2.1.4 Ideologi Media
Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia berhubungan
dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas Sudibyo, 2001:12.
Konsep ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh dalam menentukan arah pemberitaan yang akan disampaikan kepada pembaca.
Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktek ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu Eriyanto, 2004 : 13.
Dalam pembuatan berita selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan atau bahkan media yang bersangkutan. Ideologi ini menentukan aspek
fakta dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang. Artinya jika seorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak
dan memasukkan opininya pada berita semua itu dilakukan untuk pembenaran tertentu. Dapat dikatakan media bukanlah saran yang netral dalam menampilkan
kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya, tetapi kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam
berita-beritanya Eriyanto, 2004 : 90. Konsep ideologi bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan memilih
fakta tertentu untuk ditonjolkan daripada fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol
daripada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kepada pihak tertentu. Artinya ideologi wartawan dan media yang bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita seperti itu.
Dalam hal ini dapat dikatakan media merupakan inti instrument ideologi yang tidak dipandang sebagai zona netral yaitu sebagai kelompok dan kepentingan
ditampung, tetapi media lebih sebagai subyek yang mengkonsumsi realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak
Eriyanto, 2004 : 92. Disini pemberitaan tertentu tidak dianggap sebagai bias atau distorsi tetapi
semata-mata sebagai akibat dari ideologi tertentu dari media tersebut. Kecenderungan atau ideologi itulah yang menentukan bagaimana fakta itu
dipahami, fakta diambil dan yang mana dibuang. Semua proses ini dipandang sebagai konsekuensi dari ideologi, bukan sebagai bias atau kesalahan wartawan
Sudibyo, 2001 : 55-56. Kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi
informasi kepada khalayak dapat diketahui dari pelapisan-pelapisan yang melingkupi institusi media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese, seperti
dikutip Susilo 2000 : 19 membuat model “Hierarchy of Influence” yang menjelaskan hal ini :
1. Pengaruh individu-individu pekerja media. Diantaranya adalah karakteristik
pekerja komunikasi, latar belakang personal dan professional 2.
Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tenggat deadline dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat space, struktur piramida terbalik dalam penulisan berita dan kepercayaan reporter
pada sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan. 3.
Pengaruh organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah mencari keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh
pada sisi yang dihasilkan. 4.
Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relations dan
pemerintahan yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers. 5.
Pengaruh ideologi. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme
simbolik yang menyediakan kekuatan koherensif yang mempersatukan di dalam masyarakat Shoemaker, Rees, 1991 dalam Susilo, 2000 : 19-20.
Media selalu mempunyai kecenderungan untuk menampilkan tokoh dua sisi, untuk dipertentangkan diantara kedua teks berita, kalau dibedah dari sudut
narasinya terdapat dua sisi yang saling bertolak belakang oposisi. Dalam peliputan selalu ditekankan bahwa liputan yang baik adalah liputan dua sisi.
Ketika ada peristiwa dicari komentar dari dua orang yang kontras, yang saling bertolak belakang. Ini bukan untuk menunjukkan bahwa dua pendapat tersebut
sama-sama benarnya, tetapi untuk menekankan liputan yang bersifat dua sisi tersebut Eriyanto, 2002 : 131.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.5 Teori Penjagaan Gerbang Gate Keeper