Pengaruh Pendidikan dalam hubungan antara Jiwa Kewirausahaan
ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang
dicapai.
Kemampuan menciptakan sesuatu yang berbeda serta adanya kiat dan siasat dalam mengelola usaha yang dimiliki oleh seseorang berasal
dari jiwanya yang berupa jiwa berwirausaha. Untuk menerapkan didalam menjalankan usaha seseorang dipengaruhi oleh jarak kekuasaan power
distance antar individu. Dengan jarak kekuasaan yang rendah maka
seorang bawahan akan lebih leluasa dalam bekerja tanpa terbebani oleh aturan yang ketat serta kekuasaan yang terpusat. Jarak kekusaan yang
rendah menempatkan pekerja dalam posisi yang setara dengan atasan dan merasa lebih dekat sehingga mereka memiliki kebebasan untuk berkreasi
menerapkan ide-ide serta kreativitas mereka. Dengan begitu jiwa kewirausahaan diantara para bawahan atau pekerja akan tumbuh dan
berguna secara maksimal. Rendahnya jarak kekuasaan tersebut diduga kuat mempertinggi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan
efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya, dengan adanya jarak kekuasaan yang tinggi terdapat perbedaan status atau kekuasaan serta akan
menimbulkan kekuasaan yang terpusat dengan hirarki yang ketat dalam sebuah lingkungan kerja, sehingga tingginya jarak kekuasaan tersebut
memberikan dugaan bahwa derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha akan lebih rendah.
Kultur lingkungan kerja merupakan nilai, konsep, kebiasaan, perasaan yang diambil dari asumsi dasar sebuah organiasasi yang
kemudian diinternalisasikan oleh anggotanya. Bisa berupa perilaku langsung apabila menghadapi permasalahan maupun berupa karakter khas
yang merupakan sebuah citra akademik yang bisa mendukung rasa bangga terhadap profesi dirinya sebagai karyawan, perasaan memiliki dan ikut
menerapkan seluruh kebijakan pimpinan dalam pola komunikasi dengan lingkungannya internal dan eksternal organisasi. Lingkungan organisasi itu
sendiri mendukung terhadap pencitraan diluar organisasi, sehingga dapat terlihat sebuah budaya akan mempengaruhi terhadap maju mundurnya
sebuah organisasi. Seorang professional yang berkarakter dan kuat kulturnya akan meningkatkan kinerjanya dalam organisasi dan secara
sekaligus meningkatkan citra dirinya. Dengan adanya lingkungan kerja yang saling melengkapi dan mendukung antara karyawan dan pimpinan
terdapat dugaan bahwa derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha akan semakin tinggi.
Dalam sebuah lingkungan usaha pasti terdapat pihak yang dipercaya sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin dalam sebuah
usaha memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, ada yang memiliki sifat masculinity
dan ada yang bersifat femininity. Seorang pemimpin yang memiliki sifat masculinity akan tegas dan keras terhadap bawahan,
menekankan pada keadilan, dan penyelesaian masalah pekerjaan diselesaikan dengan ketegasan. Pemimpin dengan gaya femininity
memiliki sifat menekankan kebersamaan dan kesamaan sehingga cenderung lebih mudah dalam beradaptasi atau menyesuaikan diri. Kedua
gaya kepemimpinan tersebut diduga mampu menciptakan efektivitas dalam mengelola usaha karena disini karyawan diperlakukan sebagaimana
mestinya sehingga mereka merasa diperhatikan terutama dalam hal kesejahteraannya. Dengan begitu ada dugaan bahwa derajat hubungan
antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dipengaruhi oleh dimensi femininity dan masculinity.
Dalam lingkungan kerja yang memiliki kultur uncertainty avoidance
rendah jarang terjadi keluar masuk karyawan dan mempunyai aturan dalam melaksanakan tugas. Kultur uncertainty avoidance yang
rendah toleransi terhadap situasi yang samar-samar atau tidak pasti masih dirasa kurang. Dalam situasi ini orang akan lebih banyak diberi
kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menyelesaikan tugas. Kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri inilah yang diduga mampu
mengembangkan atau menumbuhkan jiwa kewirausahaan seorang pengusaha, karena seorang yang cenderung memiliki komitmen tinggi,
berorientasi hasil dan berwawasan kedepan merupakan seorang pengusaha yang memiliki jiwa kewirausahaan. Dari uraian diatas diperoleh dugaan
bahwa ada pengaruh uncertainty avoidance yang rendah terhadap derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha
akan lebih tinggi. Sebaliknya, lingkungan kerja yang memiliki Uncertainty Avoidance
tinggi merasa terancam dengan ketidakpastian sehingga berusaha menciptakan mekanisme untuk mengurangi resiko itu. Dalam
Uncertainty Avoidance yang tinggi ada kecenderungan memiliki kejadian