3. Virgin coconut oil
Virgin coconut oil VCO diperoleh dengan wet process dari santan kelapa. Proses ini terdiri dari tiga tahap yaitu creaming dilanjutkan dengan
flokulasi, dan kemudian coalescence. Proses ini tidak menggunakan pelarut organik, hemat biaya dan hemat energi serta sederhana Marina, Man, and
Amin, 2009. VCO merupakan minyak tidak berwarna hingga coklat pucat kekuningan,
tidak berasa, bau khas, tidak cepat tengik, mudah dicerna dan diabsorpsi. Kandungan asam lemak terbanyak yang terdapat dalam VCO yaitu asam laurat
dengan konsentrasi 46,64-48,03. Kandungan asam lemak dalam VCO tertera pada Tabel II.
Tabel II. Kandungan asam lemak dalam VCO Asam lemak
Komposisi
Asam kaproat C6:0 0,52-0,69
Asam kaprilat C8:0 7,19-8,81
Asam kaprat C10:0 5,65-6,59
Asam laurat C12:0 46,64-48,03
Asam miristat C14:0 16,23-18,90
Asam palmitat C16:0 7,41-9,55
Asam stearat C18:0 2,81-3,57
Asam oleat C18:1 5,72-6,70
Asam linoleat C18:2 0,90-1,72
Marina, Man, Nazimah, and Amin, 2009
4. MCT oil
Medium-chain triglycerides MCT oil merupakan minyak dengan komposisi asam lemak terbanyak yaitu asam kaprilat C
8
; 50-80, dan asam kaprat C
10
; 20-50, serta beberapa asam lemak lain seperti asam kaproat C
6
;
1-2 dan asam laurat C
12
; 1-2. MCT oil diproduksi dengan cara pemisahan dan destilasi asam lemak dari minyak kelapa. Asam lemak tersebut
kemudian dicampur dengan perbandingan yang dikehendaki dan diesterifikasi dengan gliserin menjadi trigliserida. MCT oil pertama kali digunakan sebagai
pengganti long-chain triglycerides pada pengobatan pasien dengan kesulitan absorpsi lemak. MCT oil telah banyak digunakan dalam industri makanan,
obat, serta kosmetik Traul et al., 2000. MCT oil memiliki karakteristik berupa cairan berminyak, jernih, berwarna
kuning pucat hingga putih seperti air, dan tidak berbau. MCT oil juga tidak menyebabkan iritasi dan sensitisasi saat diaplikasikan pada kulit Traul et al.,
2000. Kandungan asam lemak yang terdapat pada MCT oil tertera pada Tabel III berikut ini.
Tabel III. Kandungan asam lemak dalam MCT Asam lemak
Komposisi
Asam kaproat C6:0 1-2
Asam kaprilat C8:0 50-80
Asam kaprat C10:0 20-50
Asam laurat C12:0 1-2
Traul et al., 2000
5. Akuades
Akuades banyak digunakan sebagai pelarut dalam proses formulasi sediaan farmasetika. Pembuatan akuades dilakukan dengan destilasi. Sifat fisik
akudes yaitu berupa cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa Rowe et al., 2009.
G. Landasan Teori
Minyak biji delima memiliki aktivitas antioksidan yang baik bagi perawatan kulit. Sifat minyak biji delima yang lipofilik cocok untuk
diformulasikan dalam bentuk sediaan emulsi. Nanoemulsi merupakan bentuk sediaan emulsi dengan ukuran droplet fase dispers kurang dari 100 nm Fulekar,
2010. Ukuran droplet yang kecil dari sediaan nanoemulsi ini menyebabkan peningkatan stabilitas sistem dengan cara mencegah terjadinya creaming,
koalesen, sedimentasi, dan flokulasi pada saat penyimpanan Gadhave, 2002. Komponen penting dalam sediaan nanoemulsi antara lain surfaktan.
Adanya surfaktan akan meningkatkan stabilitas sistem dengan cara menurunkan tegangan antarmuka dua cairan yang tidak dapat bercampur Mason et al., 2006.
Surfaktan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tween 80 dan Span 80 yang merupakan surfaktan nonionik, tidak toksik, dan tidak mengiritasi. Tween 80 yang
bersifat hidrofilik dan Span 80 yang bersifat lipofilik akan meningkatkan stabilitas nanoemulsi dengan melapisi fase minyak serta fase air dalam sistem sehingga
salah satu fasenya akan terdispersi ke dalam fase lain dalam bentuk droplet- droplet Rowe et al., 2009. Formulasi sediaan nanoemulsi ini menggunakan
bantuan energi mekanik dari homogenizer dan sonikator untuk menghasilkan droplet berukuran nanometer Gupta et al., 2010.
Fase minyak juga berperan penting dalam menjaga kestabilan sediaan nanoemulsi. Fase minyak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu VCO dan
MCT oil di mana keduanya telah sering digunakan dalam formulasi sediaan nanoemulsi. Kandungan asam lemak dalam kedua fase minyak ini berbeda.