Gambar 4.2. Hubungan Rata-Rata Saat Terbentuknya Kalus Embriogenik Pada Posisi Eksplan Dengan Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D
Embrio somatik terbentuk dari perkembangan kalus primer segmen basal yang sebelumnya telah mengalami subkultur sebanyak 3 kali dengan
menggunakan medium Y3 yang sama. Kasi dan Sumaryono., 2008 menyatakan proliferasi pada kalus embriogenik sangat baik dilakukan pada interval waktu 4
minggu, hampir seluruh kalus embriogenik berkembang menjadi embrio somatik setelah terjadi tiga kali subkultur dengan menggunakan medium inisiasi kalus
embriogenik yang sama.
4.5 Persentase Kalus Embriogenik
Dari data pengamatan terhadap saat terbentuknya kalus embriogenik pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, persentase kultur
yang membentuk kalus embriogenik adalah sebesar 18,05 yaitu sebanyak 13 botol dari 72 botol. Pengamatan perkembangan pembentukan kalus embriogenik
pada eksplan apikal bud pada segmen basal dan segmen median terlihat membentuk kalus embriogenik dibandingkan pada segmen apikal yang tidak
membentuk kalus embriogenik. Pada posisi eksplan, hasil penelitian menunjukkan induksi kalus embriogenik tertinggi sebesar 38,5 dari posisi segmen basal
eksplan apikal bud, sedangkan pada posisi segmen median sebesar 7,7 Lampiran 7. Hal ini dapat disebabkan pada segmen basal dan median merupakan
bagian yang meristematis. Secara histologi segmen basal bersifat meristem yang tandai dengan ruang
antar sel lebih rapat, mempunyai inti yang jelas, menyerap warna kuat dapat dilihat pada Gambar 4.6 a. Dibutuhkan konsentrasi yang tepat untuk segmen
apikal dikarenakan perbedaan kemampuan jaringan menyerap unsur hara dan zat pengatur tumbuh dalam media inisiasi.
sehingga kalus yang dihasilkan tidak embriogenik yang ditandai dengan tekstur kalus yang cenderung kompak Ibrahim
et al., 2010. Pembentukan kalus merupakan salah satu indikator adanya pertumbuhan dalam kultur in vitro, lama atau tidaknya eksplan membentuk kalus
tergantung dari bagian tanaman yang dipakai sebagai eksplan serta komposisi media induksi yang digunakan Lizawati, 2012. Pada kultur jaringan, sumber dan
umur eksplan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kemampuan kalus menghasilkan embrio somatik Stone et al., 2002.
4.6 Pengaruh Konsentrasi 2,4-D Terhadap Induksi Kalus Embriogenik
Induksi kalus embriogenik yang dipengaruhi zat pengatur tumbuh 2,4 D yang diuji pada konsentrasi 110 mg L pada medium Y3 menghasilkan 5,1 dalam
menginduksi kalus embriogenik, untuk konsentrasi 120 mgL 2,4-D menghasilkan 12,8 dan respon terbaik pada konsentrasi 130 mgL 2,4-D menghasilkan 15,4
dalam menginduksi kalus embriogenik yang berasal dari segmen basal eksplan apikal bud kelapa sawit jenis Tenera.
Berdasarkan analisis sidik ragam dapat dijelaskan bahwa tingkat konsentrasi zat pengatur tumbuh mempengaruhi secara nyata terhadap
terbentuknya kalus embriogenik yaitu dengan nilai sig. 0.000 0.001 atau p 0.001 dengan nilai F hitung 11.261. Pada induksi kalus embriogenik, kultur
umumnya ditumbuhkan di medium yang mengandung auksin yang mempunyai aktifitas
kuat. Dari
berbagai hasil
penelitian menunjukkan
2,4 Dichlorophenoxyacetic acid 2,4-D merupakan auksin yang efektif untuk induksi
kalus embriogenik Purnamaningsih, 2002. Untuk menginisiasi kalus
embriogenik yang di proliferasi menjadi embrio somatik diperlukan zat pengatur
tumbuh 2,4-D. Berdasarkan hasil uji DMRT Duncan Multiple Range Test saat terbentuknya kalus embriogenik terhadap konsentrasi 2,4-D diperoleh hasil yaitu
konsentrasi 120 mgL dan 130 mgL memberikan pengaruh yang sama terhadap induksi kalus embriogenik, tetapi berpengaruh berbeda nyata dengan konsentrasi
2,4-D 110 mgL. Pada konsentrasi 2,4-D 120 mgL dan 130 mgL memberikan pengaruh paling baik terhadap induksi kalus embriogenik. Sedangkan pada
konsentrasi 2,4-D 110 mgL memberikan pengaruh paling kecil terhadap induksi kalus embriogenik.
Tabel 4.2. Pengaruh Posisi Eksplan dan Konsentrasi 2,4-D Terhadap Persentase Induksi Kalus Embriogenik.
Konsentrasi 2,4-D
Induksi Kalus Embriogenik Rata-Rata
Basal Median
Apikal 110 mgL
15,4 0,0
0,0 5,1
a
120 mgL 30,8
7,7 0,0
12,8
b
130 mgL 38,5
7,7 0,0
15,4
b
Rata-Rata 28,2
c
5,1
b
0,0
a
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji p 0,05 DMRT
4.7 Berat Basah Kalus Embriogenik