Hukum rakyat Syari’at Al-Mujtama

hasil keputusan Kongres, baik urusan dalam atau luar negeri. Jadi, Komite sama sekali tidak mempunyai hak untuk membuat kebijakan sendiri di luar keputusan kongres. 135

f. Hukum rakyat Syari’at Al-Mujtama

Hukum adalah problem lain yang pararel dengan problem instrument pemerintahan. Hal ini juga belum terpecahkan di masa modern sekalipun pernah terpecahkan pada periode sejarah tertentu. Dalam menerapkan hukum positif di Libya, khususnya untuk masalah- masalah publik, Qadhafi hanya merujuk pada Adat dan Agama. Adat atau agama adalah dua sumber Hukum Rakyat yang sesuai dengan kaidah-kaidah demokrasi sejati sedangkan perumusan Hukum yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang kemudian yang dijadikan konstitusi merupakan penghianatan terhadap demokrasi, karena hukum seperti itu, menurut Qadhafi, dibuat berdasarkan selera dan kepentingan politik tertentu dan karenanya bersifat temporer, 136 sedangkan adat dan agama merupakan sumber hukum yang diakui oleh masyarakat dan bersifat abadi. Karena tradisi atau adat rakyat Libya sangat dipengaruhi Islam, yang merupakan agama rakyat Libya, hubungan antara adat dan agama, menurut Qadhafi itu saling melengkapi; agama dapat mengakomodir adat, adat merupakan ekspresi dari kehidupan 135 . Ali Al-Shiddiq Al-Madani, Al-Ta’rif bi An-Nidzam Al-Jamahiri Tripoli Manshurat Al- Markaz Al-‘Alami li Al-Dirasah wa Abhats Al-Kitab Al-Akhdhar, h.15-16 136 . Muammar Qadhafi, Al-Kitab Al-Akhdhar. h.35-40. suatu masyarakat. 137 Dengan demikian, setiap aturan yang dibuat bukan berasal dari agama, atau adat merupakan pembangkangan manusia terhadap kemanusiaan. Qadhafi menjadikan syari’at Islam sebagai hukum bagi rakyat Libya. Hanya saja, berbeda dengan para pemikir politik Islam lainnya, syari’at Islam yang dimaksud Qadhafi adalah Al-Qur’an, tidak termasuk kumpulan hadits yang sering diasosiasikan dengan kata sunnah. 138 Menurut pemahaman Qadhafi, adalah tingkah laku Nabi yang mentradisi dan tercermin dalam praktik shalat dan ibadah ritual lainnya. Hanya saja, Qadhafi tidak menolak seluruh hadits yang terkodifikasi dalam berbagai kitab hadits, yakni hadits yang tidak bertentangan dengan Al-Qu’an dalam hal ini Qadhafi menyatakan; Kalau kita memang mengetahui ada beberapa hadits yang diucapkan oleh Rasulullah, kita harus menerimanya sebagai mana kita menerima Al-Qur’an. Tetapi dilemanya adalah bagaimana kita mengeatahui mana hadits yang benar-benar diucapkan Rasulullah dan mana yang tidak ? ini merupakan masalah serius, karena setelah Rasulullah wafat, banyak sekte dan madzhab bermunculan dalam Islam. Madzhab-madzhab tersebut, sebagaimana anda ketahui dan ikuti, tidak ada pada masa ketika Rasulullah masih hidup,. Madzhab-madzhab dan sekte-sekte itu muncul bermula dari gerakan politik yang kemudian mengkristal dan muncul di antara masyarakat Islam. Gerakan sektarian tersebut mengakibatksan kaum muslimin terjerembab dalam pertumpahan darah antara mereka., bahkan pertumpahan darah tersebut terjadi di kalangan shahabat pada masa itulah kemudian beberapa hadits palsu maudhu’ dibuat dan diklaim berasal dari Rasulullah dengan tujuan masing- masing kelompok menggunakan hadits tersebut untuk memperkuat pendirian 137 . Muammar Qadhafi, Al-Kitab Al-Akhdhar. h. 40. 138 . Untuk lebih jelas lihat ijtihad Qadhafi mengenai makna Sunnah perbedaannya dengan hadits. Hal ini berbeda dengan konsep konstitusi negara Islam dan hukum Islam dalam konsep Al- maududi yang mengakomodir sunnah dalam artian kumpulan hadis shahih sebagian dari sumber hukum Islam. mereka dan menyatakan pendapat mereka sebagai satu-satunya Islam yang benarsejati. 139 Semua orang kemudian mengikuti salah satu dari kelompok atau partai-partai tersebut, termasuk orang-orang munafiq dan jahat, serta orang- orang yang jujur dan shaleh. Kemudian Qadhafi menyimpulkan: “ kalau kita mempelajari kumpulan hadits-hadits tersebut, kita akan paling tidak mendapatkan 60 hadits yang saling bertentangan. 140 Lantas Qadhafi memberikan sedikit contoh mengenai pertentangan hadits dan mengilustrasikan pendapatnya, kemudian berargumen bahwa tidak mungkin Rasulullah mengatakan satu hal dan keudian mengatakan hal yang sebaliknya. Selanjutnya Qadhafi Menyatakan: “ mari kita bersama-sama membandingkan hadits yang dianggap benar dengan Al-Qur’an, kita terima hadits yang sesuai dengan Al-Qur’an dan tolak yang bertentangan dengannya dan tidak usah lagi kita membicarakan merujuk pada Bukhari dan Muslim. karena semua orang dapat mengklaim hadits yang diperolehnya benar sahih, tetapi tak seorang pun yang dapat mengklaim bahwa ada surat atau ayat yang berasal dari Al-Qur’an tapi ternyata tidak terdapat di dalamnya, 141 Lebih jauh lagi Qadhafi menganggap segala hal diluar Al-Qur’an merupakan hasil kerja manusia, karena itu tidak layak dijadikan sebagai sumber hukum masyarakat. Ia pun menganggap semua produk ijtihad dari berbagai madzhab sebagai hukum positif, buatan manusia. Tetapi hasil ijtihad 139 . Muammar Qadhafi, Al-Qutuba wa Al-Ahadits Al-Qaid Al-Diniyah, Tripoli Al-Quwwat Al-MUsalahah Al-Libyah, tt, h. 214-215. 140 . Muammar Qadhafi, Al-Qutuba wa Al-Ahadits Al-Qaid Al-Diniyah., h.215. 141 . Muammar Qadhafi, Al-Qutuba wa Al-Ahadits Al-Qaid Al-Diniyah., h. 219. mereka dianggap sebagai hukum atau syari’at Islam. Pada hal setiap yang di luar Al-Qur’an hanyalah produk ijtihad belaka, dengan tegas Qadhafi menyatakan “ Saya menganggap syariah Islam sebagai hasil pemikiran dari berbagai madzhab , seperti hukum Romawi atau hukum positif lainnya. Ia merupakan bagian dari warisan Islam, tetapi sama sekalali bukan agama itu sendiri. 142 Sedangkan yang dimaksud dengan adattradisi ‘Urf oleh Qadhafi adalah sesuatu yang fundamental mengarahkan manusia untuk dapat membedakan antara hak dan kewajiban, benar dan salah, baik dan buruk. Hukum alam tersebut bukan merupakan hasil dari tekanan dan buatan seseorang atau kelompok tertentu di masyarakat, tetapi merupakan warisan yang abadi dan tidak hanya berlaku di dunia saja. Tidak seperti hukum-hukum modern atau konstitusi hukum positif, hukum alam tersebut merupakan sesuatu yang sangat primordial dan tidak dapat diubah. Qadhafi menyatakan: “adat atau pandangan hidup yang berasal dari suatu pemerintahan diktator merupakan pengganti dari hukum adat tertentu. dengan demikian hukum positif telah menggantikan posisi hukum alam bahkan mengapus identitas sebuah masyarakat”. 143

g. Pers