Kedua , pemikiran kaum modernis. Mereka percaya bahwa kemiskinan
terjadi sebagai akibat dari sikap mental, budaya dan pandangan teologis yang keliru. Jadi, kemiskinan dipandang sebagai kemiskinan kultural.
Oleh karena itu, bagi kelompok modernis, pemecahannya adalah dengan cara mengubah sikap mental yang fatalistik, dan menganjurkan mereka
agar banyak berpartisipasi dalam proses globalisasi dan pembangunan. Ketiga
, pandangan kaum revivalis atau fundamentalis, mereka beranggapan bahwa kemiskinan terjadi sebagai akibat dari pengaruh
paham-paham atau ideologi yang tidak islami, sementara umat Islam semakin jauh dari ajaran Islam. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan
paham ini adalah kembali kepada konsep-konsep Islam. Mereka yakin bahwa Al-Qur’an memiliki konsep yang lengkap untuk memecahkan
berbagai masalah. Mereka beranggapan bahwa proyek globalisasi dan kapitalisme merupakan agenda dan konsep Barat yang dipaksakan pada
umat Islam. Keempat,
paradigma Islam transformatif ataupun Islam kiri sosialis. Mereka meyakini bahwa kemiskinan terjadi sebagai akibat dari
ketidakadilan sistem dan struktur ekonomi.
60
2. Praktik sosialisme pada masa generasi Islam pertama
60
. Endang Mintarja, Politik berbasis agama, Perlawanan muammar Qadhafi terhadap kapitalisme,
h. 72-75.
Sesungguhnya, hampir semua shahabat Nabi mengamalkan pola atau cara hidup
yang diajarkan
oleh Rasulullah,
terutama dalam
masalah kesederhanaan, kebersamaan dan rasa persaudaraan yang kuat. Rasulullah
adalah pemimpin yang berpengaruh dan beliau juga sosialistis, dimana ia memakai gaya hidup rakyat kebanyakan pada saat itu, yaitu sebagai orang
yang miskin dan bekerja keras. Dia adalah pemimpin yang menjahit bajunya sendiri yang sobek, pemimpin yang tinggal di rumah yang sempit, dimana
ruangan yang sama digunakan untuk tidur, memasak, serta menerima tamu. Dia adalah pemimpin yang baik terhadap tetangganya dan perhatian terhadap
rakyat. Dia seorang pemimpin yang melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh seorang budak pada zamannya.
61
Semua sahabatnya sangat kagum dan respek terhadap apa yang dilakukan Rasul yang agung ini.
Dalam tulisan ini hanya akan diungkapkan dua orang sahabat yang sering dianggap sebagai tokoh sosialis awal Islam, dan penentang paling lantang
terhadap pola individualisme, yaitu Umar ibn Khathab dan Abu Dzar Al- Ghifari.
Umar ibn Khathab, sahabat Nabi yang menjadi khalifah setelah Abu Bakar, adalah penakluk Jazirah Arab yang suka tidur bersama orang-orang
miskin dan bergantian naik onta dengan pengawalnya ketika menaklukan Palestina. Umar adalah orang pertama yang menyandang gelar Amirul
61
. HOS. Cokroaminoto, Islam dan Sosialisme, h.40.
Mukminin yang mempunyai kekuasaan sangat besar dan luas tapi tidak suka gaya penghormatan ala raja-raja. Ia menjadikan kaum fakir miskin sebagai
sahabat, dan selalu makan bersama mereka ketika menjalankan tugas pemerintahan. Mengenai gaya sosialisme Umar, Prof Ockley mengulasnya
kurang lebih: “Beliau Umar tidak pernah menyimpan uang di dalam Baitul Mal peti pembendaharaan negara, tetapi tiap Jum’at malam dibagikannya
kepada rakyat sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing”
62
. Sungguh, yang dilakukan Umar indentik dengan apa yang dicita-citakan para sosialis
utopis dan komunis yang menyerukan ‘dari semua sesuai kemampuannya dan untuk semua sesuai dengan kebutuhannya’. Oleh karena itu, Umar sebetulnya
keberatan dengan tetap memberi tunjangan kepada sahabat dekat Nabi atas jasa-jasa mereka, ia melakukan hal itu hanya sekedar mengikuti kebijakan
Rasulullah. Lagi pula, pada masa Rasul mereka itu tidak begitu kaya. Pada masa Umar, mereka sebenarnya mempunyai income yang cukup dari
perniagaan yang mereka lakukan, dan hal itu mulai menimbulkan kesenjangan di antara kaum muslimin. Dalam hal ini Umar berkata: “ Seandainya aku
mengetahui keadaan seperti ini pada masa awal pemerintahanku, niscaya akan aku ambil kelebihan harta orang-orang kaya dan ku bagikan kepada fakir
miskin” Kebijakan Sosialistik Umar lainnya adalah mengenai jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Jaminan itu ia ambil dari dana Zakat dan baitul mal.
62
. HOS. Cokroaminoto, Islam dan Sosialisme, h.55.
Apabila dana zakat dan pembendaharaan baitul mal habis ia mewajibkan setiap orang kaya untuk menampung mereka sesuai dengan jumlah keluarga
mereka.
63
Abu Dzar Al-Ghifari yang mempunyai nama asli Jundul ibn Janadah, dianggap oleh banyak pengamat sebagai tokoh sosialis Islam awal yang
sangat konsisten, radikal dan revolusioner. Bahkan sosok sosialis Abu Dzar lebih tenar dari pada Umar ibn Khattab. Setidaknya ada dua hal yang
menyebabkan dia lebih popular dari Umar. Pertama, karena protesnya yang keras terhadap Usman Ibn Affan khalifah ke-tiga yang mempraktikan
nepotisme, juga tindakan penumpukan harta dan kemewahan yang dilakukan keluarga Usman. Protes keras yang dilakukan pada Muawiyah dan
keluarganya setelah Muawwiyah merebut kekuasaan dari Ali ibn Abi Thalib. Kedua, karena konsep hak milik pribadi yang dianut Abu Dzar hampir sejalan
dengan kaum sosialis. Ia meyakini bahwa orang hanya boleh memiliki harta sesuai primernya saja, selebihnya adalah milik bersama.
64
Selain kedua tokoh Islam awal tersebut, masih ada beberapa tokoh lain yang bisa disebut kaum sosialisme Islam awal, Abu Bakar yang
membebaskan perbudakan untuk terciptanya persamaan dan peersaudaraan. Ali ibn Abi Thalib yang anti kemiskinan sebagai bentuk perlawanan
kesenjangan dan penindasan kelas, bahkan Usman ibn Affan yang
63
. Taha Husain, Malapetaka Terbesar dalam Sejarah Islam, Yogyakarta: Pustaka Jaya, 1996. h. 29.
64
. Taha Husain, Malapetaka Terbesar dalam Sejarah Islam, h. 32
memberikan dan membuat fasilitas-fasillitas untuk rakyat dari kekayaannya sendiri sebagai simbol nasionalisasi aset-aset negara untuk kepentingan rakyat
banyak, mereka bisa dikatagorikan sebagai orang-orang yang meletakkan dasar-dasar sosialisme dalam Islam.
65
Dari contoh prilaku para sahabat di atas dapat kita jadikan sebuah referensi bahwa sosialisme dalam Islam memang sudah ada sejak Islam
bersemai di negeri Arab.ed dengan landasan seperti berikut: Sosialisme Islam di dasarkan kepada ajaran Islam dan praktek
kehidupan Nabi Muhammad SAW, yang selanjutnya diteruskan oleh para sahabatnya, menurut Hassan Hanafi “ kita terlambat memperkenalkan istilah
Sosialisme Islam ” setelah struktur masyarakat sosialistik Islam terbentuk.
Perjuangan membela yang lemah dan tertindas disebutnya sebagai kiri Islam, al Yasar al-Islami
.
66
Sosialisme Islam sendiri memiliki tiga pilar utama sebagai penyokongnya.
67
pertama, gerakan sosial yang memperjuangkan tatanan struktural yang berkeadilan. Islam adalah sangat revolusioner karena selalu
65
. Endang Mintarja, Politik berbasis agama, Perlawanan muammar Qadhafi terhadap kapitalisme,
h. 81.
66
. Hassan Hanafi, “ Apa Itu Kiri Islam”, dalam Kazoo Shimo Gaki, Between Modernity and Past modernity The Islamic Left and Dr. Hassa Hanafia Thought: A Critical Reading
, Terj, M. Imam Azis dan M.Jadul Maula, Yogyakarta: LKIS,2004, cet VII, h. 114.
67
. Muhidin M.Dahlan, “Pengantar” Sosialisme Religius suatu jalan keempat?, Yogyakarta Kreasi Wacana bekerja sama dengan Komunitas Jurnalistik GORESAN HMI MPO Yogyakarta 2001,
cet, ke-tiga h. XXI.
menghendaki transformasi struktural. Kedua, gerakan humanistik yang menyapa
sesamanya berdasarkan
kemanusian, bukan
atas dasar
primordialisme suku, ras, dan kelompok. Ketiga, religiusitas atas spirit beragama yang di landasi oleh semangat pembebasan dan humnistik serta
peribadatan yang diiringi dengan rasa cinta.
BAB III SEKILAS MENGENAI LIBYA DAN PROFIL QADHAFI