Manfaat dari minyak biji delima antara lain sebagai  antioksidan dan anti- inflamasi.  Aktivitas  antioksidan  minyak  biji  delima  dapat  dilihat  dari  nilai  IC
50
minyak  biji  delima  yaitu  sebesar  0,2775  mgmL  Yoganandam  et  al.,  2013. Aktivitas antioksidan yang sangat tinggi memiliki nilai IC
50
1 mgmL, aktivitas antioksidan  tinggi  dengan  nilai  IC
50
1-10  mgmL,  aktivitas  antioksidan  sedang dengan  nilai  IC
50
10-30  mgmL,  dan  aktivitas  antioksidan  lemah  pada  IC
50
30 mgmL  Qusti,  Abo-Khatwa,  and  Lahwa,  2010.  Aktivitas  minyak  biji  delima
sendiri  termasuk  kategori  antioksidan  sangat  tinggi.  Aktivitas  antioksidan  ini disebabkan oleh adanya kandungan asam punisat dalam minyak biji delima.
B. Nanoemulsi
Nanoemulsi  merupakan  campuran  jernih  yang  terdiri  dari  fase  minyak, surfaktan dan atau kosurfaktan serta fase air yang memiliki ukuran droplet kurang
dari  100  nm  Fulekar,  2010.  Beberapa  metode  yang  dapat  digunakan  untuk membuat  sediaan  nanoemulsi  antara  lain  metode  emulsifikasi  energi  rendah  dan
metode  emulsifikasi  energi  tinggi  Tadros  et  al.,  2004.  Metode  emulsifikasi energi rendah akan membentuk emulsi secara spontan saat air ditambahkan pada
campuran  minyak  dan  surfaktan,  sedangkan  untuk  emulsifikasi  energi  tinggi membutuhkan energi mekanik dari luar misalnya dengan menggunakan instrumen
seperti  homogenizer,  microfluidizer,  atau  ultrasound  generator  Villiers, Aramwit, and Kwon, 2009.
Homogenizer  dapat  mengecilkan  ukuran  droplet  karena  adanya  shear stress  pada  cairan.  Alat  ini  dapat  menghasilkan  emulsi  dengan  ukuran  droplet
hingga 1 μm. Mekanisme pemecahan partikel dengan ultrasonikasi yaitu adanya getaran  mekanik  yang  melewati  cairan  sehingga  menyebabkan  adanya  rongga
kemudian  droplet  dispersi  menjadi  pecah.  Ultrasonikasi  ini  dapat  menghasilkan emulsi  dengan  ukuran  droplet
hingga  0,2  μm  Gupta,  Pandit,  Kumar,  Swaroop, and Gupta, 2010.
Nanoemulsi  memiliki  stabilitas  kinetik  yang  baik  dan  tetap  stabil  dalam jangka  waktu  relatif  lama  dibanding  sediaan  emulsi.  Ukuran  droplet-nya  yang
kecil menyebabkan nanoemulsi tidak mengalami ketidakstabilan seperti creaming, flokulasi,  serta  sedimentasi.  Ketidakstabilan  dalam  nanoemulsi  dapat  terjadi
karena  perubahan  ukuran  droplet  akibat  Ostwald  ripening  Gadhave,  2002. Keuntungan sediaan nanoemulsi antara lain biaya preparasi yang rendah, shelf life
yang lama, dan dapat digunakan sebagai pembawa zat aktif yang bersifat lipofilik maupun hidrofilik Wais, Samad, Nazish, Khale, Aqil, and Khan, 2013.
C. Komponen Nanoemulsi
Komponen  nanoemulsi  terdiri  dari  fase  air,  fase  minyak,  surfaktan,  dan atau  kosurfaktan.  Fase  minyak  merupakan  komponen  penting  dalam  pembuatan
nanoemulsi  karena  merupakan  pembawa  zat  aktif  yang  bersifat  lipofilik. Kelarutan  zat  aktif  dalam  fase  minyak  merupakan  salah  satu  kriteria  pemilihan
minyak yang digunakan karena dengan demikian maka zat aktif akan tetap terjaga dalam fase minyak yang digunakan Azeem et al., 2009.
Penggunaan  fase  minyak  dengan  LCT  maupun  MCT  dalam  pembuatan sediaan nanoemulsi biasanya menghasilkan sediaan yang stabil McClements and