Karakterisasi Histologi Embriogenik HASIL DAN PEMBAHASAN

kondisi lingkungan kultur. Selain itu, kompak remahnya kalus dikendalikan oleh kondisi kultur berkaitan saat inisiasi dan pemeliharaan kalus. Terbentuknya kalus yang berstruktur remah menurut Widyawati 2010 dipacu oleh adanya hormon auksin endogen yang diproduksi secara internal oleh eksplan yang telah tumbuh membentuk kalus. Gambar 4.5 : Proses Kultur Apikal Bud Kelapa Sawit a Apikal Bud kelapa sawit jenis Tenera yang berasal dari zigotik berumur 8 bulan; b Eksplan apikal bud kelapa sawit siap ditanam; c Kalus primer berumur 2 bulan setelah inokulasi; d Kalus sekunder berumur 3 bulan setelah inokulasi; e Kalus embriogenik berumur 4 bulan inokulasi; f Embrio somatik berumur 5 bulan setelah inokulasi.

4.10 Karakterisasi Histologi Embriogenik

Perkembangan eksplan apikal bud kelapa sawit dalam kultur in vitro diawali dengan pembentukan kalus yang berdiferensiasi menjadi embrio somatik. Tahapan perkembangan embrio somatik mencakup fase globular, skutelar berbentuk hati dan kotiledon. Tahap perkembangan embrio somatik ini sama dengan tahap perkembangan embrio zigotik tumbuhan monokotil umumnya. Dari hasil analisis histologi dari kalus embriogenik somatik eksplan apikal bud kelapa sawit tampak sel kalus berkembang menjadi embriogenik somatik fase globular Gambar 4.6. a b c f e d Mer Pro a b Prokam Gl o c d Pt Pt e f Gambar 4.6. Analisis Histologi Embrio Somatik Dari Segmen Basal Apikal Bud Kelapa Sawit Fase Globular a potongan jaringan kalus friabel yang terdiri dari sel-sel yang bersifat meristematik pada segmen basal b jaringan protoderm c jaringan meristem yang diperbesar 40x10 tampak sel fase globular d sel Prokambial pada jaringan meristem e bulir pati pada jaringan meristem f komponen bulir pati yang diperbesar 40x10. Mer = meristem Pro = protoderm Prokam = prokambial Pt = pati Glo = fase globular Tampak embrio somatik fase globular dengan sel yang berbentuk bulat dengan bidang polarisasi yang jelas serta permukaan embrio somatik yang halus. Masing- masing sel globular terpisah satu dengan lainnya Gambar 4.6 c, sudah terlihat adanya sekumpulan sel-sel meristematik yang ditandai dengan ruang antar sel lebih rapat, mempunyai inti yang jelas, menyerap warna kuat Gambar 4.6 a hal ini juga dinyatakan oleh Kasi dan Sumaryono 2008 dalam penelitian kalus embriogenik sagu, lapisan protoderm yang sel-selnya tersusun rapi terlihat pada bagian terluar dari embrio Gambar 4.6 b, dijumpai adanya sel prokambial 4.6 d bulir pati pada jaringan meristem Gambar 4.6 e perbesaran bulir pati pada 40x10 Gambar 4.6 f. Menurut Fahn 1990 dalam Sianipar 2008 akan berkembang menjadi planlet yang memiliki daun dan akar apabila memiliki tiga jenis meristem, yaitu protoderm yang berkembang menjadi epidermis. Jaringan prokambial yang akan berkembang menjadi sistem jaringan pembuluh, dan meristem dasar yang membentuk korteks dan empelur. Tampak bahwa embrio somatik fase globular normal memiliki sel meristematik yang menyebar, jaringan prokambial, dan protoderm terdiri dari satu lapisan sel yang tersusun secara teratur. Hal ini sesuai dengan penelitian Sianipar 2008 yang menyatakan embrio somatik globular normal memiliki sel meristematik, jaringan prokambial tunggal, dan protoderm terdiri dari satu lapisan sel yang tersusun secara teratur.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN