Waktu Pembentukan Kalus Embriogenik

menambah jumlah sel. Bagian meristem biasanya terletak pada bagian dalam pada ujung batang dan ujung akar. Hal yang sama pada penelitian Thuzhar et al., 2012 menyatakan segmen basal terdiri dari meristem apikal dan jaringan daun termuda, sel-sel disegmen ini secara aktif membelah, sehingga mereka memiliki potensi yang lebih besar untuk memperoleh kemampuan embriogenik. Penggunaan jaringan meristem dalam kultur jaringan sering digunakan untuk mendapatkan tanaman yang bebas virus, bebasnya jaringan meristem dari infeksi virus disebabkan sedikitnya vakuola yang dimiliki oleh sel-sel meristem Zulkarnain, 2011. Sifat-sifat genetik jaringan meristem yang stabil, memungkinkan dihasilkannya tanaman baru dengan sifat-sifat genetik yang identik dengan induknya, alasan inilah yang membuat kultur jaringan meristem penting dalam upaya perbanyakan tanaman secara in vitro. Tabel 4.1. Rata-Rata Persentase Induksi Kalus Primer Kelapa Sawit pada Beberapa Tingkat Konsentrasi 2,4-D dan Posisi Eksplan. Konsentrasi 2,4-D Induksi Kalus Primer Rata-Rata Basal Median Apikal 110 mgL 11,7 5,9 0,0 5,9 a 120 mgL 23,5 5,9 5,9 11,8 b 130 mgL 35,3 5,9 5,9 15,7 b Rata-Rata 23,5 b 5,9 a 3,9 a F A: 2,4-D 9,70 F B: Segmen 8,22 F A x B 3,99 Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji p 0,05 DMRT. = berbeda nyata

4.4 Waktu Pembentukan Kalus Embriogenik

Perbanyakan tanaman kelapa sawit dengan kultur jaringan meliputi beberapa tahap, yaitu inisiasi kalus embriogenik EC, proliferasi dari kalus embriogenik EG, dan pembentukan tunas dan akar. Inisiasi kalus embriogenik yang berlangsung kira-kira tiga bulan, kemudian disubkultur agar terjadi proliferasi dari kalus embriogenik tersebut. Setelah terjadi proliferasi embriogenik, dilanjutkan dengan pembentukan embrioid yang membutuhkan waktu kira-kira dua bulan yang selanjutnya disubkultur pada media padat untuk pembentukan tunas dan perakaran sehingga terbentuk plantlet Wong et al., 1999. Terdapat dua macam kalus yang terbentuk dalam kultur in vitro suatu tanaman, yaitu 1 kalus embriogenik dan 2 kalus non embriogenik. Kalus embriogenik adalah kalus yang mempunyai potensi untuk beregenerasi menjadi tanaman melalui organogenesis atau embriogenesis. Sedangkan kalus non embriogenik adalah kalus yang mempunyai kemampuan sedikit atau tidak mempunyai kemampuan untuk beregenerasi menjadi tanaman. Kalus embriogenik yang mempunyai struktur kompak, tidak tembus cahaya dan pertumbuhan relatif lambat merupakan tipe yang dikehendaki dalam seleksi in vitro tanaman. Kemampuan regenerasi kalus umumnya menurun sesuai lamanya jaringan dikulturkan, namun beberapa kultur kalus kemampuan regenerasinya dapat bertahan dalam jangka waktu relatif panjang. Kalus embriogenik dicirikan oleh sel yang berukuran kecil, sitoplasma padat, inti besar, vakuola kecil-kecil dan mengandung butir pati Purnamaningsih, 2002. Data pengamatan saat terbentuknya kalus embriogenik dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil pengamatan posisi basal pada konsentrasi 2,4-D 130 mgL menunjukkan pertumbuhan kalus embriogenik di hari ke 107 setelah inokulasi, sementara dikonsentrasi yang sama tetapi pada posisi median tumbuhnya kalus embriogenik dimulai pada hari ke 115, sedangkan di posisi segmen apikal tidak mengalami pertumbuhan kalus embriogenik. Pada konsentrasi 2,4-D 120 mgL posisi segmen basal lebih dahulu tumbuh kalus embriognik pada hari ke 118 dibandingkan pada segmen median yang tumbuh pada hari ke 138 setelah inokulasi dan apikal tidak tumbuh kalus embriogenik. Sementara pada konsentrasi 2,4-D 110 mgL pertumbuhan kalus pada posisi basal di hari ke 128 setelah inokulasi. Pada posisi segmen apikal tidak menunjukkan pertumbuhan kalus dimungkinkan akibat rusaknya meristem sewaktu diisolasi atau dikarenakan perbedaan kemampuan jaringan menyerap unsur hara dan zat pengatur tumbuh dalam media inisiasi. Hubungan rata-rata saat terbentuknya kalus embriogenik pada posisi eksplan terhadap pengaruh zat pengatur tumbuh dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Hubungan Rata-Rata Saat Terbentuknya Kalus Embriogenik Pada Posisi Eksplan Dengan Zat Pengatur Tumbuh 2,4-D Embrio somatik terbentuk dari perkembangan kalus primer segmen basal yang sebelumnya telah mengalami subkultur sebanyak 3 kali dengan menggunakan medium Y3 yang sama. Kasi dan Sumaryono., 2008 menyatakan proliferasi pada kalus embriogenik sangat baik dilakukan pada interval waktu 4 minggu, hampir seluruh kalus embriogenik berkembang menjadi embrio somatik setelah terjadi tiga kali subkultur dengan menggunakan medium inisiasi kalus embriogenik yang sama.

4.5 Persentase Kalus Embriogenik