Analisis Wacana KERANGKA TEORI
dan kepaduan.
52
Seperti yang dikatakan pada studi linguistik, yang mengatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang lebih besar dari
kalimat. Analisis wacana dalam studi linguistik melihat hubungan antara kalimat satu dengan kalimat lain, yang dalam hubungan itu terdapat
keterkaitan satu sama lain. Selain itu, dalam bidang sosiologi wacana merupakan keterkaitan penggunaan bahasa dalam melihat konteks sosial.
53
Dapat dipahami bahwa wacana berkaitan dengan bahasa. Bahasa telah disusun sesuai dengan semestinya dan tercipta wacana dengan
susunan yang satu dan padu. Bahasa dalam wacana juga digunakan untuk menggambarkan suatu konteks. Sehingga bahasa dilihat penting, dan
bukan hanya sekedar rentetan kata tanpa arti. Maka analisis wacana digunakan untuk meneliti konteks yang direpresentasikan dalam teks.
Bahasa dalam wacana bukan hanya sekedar tulisan yang disampaikan penulis kepada pembaca, juga bukan ucapan yang dikatakan
pembicara kepada pendengarnya. Tetapi menurut Tarigan yang dikutip Alex Sobur, bahasa digunakan dalam sebuah wacana bertujuan untuk
mengekspresikan diri, eksposisi, sastra, dan persuasi.
54
Jika bahasa dalam wacana bertujuan untuk ekspresi diri. Maka wacana melihat bahasa
sebagai media untuk menyampaikan gagasan atau kepercayaan yang dianut si penulis teks kepada orang banyak. Melalui wacana sebuah
gagasan atau kepercayaan tersebut akan tersebar di masyarakat. Seperti yang dikatakan Roger Fowler dikutip oleh Eriyanto:
52
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung: PT Rosdakarya, 2009, h. 10.
53
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 1-3.
54
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 11.
Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, kategori di dalamnya;
kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia, sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman.
55
Jadi, ideologi yang terdapat wacana bukan hanya kepercayaan yang dianut oleh individu saja. Sebagai contoh: perusahaan media massa
seperti majalah pasti didirikan oleh perorangan atau sekumpulan orang yang mana menganut nilai-nilai, kepercayaan dalam hidupnya, dan
menjadikan kepercayaan tersebut sebagai dasar visi dan misi dari perusahaan yang didirikannya. Apabila pemilik media menganut
kepercayaan atau ideologi feminisme, dan menjadikannya sebagai visi dan misi perusahaan, maka terdapat wacana yang berlandaskan ideologi
feminisme pula dalam setiap terbitan majalahnya. Dapat dilihat sekarang, cukup banyak majalah perempuan yang
berlandaskan ideologi feminisme. Dalam penggunaan bahasa, majalah- majalah tersebut sangat provokatif dan memiliki makna yang tersembunyi.
Contohnya, majalah Gogirl, memiliki slogan girl power yang memiliki arti kekuasaan perempuan atau kekuatan perempuan. Dari slogan tersebut
terlihat bahwa majalah Gogirl menganut ideologi feminisme, karena slogan tersebut dapat memotivasi perempuan, menyadarkan bahwa
perempuan memiliki kekuatan, dan mengajak untuk menunjukkan kekuatan tersebut. Maka dapat dipahami bahwa ideologi dapat tersirat
dalam bahasa. Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana.
Pandangan pertama adalah positivisme, pada pandangan ini melihat
55
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 2.
manusia dapat mencurahkan pengalaman-pengalamannya melalui bahasa dengan melihat aturan-aturan dalam berbahasa. Bagaimana menyelaraskan
suatu wacana dengan baik kohesif, juga memadukan sebuah makna dalam wacana koheren. Dalam pandangan ini, kepercayaan yang dianut
oleh pembuat wacana tidak dipermasalahkan. Hanya menekankan pada ketepatan dalam struktur kebahasaan.
56
Sebagai contoh, Ami dan Thifa pergi untuk membeli tas, tas yang dia pilih sangat mahal. Pada pandangan positivisme melihat kalimat tadi
koheren, karena makna atau maksud dari kalimat tadi dapat dipahami pembaca. Tapi kalimat tadi tidak kohesif, karena kata
“dia” pada kalimat tadi tidak diketahui menunjuk pada siapa, Ami atau Thifa. Kalimat tadi
akan sesuai dengan aturan berbahasa jika kalimat tadi berbunyi, Ami dan Thifa pergi untuk membeli tas, tas yang Ami pilih sangat mahal.
Pandangan kedua adalah konstruktivisme, pandangan yang menolak pandangan positivisme. Dalam pandangan konstruktivisme
bahasa tidak lagi dilihat pada aturan-aturan berbahasa saja, tapi pandangan ini melihat dalam wacana terdapat makna atau maksud tertentu dari si
subjek pembicara dengan menggunakan bahasa. Subjek pembicara atau penulis merupakan faktor utama yang dapat mengontol dan menciptakan
makna. Setiap orang mempunyai kebebasan untuk mencurahkan sesuatu yang berasal dari pengalaman hidupnya.
57
Terakhir adalah pandangan kritis, pandangan ini jauh lebih peka dari pada pandangan konstruktivisme. Karena pandangan ini melihat
56
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 4.
57
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 5.
terdapat sebuah kekuatan atau kekuasaan dalam setiap makna yang terdapat di wacana. Kekuasaan ini telah mengontrol individu dalam setiap
pembuatan wacana: tema apa, topik apa, strategi-strategi yang digunakan, juga batasan-batasan dalam wacana telah dikontrol oleh sebuah kekuasaan
yang ada di masyarakat.
58