafiyah, Laila al-Ghaffariyah, Ummu Sinam al-Aslamiyah, mereka itu
merupakan tokoh-tokoh perempuan yang terlibat dalam peperangan. Dalam bidang perdagangan, ada istri Nabi yang terbilang sangat sukses,
yaitu Khadijah binti Khuwalid, begitu pula Qilat Ummi Bani Anmar. Ada juga yang bekerja untuk membantu suaminya demi mencukupi kebutuhan,
yaitu Raithah, istri sahabat Nabi. Lalu, al-Syifa, seorang perempuan yang pandai menulis, dan oleh Khalifah Umar r.a ditugaskan untuk menangani
pasar kota Madinah.
39
Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan, seseorang akan memiliki hak untuk berkarier dan berkiprah di dunia publik. Selain itu,
perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban untuk menuntut ilmu. Allah SWT pun menurunkan wahyu pertama pada surah al-Alaq, yang
mana pada ayat kesatu sampai kelima bermakna mengajarkan manusia
39
M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an, cet. ke-13, h. 141
untuk menulis dan membaca yang merupakan kunci dari ilmu pengetahuan. QS. al-Alaq ayat 1 sampai dengan 5, yang artinya:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya.
40
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, banyak perempuan yang terlihat aktif dalam bidang ilmu pengetahuan. Salah satunya istri Nabi,
Aisyah r.a, adalah seorang yang sangat hebat dalam pengetahuannya, dan dikenal sebagai kritikus. Selain itu, Sayyidah Sakinah putri al-Husain bin
Ali bin Abi Thalib, perempuan ini diberi gelar Fakhr al- Nisa’ Kebanggan
Perempuan.
41
Sebagai seorang perempuan, yang mana berperan sebagai ibu, istri, serta aktif di ruang publik, harus memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi.
Karena perempuan yang menimba ilmu pengetahuan akan mampu memajukan diri, keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan ilmu,
perempuan juga mampu menghadapi rintangan dalam hidupnya. Ilmu yang dipelajari yaitu ilmu yang seimbang antara dunia dan akhirat. Islam
pun mengajarkan kita untuk mencintai ilmu.
42
Tokoh perempuan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan di atas dapat membuktikan bahwa Islam jauh lebih dulu menyerukan manusia
untuk terus menimba ilmu pengetahuan. Maka tidak salah apabila kini ada perempuan yang terus bersekolah hingga menyetarai laki-laki. Karena
ilmu yang diperoleh perempuan tidak hanya digunakan untuk dirinya
40
Alfatih, Al- Qur’anul Karim: Mushaf Terjemah Aminah, h. 597.
41
M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur’an, cet. ke-13, h. 143.
42
Bushrah Basiron, Wanita Cemerlang, h. 5.
sendiri, tetapi bermanfaat untuk keturunannya kelak. Ada pepatah yang mengatakan perempuan merupakan al-ummu madrasatul ula, yang
bermakna ibu adalah sekolah utama untuk anak-anaknya. Dari beberapa hak yang dimiliki oleh perempuan, ada peran yang
seharusnya tidak boleh ditinggalkan kaum perempuan dalam pandangan Islam, yaitu: Peranan sebagai ibu, Islam memandang dan memposisikan
perempuan sebagai ibu dengan derajat yang tinggi. Orang tua, khususnya Ibu merupakan suatu peran yang sangat penting dalam kehidupan. Ibu
memiliki jasa dan kasih sayang yang tidak dapat digantikan oleh apapun, bahkan materi. Karena ibu ikhlas mempertaruhkan jiwa hanya demi
anaknya, sejak anak masih dalam kandungan, lahir hingga dewasa. Dalam al-
Qur‟an pun ditegaskan untuk berbakti kepada Ibu.
43
QS. Luqman ayat 14:
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
44
Dalam suatu keluarga, ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak-anak. Naluri seorang ibu dapat merasakan dan mengenal pasti
problem anak-anaknya. Peranan ibu sangat dibutuhkan untuk menciptakan interaksi dengan anak yang memiliki masalah dengan memberikan solusi.
43
Siti Muri‟ah, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Wanita Karier, Semarang: Rasail Media Group, 2011, h. 147.
44
Alfatih, Al- Qur’anul Karim: Mushaf Terjemah Aminah, h. 412.
Hal ini akan memberikan dampak positif, adanya keterbukaan antar keluarga. Karena perhatian yang ditunjukan oleh ibu akan membuat anak-
anak merasa lebih dihargai dan disayangi.
45
Peran dan tanggungjawab seorang ibu sangatlah besar. Mulai dari mengandung anak, melahirkan, menyusui, merawat, dan membimbingnya
hingga dewasa. Maka perempuan yang memutuskan untuk terjun ke dunia publik harus memikirkan matang-matang, bahwa tugas ibu sangat besar
dalam membentuk pribadi anaknya di masa depan. Ibu yang melaksanakan tugasnya dengan baik akan menghasilkan anak yang baik pula.
Selanjutnya, peran sebagai istri, Allah telah menciptakan kaum laki-laki dengan kaum perempuan untuk saling berpasang-pasangan.
Suami dan istri adalah sepasang makhluk manusia yang terikat dalam jalinan
pernikahan. Keduanya
saling melengkapi
dan saling
membutuhkan.
46
Seorang suami dan istri harus memiliki rasa cinta dan kasih satu sama lain, maka akan menciptakan suasana tenteram dan
harmonis. Seperti firman Allah SWT yang terdapat pada QS. ar-Rum ayat 21:
Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,
agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia
45
Bushrah Basiron, Wanita Cemerlang, h. 4.
46
Siti Muri‟ah, Nilai-Nilai Pendidikan Islam dan Wanita Karier h. 149.
menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran
Allah bagi kaum yang berpikir.
Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan bukan untuk bersaing, melainkan untuk hidup berdampingan dan saling melengkapi.
Suami memiliki peran dalam menafkahi keluarga, sedangkan perempuan mengurus keperluan rumah tangga, dan memberikan kehangatan dalam
keluarga. Walaupun demikian suami dan istri memiliki tanggung jawab bersama dalam hal mengasuh dan mendidik anak. Tugas-tugas inilah yang
sudah ditetapkan kepada seorang suami dan istri dalam membangun kehidupan rumah tangga.