Analisis Data METODE PENELITIAN

6. Berat kering kultur gram 7. Bagian dari apikal bud yang paling baik sebagai sumber kalus. 8. Morfologi kalus : a Embrionik : berwarna kuning, padat, nodular terdiri dari embrio berwarna putih susu b Non embrionik : berwarna kuning kecoklatan, granular dan halus 9. Analisa histologi kalus a Kalus nodular padat b Sel-sel meristem yang berkembang c Karakteristik sel embriogenik

3.6 Analisis Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis secara analisis deskriptif dan analisis inferensial ANOVA analisis sidik ragam dengan menggunakan SPSS Statistical Product and Service Solution versi 19. Apabila ada perbedaan yang nyata p0,05 maka dilanjutkan dengan uji DUNCAN. Analisi data menggunakan rumus dibawah ini : Yijk = μ + αi + βj + αβ ij + Ԑijk i = 1,2.3 faktor posisi eksplan yang berbeda j = 1,2,3 faktor taraf kosentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda k = ulangan Yijk = respon tanaman yang diamati μ = nilai tengah umum αi = pengaruh taraf ke i dari faktor posisi eksplan yang berbeda βj = pengaruh taraf ke j dari faktor taraf konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda αβ ij = pengaruh interaksi taraf ke i dari faktor posisi ekplan yang berbeda dan taraf ke j dari faktor taraf konsentrasi yang berbeda Ԑijk = pengaruh sisa galat percobaan taraf ke i dari faktor posisi eksplan yang berbeda dan percobaan taraf ke j dari faktor taraf konsentrasi yang berbeda pada ulangan ke k

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Waktu Pembentukan Kalus Primer Pada penelitian ini eksplan apikal bud dari berberapa segmen posisi yaitu apikal, median dan basal dengan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan penambahan arang aktif sebanyak 2 grL dalam medium Y3 mampu menginduksi kalus primer. Arang aktif digunakan karena memiliki pengaruh yang positif dalam meminimalkan oksidasi dan adsorpsi senyawa toxin fenolik yang dilepaskan oleh eksplan, dan sehingga mampu meningkatkan induksi kalus embriogenik dan embryogenesis somatik Thuxar et al., 2012. Data pengamatan saat terbentuknya kalus dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari hasil pengamatan posisi segmen basal pada konsentrasi 2,4-D 130 mgL menunjukkan pertumbuhan kalusnya di hari ke 57 setelah inokulasi, sementara dikonsentrasi yang sama tetapi pada posisi segmen median 130 mgL 2,4-D pertumbuhan kalus dimulai pada hari ke 65, sedangkan di posisi segmen apikal 130 mgL 2,4-D di hari ke 73. Pada konsentrasi 2,4-D 120 mgL posisi segmen basal lebih dahulu tumbuh kalus pada hari ke 67 dibandingkan pada segmen median120 mgL 2,4-D yang tumbuh pada hari ke 82 dan segmen apikal 120 mgL 2,4-D tumbuh kalus pada hari ke 86 setelah inokulasi. Sementara pada konsentrasi 2,4-D 110 mgL pertumbuhan kalus pada posisi segmen basal di hari ke 71, pada posisi segmen median 110 mgL 2,4-D pertumbuhan kalus terjadi di hari ke 96 dan pada posisi apikal 110 mgL 2,4-D tidak menunjukkan pertumbuhan kalus. Dibutuhkan waktu dan zat pengatur tumbuh dalam menginduksi kalus. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi 2,4-D 130 mgL pada posisi segmen basal lebih cepat dalam mempengaruhi waktu terbentuknya