Tabel 4. 4 : Struktur Frame Jawa Pos tanggal 11 Januari 2011
Struktur Jawa Pos
Frame Para tokoh lintas agama mengkritik kinerja pemerintahan Presiden
SBY.
Sintaksis Pemberitaan banyak menempatkan pendapat dari pihak para tokoh
lintas agama, sedangkan dari pihak pemerintahan Presiden SBY tidak ada pada berita tersebut.
Skrip Kritik tokoh lintas agama terhadap pemerintahan Presiden SBY
diberitakan secara kurang lengkap, pemberitaan tersebut hanya menyertakan unsur 5W saja.
Tematik Pemberitaan tersebut terdapat dua tema yaitu pertama, kritik tokoh
lintas agama terhadap pemerintahan Presiden SBY
.
Tema kedua yaitu Presiden SBY agar segera menindaklanjuti seruan dan pernyataan
kritikan dari para tokoh lintas agama.
Retoris Penggunaan leksikon “kebohongan dan pengkhianatan”, “kritik”,
“rapuh”, “monster” dan “melempem”. Grafis berupa foto dan caption, metafora “tutup telinga”, “turun gunung” dan pengandaian
menjelaskan bahwa berita tersebut memberikan penekanan arti tentang kritik para tokoh lintas agama tersebut.
4. 2. 1. 2 Frame Jawa Pos Tanggal 18 Januari 2011 “SBY Minta Tokoh Agama Rajin Berdialog”
Unit dari
struktur sintaksis yang dapat diamati adalah headline, lead,
latar dan pengutipan sumber berita. Dari penggunaan headline berita di atas dapat memberi pesan bahwa Presiden SBY meminta para tokoh lintas agama agar
sering berdialog untuk membahas kritikan yang telah mereka nyatakan. Lead pemberitaan sudah mencerminkan bahwa Jawa Pos memberitakan Presiden
mengadakan pertemuan dengan para tokoh lintas agama.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY mengadakan pertemuan dengan para tokoh lintas agama di Istana Negara.
Pertemuan tersebut merupakan buntut kritik terhadap pemerintahan SBY-Boediono yang dinilai telah melakukan kebohongan”
Latar yang dipilih oleh Jawa Pos, yaitu pertemuan antara pemerintahan Presiden SBY dengan para tokoh lintas agama. Hal ini terlihat dari teks berita
yang hanya menjelaskan pendapat Presiden SBY menanggapi kritikan tersebut agar tidak terjadi salah paham dalam hubungan antara pemerintah dengan tokoh
agama. “… perlunya dialog dan komunikasi untuk mengurangi
terjadinya mispersepsi” “Ada kalanya kita bicara, ada kalanya kita mendengar”
“Sebagai bagian membangun bangsa, tokoh-tokoh agama dan pemerintah memiliki porsi masing-masing. Tokoh
agama berperan membimbing umat dan memberikan contoh dalam memahami kehidupan berbangsa. Sementara
presiden bersama jajarannya bekerja menjalankan pemerintahan umum maupun tugas pembangunan. Dalam
konteks itu, semua tidak pernah ada jalan yang mudah, tetapi kita tetap gigih berikhtiar memajukan”
“Meskipun kritis, tapi penuh tanggung jawab antara pemuka agama dan pemerintahan yang mengemban tugas”
Pada struktur skrip berdasarkan unsur 5W+1H, yaitu What apa yang
terjadi yaitu pertemuan Presiden SBY dengan para tokoh lintas agama, Who siapa saja yang hadir yakni Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin,
Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama PB NU Said Aqil Siradj, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia KWI Mgr Martinus D Situmorang OFM Cap, Ketua
Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia PGI Pendeta Andreas A Yewangoe, Ketua Perwakilan Umat Budha Indonesia Walubi Siti Hartati
Murdaya, Ketua Parisada Hindu Dharma I Made Gde Erata, Ketua Majelis Tinggi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Agama Khonghucu Wawan Wiratama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wapres Boediono dan tiga Menko serta sejumlah menteri Kabinet Indonesia
Bersatu II. Where dimana pertemuan tersebut yakni Jakarta, Istana Negara. When kapan pertemuan tersebut berlangsung yaitu tanggal 17 Januari 2011,
dimulai pada pukul 20.00. Why mengapa pertemuan tersebut berlangsung yakni merupakan dampak dari kritik terhadap pemerintahan Presiden SBY.
Dari struktur tematik, secara garis besar tema yang ada dalam
pemberitaan Jawa Pos mempunyai dua tema yang mendukung yaitu pertama, pertemuan Presiden dengan para tokoh lintas agama dalam menanggapi kritikan
tersebut. Hal ini terlihat dari detail teks berita yang hanya menjelaskan panjang lebar mengenai pendapat Presiden dalam pertemuan. Tema kedua yaitu wartawan
tidak diperbolehkan meliput pertemuan tersebut. Wartawan hanya diperbolehkan meliput SBY memberikan sambutan pembuka dan baru diperbolehkan meliput
lagi saat acara dialog selesai dan ditutup pula oleh SBY.
Struktur retoris berita dapat diamati dari leksikon yang dipakai oleh
Jawa Pos, seperti kata “buntut” pada lead yang mempunyai makna ekor, maksudnya adalah pertemuan tersebut merupakan dampak dari kritikan yang
diberikan untuk pemerintahan Presiden SBY. Kata “berikhtiar” yang mempunyai makna usaha, daya upaya, maksudnya adalah Presiden dan pemerintahannya serta
para tokoh lintas agama bersama-sama berusaha untuk memajukan bangsa. Pada elemen grafis, Jawa Pos menyertakan foto dari tokoh lintas agama dan
memberikan caption atau keterangan foto. Pada elemen metafora terdapat kata “budaya mendengar” maksudnya adalah Presiden SBY menginginkan agar
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kebiasaan mendengar untuk dilakukan, agar tidak terjadi salah paham dalam hubungan antara pemerintahan SBY dengan para tokoh lintas agama.
Tabel 4. 5 : Struktur Frame Jawa Pos Tanggal 18 Januari 2011
Struktur Jawa Pos
Frame Pertemuan antara pemerintahan Presiden SBY dengan para
tokoh lintas agama.
Sintaksis Presiden SBY menanggapi kritikan tersebut agar tidak terjadi
salah paham dalam hubungan antara pemerintah dengan tokoh agama, serta meminta para tokoh lintas agama agar sering
berdialog untuk membahas kritikan yang telah mereka nyatakan.
Skrip Pemberitaan tidak lengkap, unsur berita hanya 5W saja, karena
berita hanya menekankan pada aspek pemberitaan mengenai pendapat Presiden SBY menanggapi kritikan tersebut.
Tematik Pemberitaan tersebut mempunyai dua tema yaitu pertama,
pertemuan Presiden dengan para tokoh lintas agama. Hal ini terlihat dari detail teks berita yang hanya menjelaskan panjang
lebar mengenai pendapat Presiden dalam pertemuan
tersebut.
Tema kedua yaitu wartawan tidak diperbolehkan meliput pertemuan tersebut.
Retoris Penekanan dilakukan pada penggunaan elemen grafis berupa
foto dan caption, elemen leksikon berupa kata “buntut” dan “berikhtiar”, serta metafora berupa kata “budaya mendengar”.
4. 2. 1. 3 Frame Jawa Pos Tanggal 19 Januari 2011 “Tokoh Agama Masih Kecewa SBY”