Kelas Sosialisme; Solusi Problem Demokrasi: kedaulatan rakyat

atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini ia memberikan kepada anggota partainya kemerdekaan idiil ataupun materiil. 125 Menurut Qadhafi partai adalah bentuk kediktatoran kontemporer, partai merupakan instrumen pemerintahan diktator modern,, partai juga merupakan penguasa kecil atas seluruh rakyat. 126 Selain itu juga Qadhafi berpendapat bahwa, semua bentuk partai baik berbaju politik agama ataupun sosial, itu merupakan penghalang dari kemajuan masyarakat. Bahkan Qadhafi menganggap partai politik sebagai kegagalan demokrasi. 127 Selain itu, menurut Qadhafi menambah jumlah partai hanya membuat intensitas perebutan kekuasaan semakin keras dan meluas. Tidak diakuinya partai dalam negara merupakan hal biasa di negara- negara monarki penganut sistem kerajaan, Tetapi, dalam negara yang mengklaim demokrasi, hanya Libya lah negara yang menolak adanya sistem kepartaian. Bahkan dalam negara komunis, partai merupakan hal yang sangat penting sebagai media meraih dan mempertahankan kekuasaan.

c. Kelas

125 . Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, , h.161. 126 ..Muammar Qadhafi, Manapak Jalan Revolusi, penerjemah Zakiyuddin Baidhawy, Yogyakarta: Insist Press,2000 h.11. 127 . Endang Mintarja, Politik Berbasis Agama Perlawanan Muammar Qadhafi Terhadap Kapitalisme, . H.166. Sistem politik kelas sama dengan sistem partai, suku atau kelompok, yaitu kelas mendominasi masyarakat dengan cara yang sama yang dilakukan partai, suku atau kelompok. 128 Yang dimaksud kelas Thabaqah oleh Qadhafi adalah pada kelompok-kelompok sosial bardasarkan ikatan darah suku atau kepentingan dan status ekonomi, dimana ada dominasi atau monopoli terhadap kelompok lain dalam satu atau beberapa hal. Jadi, bila ada satu kelompok orang memonopoli sesuatu, maka kelompok tersebut adalah kelompok kelas, misalnya, kelompok tentara yang mendominasi persenjataan, maka tentara adalah kelompok kelas. Begitu juga misalnya sekelompok ulama yang memonopoli penafsiran atau urusan keagamaan, maka ulama adalah kelompok kelas. 129 Dengan demikian, konsep kelas Qadhafi berbeda dengan konsep kelas Marx yang menyatakan bahwa kelas itu tercipta sebagai akibat dari kegiatan ekonomi saja mode of production, hal itu pun bagi Marx belum cukup untuk dikatakan kelompok kelas sampai orang-orang itu menyadari dirinya sebagai kelas tertentu. Sedangkan kelas menurut Qadhafi adalah hal yang secara otomatis terjadi apabila ada monopoli atau sesuatu yang menyebabkan terjadinya penindasan terhadap kelompok lain. 130 128 . ------Qadhafi, Manapak Jalan Revolusi, penerjemah Zakiyuddin Baidhawy, h.18. 129 . Muammar Qadhafi, Comentary on The Green Book, Tripoli: World Centre for Research and Studies of The Green Book, h.66. 130 . Endang Mintarja, Politik Berbasis Agama Perlawanan Muammar Qadhafi Terhadap Kapitalisme, . H.167. Keberpihakan Qadhafi terhadap kelas sosial yang terbentuk dari ikatan kesukuan dan sekte keagamaan tersebut berdasarkan pengamatannya terhadap hukum kemasyarakatan. Kolompok sosial itu merupakan hal yang alami karena ia muncul secara tradisional. Hal itu merupakan bentuk struktur sosial yang muncul pertama kali dalam sejarah umat manusia. Oleh karena itu, menurut Qadhafi kelompok-kelompok tersebut sebenarnya berasal dari satu kelas saja: “setiap kelompok sosial yang berbeda-beda dan mendorong adanya perjuangan untuk memperoleh kekuasaan pada mulanya merupakan orang- orang dalam satu kelas. “ Setiap kelompok sosial yang berbeda-beda dan mendorong adanya perjuangan untuk memperoleh kekuasaan pada mulanya merupakan orang-orang dari satu kelas. Usaha untuk memisahkan dari suatu kelas terlahir dari hukum evolusi segala sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar atau dihindari. 131 Perjuangan kelas sering kali mengarah pada terciptanya satu kesatuan kelas. Hal itu disebabkan kelas-kelas yang lain dihancurkan secara paksa dan bukan disebabkan oleh demokrasi rakyat secara langsung. Qadhafi menyatakan “ setiap kelas yang membentuk suatu masyarakat secara otomatis mewarisi karakteristiknya”. 132

d. Plebisit