kecerdasan, bakat, minat, serta kebutuhan siswa, sehingga potensi mereka dapat dioptimalkan dengan baik.
Syafarudd in, mengidentifikasikan sekolah unggulan adalah “Sekolah
yang efektif mampu mencapai tujuan dan efesien menggunakan sumberdaya dengan hemat untuk mencapai tujuan dengan lulusan yang
terbaik, dalam keunggulannya secara kompetitif dan komparatif”.
29
Lebih jelas, Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan bahwa sekolah
unggulan pada hakikatnya adalah “Sekolah yang membekali proses belajar mengajar yang bermutu kepada siswa dengan kurikulum yang bermutu
pula”.
30
Lebih lanjut Depdiknas, menyebutkan dimensi-dimensi sekolah unggulan, yaitu:
1 Masukan Input, Intake berupa siswa yang diseleksi secara ketat
dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan.
2 Sarana dan prasarana yang menunjang guna memenuhi kebutuhan
belajar siswa serta dapat menyalurkan minat dan bakat, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.
3 Lingkungan belajar yang kondusif untuk terwujud dan berkembangnya
potensi keunggulan menjadi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun sosial-psikologi.
4 Guru dan tenaga kependidikan yang menanganinya harus gurutenaga
kependidikan yang terpilih mutunya, baik dari segi penguasaan mata pelajaran, penguasaan metode mengajar, maupun komitmen dalam
menjalankan tugas. 5
Kurikulum yang diperkaya. 6
Rentang waktu belajar di sekolah lebih panjanglebih lama dibandingkan dengan sekolah lain.
29
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan Konsep, Strategi dan Aplikasi, Jakarta:PT Grasindo, 2002, hlm 95.
30
Departemen Pendidikan Nasional, Isu-isu Pendidikan di Indonesia: Enam Isu Pendidikan Triwulan Ketiga, Jakarta:Balitbang Diknas, 2004, hlm. 102.
7 Proses belajar mengajar yang berkualitas dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan accountable kepada siswa, lembaga dan masyarakat.
8 Nilai lebih plus dari sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan
di luar kurikulum nasional melalui pengembangan materi kurikulum, program pengayaan dan perluasan serta percepatan, pengajaran
remedial, pelayanan bimbingan dan penyuluhankonseling yang berkualitas, pembinaan kreatifitas, dan disiplin, sistem asrama dan
kegiatan ektrakurikuler lainnya. 9
Pembinaan kemampuan kepemimpinannya leadership yang menyatu dalam keseluruhan sistem pembinaan siswa dan melalui praktek
langsung dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai materi pelajaran. 10
Sekolah unggulan merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. 11
Sekolah unggulan diproyeksikan untuk menjadi pusat keunggulan agent of excellence.
31
Dengan demikian siswa yang diperkenankan belajar pada program unggulan harus memiliki kriteria tertentu seperti prestasi belajar siswa
yang superior berupa angka raport, nilai ujian nasional UN, dan hasil tes prestasi akademik lainnya, skor psiko-tes yang meliputi intelegensi dan
kreatifitas, tes fisik dengan baik keterangan sehat dari dokter. Selain itu perlu diberikan pula insentif tambahan bagi guru dan tenaga kependidikan
lainnya, baik berupa uang maupun fasilitas lainnya. Kurikulum yang digunakan harus berpegang pada kurikulum nasional yang standar, dan
sekolah perlu mengimprovisasi kurikulum secara maksimal sesuai dengan tuntutan kecepatan dan motivasi belajar siswa lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa seusianya. Selain itu sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana penunjang seperti perpustakaan, laboratorium IPA, Bahasa,
komputer, kebutuhan olahraga, kebutuhan kesenian berbagai peralatan praktek dan lain sebagainya.
31
Depdiknas, Isu-isu Pendidikan:Enam Isu Pendidikan Triwulan Ketiga …, hlm. 103-104.
Dengan mengacu pada sekolah unggulan yang dijelaskan di atas, salah satu bentuk program yang dapat menampung siswa berpotensi tinggi dan
berbakat istimewa adalah program percepatan belajar program akselerasi, dimana program tersebut hanya diberikan kepada siswa yang memiliki
potensi kecerdasan tinggi dan bakat istimewa. Hal ini dilakukan tidak lain dalam rangka mengoptimalkan potensi siswa, meningkatkan hasil prestasi
belajar, baik prestasi akademik berupa nilai hasil belajar, maupun prestasi non akademik berupa keterampilan hidup.
Untuk selanjutnya, dalam membahas program aksalerasi, penulis menggunakan teori dari Depdiknas yaitu program akselerasi adalah
Program layanan belajar diperuntukan bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki ciri-ciri keberbakatan intelektual dan program ini dirancang
khusus untuk dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Program Akselerasi
Departemen Pendidikan Nasional, menetapkan lima tujuan yang mendasari diselenggarakannya program akselerasi bagi siswa berpotensi
tinggi dan berbakat istimewa, sebagaimana yang disebutkan dalam buku pedoman penyelenggaraan akselerasi, yaitu:
1 Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk
mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.
2 Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan
pendidikan bagi dirinya. 3
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bagi peserta didik cerdas istimewa.
4 Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual,
emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik.
5 Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan
dan seni, berkeahlian dan berketerampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti
pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
32
Selain tujuan di atas Dave Meier seperti yang dikutip Busro, menjelaskan tujuan pembelajaran program akselerasi adalah “Menggugah
sepenuhnya kemampuan belajar para pelajar, membuat belajar menyenangkan, dan memuaskan bagi mereka, serta memberikan
sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, keberhasilan mereka sebagai manusia”.
33
Dari beberapa tujuan di atas, penulis berpendapat bahwa tujuan diselenggarakannya program akselerasi adalah untuk memberikan
pelayanan pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan siswa yang berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sehingga siswa tersebut dapat
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya secara maksimal yang mengarah pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan, dalam arti
peningkatan prestasi belajar siswa baik prestasi akademik maupun non akademik.
3. Aspek-aspek Program Akselerasi
1 Aspek Filosofis Program Akselerasi
Penyelenggaraan program kelas akselerasi bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan, kemampuan tinggi, dan bakat istimewa
didasari filosofis oleh berbagai faktor, yaitu: a.
Hakikat Manusia b.
Hakikat Pembangunan Nasional c.
Tujuan Pendidikan d.
Usaha Pencapaian Tujuan Pendidikan.
34
32
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa , …, hlm. 10.
33
Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang…, hlm. 31.
34
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa , …, hlm. 24.
Penjelasan masing-masing filosofis di atas akan dijelaskan sebagai berikut:
Hakikat Manusia,
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan yang
merupakan anugrah
yang semestinya
dimanfaatkan dan
dikembangkan, jangan sampai disia-siakan. Dalam hal ini peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa juga mempunyai
kebutuhan akan keberadaan eksistensinya, mereka membutuhkan pelayanan pendidikan khusus yang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya. Usaha untuk mewujudkan anugrah potensi tersebut secara penuh merupakan konsekuensi dari amanah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Hakikat Pembangunan Nasional, dalam pembangunan nasional,
manusia memiliki peran sentral, yaitu sebagai subjek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya sebagai subjek, maka manusia
Indonesia dikembangkan untuk menjadi manusia yang utuh, yang berkembang segenap dimensi potensinya secara wajar, sebagaimana
mestinya. Pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, melainkan akan
membawa kerugian yang lebih besar bagi perkembangan pendidikan dan percepatan pembangunan Indonesia.
Tujuan Pendidikan, pendidikan nasional berusaha menciptakan
keseimbangan antara
pemerataan kesempatan
dan keadilan.
Pemerataan kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik dari semua lapisan masyarakat untuk
mendapat pendidikan tanpa dihambat perbedaan jenis kelamin, suku bangsa, dan agama. Akan tetapi, memberikan kesempatan yang sama
pada akhirnya akan dibatasi oleh kondisi objektif peserta didik, yaitu kepastian untuk dikembangkan. Untuk mencapai keunggulan dalam
pendidikan, maka diperlukan intensi yaitu memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi objektif peserta didik, perlakuan yang
didasarkan pada minat, bakat, dan kemampuan serta kecerdasan
peserta didik, kalau tidak demikian maka yang akan terjadi adalah ketidakadilan pendidikan.
Usaha Pencapaian
Tujuan Pendidikan,
dalam upaya
pengembangan kemampuan peserta didik, pendidikan berpegang kepada asas keseimbangan dan keselarasan, yaitu keseimbangan
antara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan antara persaingan kompetisi dan kerja sama kooperatif, keseimbangan antara
pengembangan kemampuan berfikir holistik dengan kemampuan berfikir atomistik, dan keseimbangan antara tuntunan dan prakarsa.
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa program akselerasi didasarkan pada pendidikan keadilan, seperti yang tertera pada Undang-undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab III, ayat 1 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan yaitu:
“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.”
35
Dari undang-undang tersebut terlihat jelas bagaimana seharusnya pendidikan
diselenggarakan, yaitu
memberikan pelayanan,
pengalaman belajar sesuai dengan potensi kecerdasan, kemampuan, dan bakat minat yang dimiliki setiap manusia sebagai anugrah Tuhan
untuk dimanfaatkan sebaik mungkin agar potensi tersebut berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara pembangunan nasional
dalam memajukan pendidikan.
2 Aspek Psikologis Program Akselerasi
Secara psikologis anak berbakat diidentikan dengan istilah anak yang memiliki kecerdasan, kemampuan dan bakat istimewa.
Berkenaan dengan hal itu, maka teori-teori program percepatan ini mengacu pada teori tentang anak berbakat:
35
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Sistem Pendidikan Nasional No.20, Tahun 2003, Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006, hlm. 9.
Anak berbakat memiliki potensi kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas
pada kemampuan intelektual, namun berhubungan juga dengan beberapa jenis seperti kecerdasan linguistic, kecerdasan musical,
kecerdasan
kinestik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, teori ini dikenal dengan toeri Multiple Intelligences. Gardner, 1983.
36
Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam program akselerasi ini dibatasi hanya pada kemampuan
intelektual umum saja. Dalam skripsi ini dijelaskan satu pendekatanacuan yang dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual umum siswa yang berbakat, yaitu Pendekatan Multidimensional. Dalam pendekatan ini
kriteria yang digunakan adalah mereka yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas ditetapkan skor IQ 130 ke atas
Skala Wechsler, dimensi kreatifitas cukup ditetapkan skor CQ dalam nilai cukup, dan pengikatan diri terhadap tugas baik ditetapkan skor
TC dalam kategori nilai baku baik, Renzuli, Reis dan Smith 1978.
37
Jadi secara psikologis siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan dan bakat istimewa anak berbakat tingkat kemampuan
intelektual umumnya adalah mereka memiliki IQ 140 dengan kategori genius, dan mereka yang memiliki IQ 130 dengan kategori cerdas
dengan ditunjang oleh kreatifitas dan keterkaitan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata.
3 Aspek Empiris Program Akselerasi
Melihat ciri-ciri yang dijelaskan di atas, terkesan seakan-akan siswa yang memiliki kemampuan, kecerdasan, dan bakat istimewa
hanya memiliki sifat dan perilaku yang positif saja. Sebetulnya tidak demikian, sebagaimana anak pada umumnya, mereka membutuhkan
36
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang
Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa, Jakarta:Balitbang Diknas, 2003, hlm. 12-13.
37
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP, dan SMA: Suatu Model Pelayanan Pendidikan Bagi Peserta Didik Yang
Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa..., hlm.13.
pengertian, perhatian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi mereka akan menderita
kecemasan, keragu-raguan, dan mungkin akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesulitan belajar, seperti:
1 kemampuan berfikir kritis mengarah ke arah sikap meragukan
skeptis baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. 2
Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan dengan
tugas-tugas rutin. 3
Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya.
4 Kepekaan yang tinggi dapat membuat mereka menjadi mudah
tersinggung atau peka terhadap kritik. 5
Semangat, kesiagaan mental dan inisiatifnya yang tinggi dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada
kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
6 Dengan kemampuan dan minat yang beraneka ragam, mereka
membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya.
7 Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta
kebutuhan akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari
orang tua, sekolah, atau teman-temannya, bahkan mereka merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya.
8 Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran
yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya. 9
Berdasarkan penelitian Henry 1993 mereka juga suka mengganggu teman-teman sekitarnya, mengadakan aktifitas