9 d.
Tahap Revisi Tahap  revisi  merupakan  tahapan  setelah  mencurahkan  gagasan  berupa
tulisan.  Dalam  tahap  ini  penulis  biasanya  tidak  dipaksakan  untuk  langsung merivisi  tulisannya.  Pada  tahap  inilah  kedisiplinan  dan  keuletan  seorang  penulis
diuji. Penulis harus mengulangi dan menuliskan kembali karyanya. Bentuk tulisan pada  tahap  ini  dirasa  telah  mendekati  bentuk  tulisan  ideal.  Jika  penulis  sudah
merasa  yakin,  tulisan  tersebut  siap  dibaca  oleh  orang  lain.  Kritik  dari  orang  lain dapat  dipertimbangkan  sebagai  bahan  penilaian.  Setelah  itu  tulisan  bisa
diterbitkan Sumardjo, 2007: 81.
2. Tujuan Menulis Cerpen
Menulis  cerpen  merupakan  sarana  untuk  mengungkapkan  pendapat, pikiran,  dan  perasaan  seseorang  yang  memiliki  tujuan  sendiri  bagi  penulisnya.
Sumardjo  2007:  90-92  mengungkapkan  bahwa  ada  tiga  hal  yang  perlu diperhatikan  untuk  menentukan  arah  penulisan  cerpen,  yaitu  tentang  apa,  dasar
kepercayaan keyakinan hidup, dan apa yang akan dibuktikannya. a.
Tentang apa Objek  cerpen,  segala  macam  tentang  objek  dapat  ditulis  atau  dibicarakan
dalam  cerita  pendek.  Objek  dapat  diambil  dari  pengalaman  hidup  sendiri, pengalaman hidup orang lain, berita-berita dalam koran, dan sebagainya.  Penulis
dapat menuliskan kisah kehidupan anak jalanan, guru, tukang bakso, dan lain-lain. Dapat  juga  bercerita  tentang  peperangan,  percintaan,  dan  perkawinan.  Penulis
bebas  menulis  tentang  pengkhianatan,  kemuliaan,  kesalehan,  kejujuran, kesombongan, dan lain-lain Sumardjo, 2007: 90.
10 b.
Dasar Keyakinan Sikap dasar penulis ditentukan setelah memilih suatu objek yang diketahui
benar.  Menulis  sebagai  sarana  mengemukakan  pendapat  pribadi.  Bobot  seorang pengarang  dapat  diketahui  pembaca  melalui  tulisan  yang  dihasilkan.  Melalui
cerpen  yang  dihasilkan,  watak  dan  sikap  hidup  pengarang  yang  dewasa  dan matang  dapat  disimak.  Sastra  bukan  hanya  khayalan  dan  barang  yang  dapat
dimainkan.  Sastra  merupakan  ekspresi  serius  seseorang  dalam  menanggapi kehidupan dan diperlukan dasar keyakinan dalam menuliskannya.
Sikap  yang  mendasari  pengarang  harus  dimiliki  ketika  ingin  menulis sesuatu,  di  sinilah  sikap  pengarang,  kepribadian,  dan  gaya  seorang  pengarang
dapat  terlihat.  Pengarang  yang  kuat  adalah  pengarang  yang  selalu  kembali  pada gayanya  sendiri.  Pengarang  harus  memiliki  pegangan  dalam  memandang
kehidupan.  Seorang  pengarang  memiliki  penilaian  sendiri  terhadap  hidup,  bukan tukang  khayal  yang  tidak  berguna  dalam  kehidupan.  Ia  adalah  pemikir  yang
serius, harus memiliki pendirian kuat, jelas, dan mengakar. Pegangan hidup dalam menilai dapat berlandaskan agama, moral, filsafat, dan lain sebagainya Sumardjo,
2007: 91. c.
Apa yang hendak dibuktikan Teknik menulis cerita pendek adalah seni keterampilan menyajikan cerita.
Ketangkasan  menulis  dan  menyusun  cerita  yang  menarik  harus  dimiliki pengarang.  Cerita  yang  menarik  dapat  dijadikan  pegangan  pengarang  untuk
menyampaikan maksud dalam tulisan cerpennya Sumardjo, 2007: 92.