rata menyebabkan tidak semua sel kalus mampu menyentuh media terutama sel kalus bagian dalam, akibatnya kemampuan kalus untuk menyerap dan menyimpan
air tidak sama. Sel kalus yang memiliki vakuola lebih besar akan menyimpan air lebih banyak dibanding sel dengan vakuola kecil. Hal inilah yang diduga
menyebabkan perbedaan pola antara berat basah dan berat kering kalus. Berdasarkan Analisis sidik ragam berat kering kalus diperoleh nilai sig
0.000 0.05 atau p 0.000 0.05 dengan nilai F hitung 29,618 sehingga tingkat konsentrasi 2,4-D memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat
kering kalus. Berat kering merupakan salah satu indikator yang paling sering digunakan untuk menentukan adanya pertumbuhan massa pada setiap
pengamatan, dikarenakan berat kering murni berisi hasil metabolisme dimana kandungan airnya telah dihilangkan melalui pengeringan.
Berdasarkan hasil uji DMRT Duncan Multiple Range Test pada berat kering kalus terhadap konsentrasi 2,4-D diperoleh hasil yaitu konsentrasi 2,4-D 110
mgL dan 120 mgL memberikan pengaruh yang sama terhadap berat kering kalus tetapi konsentrasi 2,4-D 130 mgL memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap berat kering kalus. Pada konsentrasi 2,4-D 110 mgL memberikan pengaruh paling kecil dibandingkan pada konsentrasi 2,4-D 130 mgL
memberikan pengaruh paling baik terhadap berat kering kalus.
4.9 Morfologi Kalus Primer dan Kalus Embriogenik
Pengamatan struktur dan warna kalus primer diamati pada masa pertumbuhan 8 minggu setelah inokulasi. Data pengamatan visual struktur dan
warna kalus primer berwarna putih kekuningan sampai putih kecoklatan, bergerombol mengelilingi eksplan . Kalus yang berwarna putih merupakan
jaringan embrionik yang belum mengandung kloroplas, tetapi memiliki kandungan butir pati yang tinggi Lizawati, 2012 sementara untuk pengamatan
kalus embriogenik warna kalus kuning, padat, nodular terdiri dari embrio berwarna putihan susu dengan permukaan kalus yang halus. Pengamatan
dilakukan pada masa petumbuhan 16 minggu setelah inokulasi. Kalus muda berwarna putih, kemudian warnanya akan berubah menjadi hijau dengan
bertambahnya umur. Perbedaan warna kalus ini disebabkan adanya perubahan pigmentasi Rahayu et al.,2002. Hal ini sesuai pernyataan mengenai hubungan
pembelahan sel dan penyerapan warna oleh Steve dan Sussex 1994 dalam Tonga et al., 2012 yang berpendapat bahwa warna kalus yang menunjukkan kalus
bagus adalah hijau karena aktifitas pembelahan selnya tinggi ditunjukkan dengan penyerapan warna yang tinggi. Pengamatan visual terhadap warna kalus yang
terbentuk pada kalus yang disubkultur pada media Y3 dengan berbagai konsentrasi 2,4-D dapat dilihat pada Tabel 4.3. Pengamatan warna kalus yang
diamati secara visual menunjukkan warna kalus yang berbeda –beda sesuai dengan
perlakuan yang diberikan.
Tabel 4.3. Warna Kalus Secara Visual Pada Umur 8 Minggu Konsentrasi
2,4-D Posisi Eksplan
Apikal Median
Basal 110 mgL
̶ Putih
Putih kecoklatan
kekuningan 120 mgL
Putih Putih
Putih kecoklatan
kekuningan kekuningan
130 mgL Putih
Putih Putih
kecoklatan kekuningan
kekuningan Pengamatan visual terhadap struktur kalus sama halnya dengan warna
kalus tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok pada kalus yang disubkultur pada media Y3 dengan konsentrasi 2,4-D yang berbeda. Struktur
kalus yang terbentuk dari eksplan apikal bud kelapa sawit jenis Tenera didominasi struktur kalus yang kompak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi
2,4-D 130 mgL pada posisi segmen basal merupakan perlakuan terbaik terhadap struktur kalus yang dihasilkan. Kalus yang dihasilkan dari perlakuan ini
berstruktur kompak Gambar 4.5. Menurut Street 1973 dalam Lizawati 2012 kalus yang kompak disebabkan kalus memiliki susunan sel yang rapat sehingga
sulit dipisahkan. Pierik 1987 dalam Lizawati 2012 menyatakan struktur pada kalus dapat bervariasi dari kompak hingga meremah, tergantung pada jenis
tanaman yang digunakan, komposisi nutrien media, zat pengatur tumbuh dan
kondisi lingkungan kultur. Selain itu, kompak remahnya kalus dikendalikan oleh kondisi kultur berkaitan saat inisiasi dan pemeliharaan kalus. Terbentuknya kalus
yang berstruktur remah menurut Widyawati 2010 dipacu oleh adanya hormon auksin endogen yang diproduksi secara internal oleh eksplan yang telah tumbuh
membentuk kalus.
Gambar 4.5 : Proses Kultur Apikal Bud Kelapa Sawit a Apikal Bud kelapa sawit jenis Tenera yang berasal dari zigotik berumur 8 bulan; b
Eksplan apikal bud kelapa sawit siap ditanam; c Kalus primer berumur 2 bulan setelah inokulasi; d Kalus sekunder berumur 3
bulan setelah inokulasi; e Kalus embriogenik berumur 4 bulan inokulasi; f Embrio somatik berumur 5 bulan setelah inokulasi.
4.10 Karakterisasi Histologi Embriogenik