2.1.6 Analisis Framing
Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan framing
pertama kali dilontarkan oleh Beterson di tahun 1955. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasikan
pandangan politik, kebijakan dan wacana serta menyediakan kategori standart untuk mengapresiasikan realita. Lalu dikembangkan lebih jauh oleh Goffman
pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan prilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas Sobur, 2002 : 161.
Framing adalah metode untuk melihat bagaimana media membingkai realitas dan berita yang sama diberitakan secara berbeda oleh media massa. Hal
itu tergantung pada wartawan dalam melihat atau menafsirkan sebuah peristiwa. Pada analisis framing yang kita lihat adalah bagaimana cara media memakai,
memahami dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada dalam berita. Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai suatu
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa, aktor, kelompok atau apa sajalah dibingkai oleh media Eriyanto, 2004 : 3.
Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan atau dihilangkan, dan hendak dibawa
kemana berita tersebut. Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin atau Edelman, adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan
sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca Eriyanto,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2002:68. Mereka menggunakan framing untuk melihat kecenderungan media mengkonstruksi dan membingkai pesan. Sehingga jelas berdasarkan Gitlin dalam
Eriyanto, dengan framing jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemas sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan
disamping untuk khalayak Eriyanto, 2004 : 69. Dalam ranah studi komunikasi analisis framing mewakili tradisi yang
mengedepankan pendekatan multidisipliner untuk menganalisa fenomena agar dapat membeda-bedakan cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta.
Karena konsep framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu dan bagaimana menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut dalam berita. Disini
framing dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang besar daripada isu-isu
yang lain. Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai
oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Inilah sesungguhnya sebuah realitas.
Bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan suatu peristiwa kepada pembacanya Eriyanto, 2004 : VI.
Secara umum ada dua frame, yaitu frame media dan frame individual. Perbedaan antara frame media dan individual ini dapat dilihat dari esensi framing
itu sendiri. Frame tersebut secara umum memang terdiri dari struktur internal bagaimana seseorang mempunyai skema tertentu atas realitas dan dapat kita
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kategorikan sebagai frame individual dan perangkat yang melekat dalam wacana yang dapat kita kategorisasikan sebagai frame media Eriyanto, 2004 : 290.
Menurut Tuchman yaitu berita adalah jendela dunia yang menjelaskan bahwa dengan berita kita dapat mengetahui keadaan, kondisi, kehidupan bahkan
kegiatan di belahan dunia lain yang jauh berbeda dari tempat tinggal kita. Namun apa yang kita lihat, kita ketahui, dan kita rasakan mengenai dunia tergantung pada
jendela framebingkai yang kita pakai. Apakah jendela tersebut besar atau kecil, berjeruji atau tidak, memungkinkan kita melihat secara bebas keluar atau
terhalang dan sebagainya. Dalam berita, jendela itu yang kita sebut sebagai frame Eriyanto, 2004 : 4.
2.1.7 Proses Framing