Iklim Schmidt-Ferguson ET artinya iklim tundra. l.

Cuaca dan Iklim 101 persentase perbandingan rata-rata jumlah bulan basah dan bulan kering. Untuk menentukan tipe iklim Schmidt-Ferguson digunakan rumus sebagai berikut. Q = Q = perbandingan bulan kering dan bulan basah Md = mean rata-rata bulan kering, yaitu perbandingan antara jumlah bulan kering dibagi dengan jumlah tahun pengamatan Mw = mean rata-rata bulan basah, yaitu perbandingan antara jumlah bulan basah dibagi dengan jumlah tahun pengamatan Gambar 4.18 Gambar Nilai Q dan R, Iklim Schmidt-Ferguson Gambar nilai Q dan R, dalam perhitungan iklim Schmidt-Ferguson. Ketentuan dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson adalah sebagai berikut. 1. Tipe Iklim A sangat basah, jika nilai Q antara 0–14,33. 2. Tipe Iklim B basah, jika nilai Q antara 14,33–33,3. 3. Tipe Iklim C agak basah, jika nilai Q antara 33,3–60. 4. Tipe Iklim D sedang, jika nilai Q antara 60–100. 5. Tipe Iklim E agak kering, jika nilai Q antara 100–167. 6. Tipe Iklim F kering, jika nilai Q antara 167–300. 7. Tipe Iklim G sangat kering, jika nilai Q antara 300–700. 8. Tipe Iklim H kering sangat ekstrim, jika nilai Q lebih dari 700. Misalnya, kita ingin menentukan tipe iklim kota Jakarta. Dari Dinas Meteorologi dan Geofisika didapat data curah hujan selama lima tahun seperti pada Tabel 4.3. Jumlah rata-rata bulan kering Jumlah rata-rata bulan basah 102 Geografi: Membuka Cakrawala Dunia untuk Kelas X Dari data tersebut diketahui, a. Jumlah pengamatan adalh 5 taun 2000 - 2004. b. nilai mean blan kerng adalah: Md = Md = = 2,0 c. Nilai mean bulan basah adalah: Mw = Mw = = 7,0 d. Nilai Q adalah: Q = Q = e. Maka tipe iklim Jakarta adalah B iklim basah, karena nilai Q-nya berkisar antara 14,33–33,3.

4. Iklim Junghuhn

Seperti halnya Schmidt dan Ferguson, untuk keperluan pola pembudidayaan tanaman perkebunan, seperti tanaman teh, kopi, dan kina, seorang ahli Botani dari Belanda bernama Junghuhn membuat penggolongan iklim khususnya di negara Indonesia terutama di Pulau Jawa berdasarkan pada garis ketinggian. Indikasi tipe iklim adalah jenis tumbuhan yang cocok hidup pada suatu kawasan. Junghuhn membagi lima wilayah iklim berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut sebagai berikut ini.

a. Zone Iklim Panas, antara ketinggian 0–700 meter di atas

permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan di atas 22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami padi, jagung, tebu, dan kelapa.

b. Zone Iklim Sedang, antara ketinggian 700–1.500 meter di

atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 15°C–22°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas perkebunan teh, karet, kopi, dan kina. Sumber: Microsoft Encarta Premium Encyclopedia DVD, 2006 Gambar 4.19 Kelapa Kelapa dapat tumbuh optimal pada zone iklim panas. Tabel 4.3 : Data Curah Hujan Jakarta Tahun 2000–2004 Tabel Curah Hujan milimeter Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Aug Okt Nov Des 335 207 300 295 311 241 195 219 230 208 201 218 198 197 196 116 127 120 107 112 97 67 92 80 95 61 57 63 50 58 50 59 52 52 57 78 37 60 80 56 91 39 87 90 80 151 151 142 120 130 193 115 170 185 195 141 141 129 120 130 Jul Sep Cuaca dan Iklim 103

c. Zone Iklim Sejuk, antara ketinggian 1.500–2.500 meter di

atas permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan antara 11°C–15°C. Daerah ini sangat cocok untuk ditanami komoditas hortikultur seperti sayuran, bunga-bungaan, dan beberapa jenis buah-buahan.

d. Zone Iklim Dingin, antara ketinggian 2.500–4.000 meter di atas

permukaan laut, dengan suhu rata-rata tahunan kurang dari 11°C. Tumbuhan yang masih mampu bertahan adalah lumut dan beberapa jenis rumput.

e. Zone Iklim Salju Tropis, pada ketinggian lebih dari 4.000 meter

di atas permukaan laut. Secara umum, Indonesia berada pada zone iklim tropis karena posisi lintangnya yang terletak antara 6°LU–11°LS. Namun karena adanya berbagai faktor geografis, pola iklim negara Indonesia memiliki karakteristik tersendiri. Beberapa faktor yang mem pengaruhi pola iklim Indonesia antara lain sebagai berikut. 1. Letak wilayah Indonesia di sekitar ekuator mengakibatkan rata- rata suhu tahunan senantiasa tinggi suhu bulan terdingin masih di atas 18°C, karena penyinaran Matahari senantiasa tegak. 2. Letak kepulauan Indonesia di sekitar ekuator mengakibatkan sebagian besar wilayahnya berada pada kawasan angin tenang doldrum sehingga terbebas dari bencana akibat badai tropis siklon. 3. Bentuk wilayah Indonesia berupa kepulauan yang dikelilingi laut mengakibatkan rata-rata kelembapan udara tinggi, bahkan pada musim kemaraupun kelembapan relatifnya masih di atas 70–80. 4. Posisi negara Indonesia yang diapit oleh samudra dan benua mengakibatkan pola iklim Indonesia dipengaruhi sirkulasi angin muson yang berembus dari benua Asia atau Australia.

1. Pola Suhu Indonesia

Kondisi suhu udara di atas kepulauan Indonesia senantiasa berkisar sepanjang tahun rata-rata di atas 18°C. Suhu udara harian biasanya mencapai puncaknya sekitar pukul 14.00–15.00, sedangkan suhu terendah biasanya sekitar pukul 05.00–06.00. Selain itu, rata-rata suhu harian dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian.

2. Pola Curah Hujan Indonesia

Curah hujan di wilayah Indonesia berbeda-beda di berbagai tempat. Terdapat daerah-daerah yang memiliki curah hujan sangat tinggi, namun ada pula yang relatif rendah. Secara umum, rata-rata curah hujan kawasan Indonesia bagian barat lebih tinggi dibanding kan dengan bagian tengah dan timur. Oleh karena posisi lintang Indonesia terletak di sekitar ekuator, pola curah hujan di atas wilayah Indonesia dipengaruhi oleh pergeseran Daerah Konvergensi Antar Tropik DKAT. Bulan- bulan yang memiliki curah hujan terbanyak biasanya sesuai dengan posisi DKAT. Sebagai contoh, wilayah Pulau Jawa dilalui oleh garis DKAT sekitar Januari dan Februari. Pada bulan-bulan inilah curah hujan Pulau Jawa mencapai titik tertinggi. Adapun pengaruh DKAT adalah di wilayah tersebut massa udara naik secara vertikal ke atmosfer sehingga banyak membentuk awan dan mengakibatkan turunnya hujan zenithal atau hujan konveksional. Penyebaran tumbuh-tumbuhan pada zone panas adalah padi, kelapa, kelapa sawit, jagung, tebu, kopi, dan perkebunan karet Havea braziliensis. Batas produktif untuk karet kurang lebih 700 meter di atas permukaan laut. Pada zone sedang sejuk, umumnya mulai adanya lahan yang cocok untuk perkebunan teh Tea assamica dan Tea Cinica dan perkebunan kina Cinchonna. Pertanian hortikultura adalah kol, kacang, tomat, kentang, dan cabe. Zona dingin masih ditumbuhi jenis rumput alpina, rhododendrom, dan lumut. Zone dingin pada ketinggian 3500 atau 4400 meter dpl, sering tertutup oleh salju seperti Puncak Jayawijaya, Papua. Sumber: Meteorologi dan Klimatologi, 1995 Geografia Sumber: Meteorologi dan Klimatologi, 1995 Gambar 4.20 Hujan Zenithal Hujan zenithal atau sering disebut dengan konveksional. E Kondisi Iklim Indonesia