Nanoemulsi Komponen Nanoemulsi TINJAUAN PUSTAKA

Tipe emulsi perlu diperiksa untuk mengetahui fase dispers dan medium dispers sediaan nanoemulsi yang dibuat. Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui tipe nanoemulsi antara lain uji dilusi, uji konduktivitas, dan pewarnaan. Prinsip uji dilusi yaitu emulsi minyak dalam air dapat terdilusi dalam air dan emulsi air dalam minyak dapat terdilusi dalam minyak. Metode konduktivitas menggunakan elektroda yang dicelupkan dalam emulsi dan disambungkan dengan lampu, apabila medium dispers sediaan adalah air maka arus listrik dapat mengalir dan menyalakan lampu sedangkan jika medium dispers adalah minyak maka lampu tidak akan menyala. Prinsip metode pewarnaan yaitu pewarna larut air akan terlarut dalam emulsi tipe emulsi minyak dalam air, sedangkan pewarna larut minyak akan terlarut dalam emulsi tipe air dalam minyak Troy, 2006. Viskositas sediaan menunjukkan tingkat ketahanan cairan untuk mengalir Martin, Swarbrick, and Cammarata, 2008. Viskositas nanoemulsi umumnya sangat rendah. Persen transmitan yang tinggi mendekati 100 menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat jernih dan transparan Gupta et al., 2010. Turbiditas sediaan nanoemulsi diukur untuk melihat kekeruhan sediaan, sediaan yang jernih turbiditasnya akan semakin kecil. Pengujian ukuran droplet untuk mengetahui apakah sediaan nanoemulsi yang dibuat telah memenuhi kriteria nanoemulsi yaitu dengan ukuran droplet fase dispers kurang dari 100 nm.

E. Stabilitas Fisik Nanoemulsi

Stabilitas fisik sediaan nanoemulsi dilihat dari perubahan sifat-sifat fisik sediaan setelah melalui proses sentrifugasi dan freeze-thaw cyle. Uji stabilitas dengan sentrifugasi menunjukkan bahwa sediaan yang diformulasikan stabil secara kinetik, sedangkan pengujian freeze-thaw cycle menunjukkan kestabilan sediaan secara termodinamik. Dalam penyimpanan, beberapa ketidakstabilan dapat terjadi tergantung dari distribusi ukuran droplet fase dispers dan perbedaan densitas antara droplet fase dispers dengan medium dispers. Besarnya gaya tarik dan tolak antar droplet pada sediaan emulsi yang menentukan terjadinya flokulasi, sedangkan stabilitas lapisan film antar droplet menentukan terjadinya koalesen. Creaming dan sedimentasi merupakan salah satu ketidakstabilan yang dapat terjadi pada sediaan emulsi yang disebabkan oleh gaya gravitasi ketika densitas dari droplet dan medium dispers tidak sama. Terjadinya Ostwald ripening pada sediaan emulsi disebabkan karena kelarutan droplet yang terdispersi dan distribusi ukuran droplet yang tidak seragam Tadros, 2005. Beberapa bentuk ketidakstabilan emulsi tersaji dalam Gambar 1. Gambar 1. Bentuk-bentuk ketidakstabilan emulsi Tadros, 2005. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah creaming maupun sedimentasi pada sediaan emulsi antara lain dengan mengurangi ukuran droplet sediaan, menggunakan thickeners yaitu berupa polimer dengan bobot molekul yang besar, densitas fase minyak dan air dibuat sama, mengontrol flokulasi, serta mengurangi terjadinya flokulasi Tadros, 2005.

F. Pemerian Bahan

1. Tween 80

Gambar 2. Struktur kimia Tween 80 Rowe et al., 2009. Polysorbate 80 atau Tween 80 Gambar 2 memiliki rumus molekul C 64 H 124 O 26 mempunyai nama kimia polyoxyethylene 20 sorbitan monooleate dengan berat molekul 1310 gmol. Sifat fisik Tween 80 yaitu cairan berwarna kuning, larut dalam air dan etanol, serta tidak larut dalam minyak mineral maupun minyak sayur. Densitas Tween 80 sebesar 1,08 gcm 3 dan viskositas sebesar 425 mPa s. Tween 80 memiliki HLB 15,0 sehingga biasanya digunakan sebagai surfaktan pada pembuatan emulsi minyak dalam air. Tween 80 merupakan surfaktan nonionik serta tergolong senyawa yang tidak toksik dan tidak mengiritasi. Konsentrasi Tween 80 sebagai kombinasi surfaktan dalam suatu sediaan berkisar antara 1-10 Rowe et al., 2009.

2. Span 80

Gambar 3. Struktur kimia Span 80 Rowe et al., 2009. Sorbitan monooleate atau Span 80 Gambar 3 memiliki rumus molekul C 24 H 44 O 6 dengan berat molekul 429 gmol. Sifat fisik Span 80 yaitu cairan kental berwarna kuning, larut atau terdispersi dalam minyak, larut dalam pelarut organik, tidak larut dalam air namun dapat terdispersi. Densitas Span 80 sebesar 1,01 gcm 3 dan viskositas sebesar 970-1080 mPa s pada suhu 25 ÂșC. Span 80 memiliki nilai HLB 4,3, biasanya digunakan sebagai surfaktan nonionik lipofilik dalam pembuatan kosmetik, makanan, dan dalam sediaan farmasetik. Span 80 tergolong senyawa yang tidak toksik dan tidak mengiritasi. Konsentrasi Span 80 sebagai kombinasi surfaktan dalam suatu sediaan berkisar antara 1-10 Rowe et al., 2009.

Dokumen yang terkait

Formulasi Krim Extra Virgin Olive Oil (Minyak Zaitun Ekstra Murni) sebagai Anti-Aging

57 297 100

Optimization of the Making of Virgin Coconut Oil (VCO) with the Addition of Baker Yeast (Saccharomyces cerevisiae) and Fermentation Time with VCO Inducement

2 38 86

Optimasi Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) Berdasarkan Faktor Temperatur Dan Lama Pemanasan Dengan Metode Permukaan Respon Pada Laboratorium Proses Manufaktur Departemen Teknik Industri - USU

2 107 111

Peranan Virgin Coconut Oil (Vco) Dalam Menyembuhkan Lesi Oral Penderita Hiv/Aids.

1 91 66

Uji Efek Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Berat Badan Dan Penurunan Kadar Gula Darah (KGD) Tikus Putih Diabetes yang Diinduksi Sterptozotocin (STZ)

3 47 85

Pembuatan dan Evaluasi Secara In Vitro Emulsi Virgin Coconut Oil (VCO) menggunakan Emulgator Tween 80 dan Gom arab

7 63 96

Perbandingan stabilitas fisis sediaan nanoemulsi minyak biji delima dengan fase minyak long-chain triglyceride dan medium-chain triglyceride.

0 0 6

Pengaruh variasi fase minyak virgin coconut oil dan medium-chain triglycerides oil terhadap stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima dengan kombinasi surfaktan tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.

3 54 98

Optimasi komposisi emlusfying agent tween 80 dan span 80 dalam virgin coconut oil cream : aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 118

Pengaruh kombinasi Surfaktan Tween 80 dan Span 80 terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik mikroemulsi ester vitamin C dan vitamin E untuk antiaging - USD Repository

0 1 168