4. 1. 2. Kebijakan Redaksional Jawa Pos
Dalam menulis
berita Jawa Pos terlebih dahulu melewati penyeleksian
dengan melihat situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan, pemuatan berita tergantung dari bobot berita tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita
yang besar atau yang mendapat perhatian masyarakat banyak dan sedang menjadi isu pembicaraan masyarakat akan mendapatkan porsi yang lebih banyak untuk
dimuat dan diulas dari berbagai aspek oleh Jawa Pos. Hal itu dilakukan Jawa Pos untuk memenuhi keingintahuan masyarakat akan informasi-informasi yang
dibutuhkan. Jawa Pos mempunyai keinginan untuk memberikan kepuasan informasi kepada masyarakat, untuk itu pada halaman pertama Jawa Pos
menyajikan satu tema berita dengan berbagai ulasan dari berbagai aspek atau sudut pandang.
Dibidang keredaksian kepopuleran Jawa Pos adalah membuat berita besar, dibesarkan dengan cara judul-judul berita pada Jawa Pos dibuat dalam ukuran
besar menjadi empat lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom. Pemberitaan Jawa Pos pun ber-angel-angel sehingga pembaca mendapatkan informasi dalam
berbagai perspektif. Tidak kalah radikalnya Jawa Pos mempelopori penulisan feature yang berisi berita-berita unik dan human interest.
Menurut Jawa Pos dibutuhkan kemampuan untuk menyajikan fakta yang
sama sekaligus mengaduk-aduk emosi pembaca, semua itu tergantung dari cara reporter dalam mencari berita, menemukan sumber berita yang tepat sesuai
dengan kriteria seperti kredibilitas, kompetensitas narasumber, serta kemampuan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menuliskannya kedalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah kemampuan redaktur dalam kesanggupan menyeleksi dan mengedit berita yang layak muat.
Begitulah proses sebuah berita dalam institusi Jawa Pos. Selain itu Jawa Pos juga mengalami perubahan dalam halaman sambungan, dari halaman satu ke halaman
yang lain. Di Jawa Pos, sambungannya diberi judul lagi, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca mencari sambungan berita tersebut. Hal ini
merupakan kebijaksanaan dari layout Jawa Pos. Pemuatan
halaman Metropolis disebabkan sebagian besar pasar Jawa Pos
ada di Surabaya. Metropolis juga memuat berita-berita yang sedang berkembang di masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan berita Surabaya oleh Jawa Pos
adalah berita yang tempat kejadiannya di kota Surabaya. Namun jika pokok bahasannya terlalu mannasional maka berita itu bukan disebut sebagai berita
Surabaya. Pengaruh berita Surabaya bagi Jawa Pos sangat besar sekali. Dalam
mengejar berita, terdapat kerjasama antara wartawan dan redaktur berita. Bisa jadi satu berita diliput karena perintah redaktur atau inisiatif wartawan sendiri yang
menganggap bahwa peristiwa tersebut memang layak muat, cara mendapatkan berita yang dilakukan Jawa Pos adalah dengan menempatkan wartawan di pos
masing-masing. Ada pos kriminal, pos pemda, pos hamkam, dan lain-lain. Pemberitaan Jawa Pos berkenaan dengan peristiwa sangatlah fleksibel, baik yang
sifatnya terencana momentum dan dapat juga peristiwa yang bersifat mendadak. Dalam memperkuat fakta pemberitaanya disertakan pula berbagai narasumber,
para pakar serta pihak-pihak terkait dengan cara investigasi langsung. Setiap hari
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jawa Pos ada rapat perencanaan yang selalu mengevaluasi apa yang telah dikerjakan, juga menentukan apa yang diberitakan besok atau tentang kelanjutan
berita sebelumnya. Sampai dengan tahun 1985, Jawa Pos terbit dengan 16 halaman dan
ditambah suplemenronce setiap hari senin, rabu, dan sabtu. Pada perkembangan selanjutnya, pada awal tahun 1996, Jawa Pos terbit 20 halaman. Untuk menarik
minat pembaca dan memenangkan persaingan atas ketatnya kompetisi antar lembaga media, maka Jawa Pos melakukan berbagai terobosan termasuk
diantaranya terbit 24 halaman tiap harinya. Bahkan sekarang telah mencapai 44 halaman. Secara garis besar Jawa Pos terbagi atas tiga sesi, antara lain :
Koran I bagian umum memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa nasional maupun internasional. Koran II olahraga memuat berita olah raga dan
hiburan. Koran III Metropolis memuat berita tentang kota Surabaya dan sekitarnya.
Tabel 4. 1 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Jawa Pos Koran I
Bagian Utama Mulai halaman 1-16
Halaman 1 Memuat berita-berita utama yang
bernilai berita tinggi dan menyangkut kepentingan nasional ditambah dengan
kolom feature. Halaman 2
Memuat berita-berita politik
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Halaman 3 Memuat berita-berita utama Jawa Pos
Halaman 4 Memuat Jati diri, opini, surat pembaca,
gagasan dan keredaksian Halaman 5-6
Memuat berita-berita ekonomi bisnis Halaman 7
Memuat berita-berita internasional Halaman 8-9
Memuat berita-berita laporan khusus Halaman 10
Memuat berita-berita nusantara Halaman 11
Memuat berita-berita komunikasi bisnis
Halaman 12-13 Memuat berita-berita daerah Jawa
Timur selain Surabaya Halaman 14
Memuat berita-berita showselebriti
Halaman 15 Memuat berita-berita sambungan dari
halaman 1 Halamn 16
Berisi tentang sosok dan sisi lain
Koran II
Bagian Olahraga Mulai halaman 17-28
Halaman 17-19 Memuat berita-berita seputar peristiwa
sepak bola internasional
Halaman 20-21 Memuat berita-berita seputar sepak
bola nasional
Halaman 22-23 Memuat berbagai iklan komersil iklan
jitu yang dimuat secara rutin, terutama hari sabtu, antara lain mengenai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
lowongan pekerjaan, jual beli kendaraan dan rumah, serta aneka
kebutuhan.
Halaman 24-26 Memuat tentang berita olahraga seputar
Jawa Timur Arena Jatim
Halaman 27 Memuat berita-berita tentang olahraga
baik internasional maupun nasional selain sepak bola Total Sport
Halaman 28 Memuat tentang berita-berita seputar
basket NBL Indonesia
Koran III
Metropolis Mulai Halaman 29-44
Halaman 29 Berisi berita-berita seputar daerah
Surabaya, beserta feature yang berkaitan dengan kejadian di wilayah
regional Surabaya
Halaman 30 Memuat tentang peristiwa-peristiwa
yang berkaitan dengan Surabaya
Halaman 31 Memuat tentang berita-berita di
wilayah Surabaya selatan
Halaman 32 Memuat tentang berita-berita di
wilayah Surabaya utara
Halaman 33 Memuat berita-berita di wilayah
Surabaya barat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Halaman 34 Memuat berita-berita di wilayah
Surabaya timur
Halaman 35 Halaman “Deteksi” berisi tentang
berbagai kehidupan muda-mudi Surabaya dan tanggapan mereka
dengan memanfaatkan metode polling
Halaman 36-38 Memuat tentang gaya De-style, mainan
Toys, informasi kartun dan komik animemanga, belanja dan gaya
Shopstyle, pengetahuan Science, informasi kesehatan Visite, dan hidup
sehat Life Halaman 39
Memuat tentang komunikasi bisnis
Halaman 40 Memuat halaman ruang publik, kolom,
dan opini mahasiswa Halaman 41
Memuat berita-berita di daerah Sidoarjo Halaman 42
Memuat berita-berita di daerah Gresik
Halaman 43 Berisi berita-berita sambungan dari
halaman 29
Halaman 44 Memuat tentang berita, festival seni dan
budaya, kekeluargaan Family dan solusi-solusi dari tokoh-tokoh di
Surabaya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.3. Profil Perusahaan Kompas
Suatu hari awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani 1922-1965 selaku MenteriPanglima TNI-AD menelepon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Yani
melemparkan ide menerbitkan Koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide itu, membicarakannya dengan Ignatius Josef Kasimo 1900-1986
– sesama rekan di Partai Katolik – dan dengan rekannya yang memimpin majalah intisari, Petrus Kanisius Ojong 1920-1980 dan Jakob Oetama. Kedua nama
terakhir itulah yang kemudian mempersiapkannya. Nama Koran itu Bentara Rakyat, sebuah penegasan diri sebagai pembela rakyat yang sebenarnya; berbeda
dengan Koran-koran dibawah nama Partai Komunis Indonesia PKI yang memanipulasi makna rakyat.
Menjelang terbitnya Bentara Rakyat, Frans Seda sebagai menteri Perkebunan datang ke Istana Merdeka menemui Presiden Soekarno. Presiden
bertanya nama Koran yang akan terbit. Dijawab oleh Seda bernama Bentara Rakyat. Bung Karno menimpali, “sebaiknya Koran itu diberi nama Kompas
supaya jelas diterima sebagai penunjuk arah”. Akhirnya dinamai Kompas. Bentara Rakyat dijadikan nama yayasan yang menerbitkan. Buket Kompas : Juni ; 2000
Kompas pertama kali terbit pada hari Senin tanggal 28 Juni 1965 setebal empat halaman, dicetak 4.800 eksemplar, berdasarkan keputusan Menteri
Penerangan No. 003NSKDPHMJSIT1965 tertanggal 9 Juni 1965. Pelopor utama berdirinya lembaga media ini adalah orang-orang muda yang beberapa
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
diantaranya adalah P.K. Ojong, Jakob Oetama, August Parengkuan, serta Indra Gunawan seperti diungkapkan diatas.
Pada bulan-bulan pertama Kompas diplesetkan sebagai Komt Pas Morgen atau “Kompas yang datang pada keesokan harinya”, karena sering telat terbit.
Oleh PKI namanya diplesetkan sebagai “komando pastor”, sebab tokoh-tokoh pendiri dan perintisnya berasal dari golongan Katolik. Diawaki tidak lebih dari 10
orang di bagian redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di Jl. Pintu Besar Selatan, kemudian pindah ke Jl. Palmerah Selatan 22-26.
UU Pokok Pers Tahun 1982 dan ketentuan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers mewajibkan penerbit pers berbadan hukum. Oleh karena itu, sejak tahun
1982 penerbit Kompas bukan lagi Yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT. Kompas Media Nusantara.
Awal mula penerbitan harian yang terbit di ibukota Negara ini, berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan. Kantor yang ditempati berbagi dua
dengan kantor majalah Intisari yang bertempat di Jalan Pintu Besar Selatan No. 86-88 Jakarta Kota. Sedangkan percetakannya masih menggunakan percetakan
milik PN. Eka Grafika. Satu bulan setelah mencetak penerbitannya pada PN. Eka Grafika,
Kompas beralih pada percetakan Masa Merdeka milik BM. Diah. Tampaknya Kompas mendapat keuntungan lebih dengan mencetak penerbitannya di
percetakan Masa Merdeka ini karena ternyata hasil cetakannya jauh lebih bagus
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dan karena sudah menggunakan mesin rotasi sehingga daya cetakannya lebih cepat. Sampai kemudian oplah Kompas meningkat hampir seratus persen.
Situasi dan kondisi yang tidak menentu pada masa orde lama mempengaruhi perkembangan Kompas selanjutnya. Penghentian penerbitan
beberapa surat kabar sehubungan dengan adanya pemberontakan G30SPKI juga menimpa Kompas. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1965, Kompas mendapat perintah
untuk menghentikan kegiatannya. Namun manakala kondisi sudah mulai memulih, pada akhirnya Kompas kembali diijinkan terbit kembali pada tanggal 6
Oktober 1965. Setelah berbagai kekacauan yang disebabkan oleh meletusnya G30SPKI.
Kompas kemudian tidak lagi mencetak pada percetakan PN.Eka Grafika, PT. Kinta yang merupakan percetakan terbaik saat itu menjadi pilihan Kompas untuk
mencetak harian ini. Selain pertimbangan peningkatan kualitas juga karena salah satu harian yang mencetak di percetakan tersebut berhenti terbit karena adanya
pelarangan. Beberapa alasan pelarangan penerbitan terhadap beberapa media massa waktu itu karena afikasi lembaga media dengan partai terlarang. Pada
perkembangan selanjutnya Kompas terbit 4 halaman tiap harinya dengan oplah yang terus saja menanjak yaitu mencapai 15.000 eksemplar. Semenjak itu
Kompas terus saja meningkatkan oplahnya hingga pada tahun 1972, harian ini telah memiliki percetakan sendiri yang dinamakan PT. Gramedia.
Selama pemerintahan orde baru, Kompas tercatat sekali terkena larangan terbit pada tahun 1978 bersamaan dengan terjadinya peristiwa Malari. Namun hal
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ini tidak hanya menimpa harian Kompas karena 6 terbitan lainnya juga menerima nasib yang sama dicabut SIUPP-nya keenam surat kabar itu adalah surat kabar
Sinar Harapan, Merdeka, The Indonesian Times, Pelita, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Namun hal itu tidak berlangsung lama, kemudian Kompas kembali
diijinkan terbit. Harian ini semakin menampakkan perkembangan yang pesat hingga oplahnya mencapai 300.000 eksemplar pada tahun 1982. Dan dalam
perkembangan selanjutnya, tepatnya tahun 1977, Kompas menerbitkan Tabloid Bola yang terbit setiap minggu.
Sampai pada saat ini, permodalan surat kabar Kompas dimilikai secara bersamaan oleh Yayasan Bentara Rakyat, Yayasan Kompas Gramedia, Sejahtera,
PT. Gramedia, PT. Transito Asri Media, serta atas nama perorangan yaitu Jacob Oetama, Frans Seda dan P. Iswantoro. Ijin terbit harian ini adalah surat keputusan
Menpen No. 001MenpenSIUPPA.71985, tertanggal 10 November 1985. Kompas telah menjadi surat kabar terbesar di Indonesia saat ini dengan
oplah lebih dari 1 juta eksemplar data tahun 1998. Dan saat ini dengan berkembangnya teknologi cetak jarak jauh, harian ini dapat diterima pagi oleh
pembacanya di daerah. Berkembangnya media baru yaitu internet, Kompas juga tidak ketinggalan ikut menyajikan media online yang dikenal dengan
www.kompas.com . Kompas cyber media, rata-rata dikunjungi 100.000 orang.
Akuransi dan aktualisasi berita yang disajikan oleh harian ini telah berhasil menarik perhatian kalangan menengah keatas dengan pembaca terbanyak adalah
Mahasiswa, ibu rumah tangga, para politisi, ilmuwan, dan pengusaha.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.4. Sebaran Pembaca Kompas
Jumlah oplah yang diantaranya menunjukkan kepercayaan masyarakat pembaca, Sejak harian ini diterbitkan menunjukkan peningkatan signifikansi.
Berdasarkan hasil audit independen Prasetio Utomo Co Jakarta, dan perhitungan yang tertera pada publikasi Audit Bureau of Circulation ABC di
Sydney, Australia, Kompas mengawali oplah rata-rata sebesar 7.739 eksemplar setiap hari. Dalam kurun waktu lima tahun kemudian 1970, melonjak sepuluh
kali lipat, mencapai angka 77.160 eksemplar. Masa selanjutnya justru terjadi peningkatan oplah spektakuler, sempat mencapai angka diatas 600.000 eksemplar
setiap hari. Predikat sebagai harian nasional, Kompas terbesar di seluruh propinsi
Indonesia. Melihat proporsi sebaran, DKI Jakarta beserta kawasan Bogor, Tangerang, dan Bekasi menduduki peringkat tertenggi, mencapai 63.
Bagaimana dengan jumlah pembaca? Merujuk hasil survey lembaga riset AC Nielsen 1999, dari perkiraan 2.762.223 anggota populasi di kawasan Jabotabek,
Bandung, Semarang, Medan, Palembang, da Makasar, tercatat 2.270.000 orang pembaca harian ini. Berdasarkan paparan sepintas diatas, dapat disimpulkan
harian ini berada pada jajaran terdepan dalam jumlah pembaca, oplah dan sebaran media cetak sejenis.
Selain persoalan oplah dan sebaran pembaca, yang juga tak kalah menarik ialah, siapa dan berasal dari kalangan manakah pembaca Kompas? Berbagai
survey yang dilakukan lembaga riset independen maupun lembaga riset intern.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berikut ini adalah data Litbang Kompas 1988 tentang Tingkat Pendidikan Pembaca Kompas :
a. Lulus SD : 0,7
b. Lulus SLTP : 2,49
c. Lulus SLTA : 2,49
d. AkademiD1D2 : 2,49
e. Sarjana Muda : 8,20
f. Sarjana S1 : 45,64
g. Sarjana S2S3 : 7,50
Dari data tingkat pendidikan yang ada diatas membuktikan bahwa sebagian besar pembaca adalah kalangan masyarakat yang dikelompokkan dalam
kelas social ekonomi menengah keatas. Kesimpulan itu antara lain terlihat dari tingkat kemampuan ekonomi rumah tangga dan jenjang pendidikan pembaca.
Sedangkan dari segi penghasilan, pembaca Kompas Berdasarkan data AC Nielsen media Index, 1999 adalah sebagai berikut :
a. Rp 1.500.000 : 33,2
b. Rp 1000.000-1.500.000 : 20,9
c. Rp 700.000-1000.000 : 16,7
d. Rp 500.000-700.000 : 16,3
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
e. Rp 350.000-500.000 : 6,7
f. Rp 250.000-350.000 : 5,1
g. Rp 250.000 : 1,1
Sedangkan dari segi pengeluaran pembaca Kompas pada tahun 1999 berdasarkan AC Nielsen Media Index adalah :
a. Rp 1.500.000 : 14,1
b. Rp 1000.000-1.500.000 : 15,8
c. Rp 700.000-1000.000 : 22,8
d. Rp 500.000-700.000 : 23,83
e. Rp 350.000-500.000 : 12,3
f. Rp 250.000-350.000 : 7,4
g. Rp 250.000 : 3,8
Dari data-data diatas membuktikan bahwa sebagian besar pembaca Kompas adalah kalangan masyarakat yang dikelompokkan dalam kelas social
ekonomi menengah ke atas. Kesimpulan itu antara lain terlihat dari tingkat kemampuan ekonomi dan jenjang pendidikan pembaca. Dari sisi penghasilan,
misalnya riset AC Nielsen 1999 menyatakan, proporsi terbesar 33,2 responden pembaca berpenghasilan diatas Rp1,5 juta perbulan. Sementara dari sisi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pengeluaran, lebih dari separuh responden pembaca memiliki pengeluaran minimal Rp 700 ribu perbulan.
Dari sisi pendidikan, hasil dari beberapa angket pembaca yang dilakukan, Kompas menempatkan kalangan berpendidikan tinggi sebagai basis pembaca.
Sekitar 46 pembaca memiliki latar belakang pendidikan sarjana S1 dan 7,5 responden pembaca tamatan pasca sarjana. Berdasarkan gambaran ini, harian ini
memang melekat pada kalangan menengah Indonesia, kelompok masyarakat yang selama ini identik sebagai agen perubahan dan ujung tombak demokratisasi
bangsa. Pada tahun 1993, PT. Cisi Raya Utama pernah mengakulasikan
pendapatan PT. Kompas Media Nusantara, penerbit harian Kompas telah mencapai angka Rp 240 miliar, laba bersih Rp 30 miliar. Sementara asetnya
diperkirakan sekitar Rp 150 miliar-160 miliar. Tahun 1994, lembaga riset ini memperkirakan kenaikan pendapatan Kompas rata-rata 10-11.
Saat ini tak kurang terdapat delapan divisi yang membawahi unit-unit usaha di bawah kelompok Kompas Gramedia KKG, yaitu meliputi divisi pers
daerah, surat kabar, majalah, perdagangan, percetakan, property, penerbitan, dan divisi lembaga keuangan. Kepesatan laju perkembangan Kompas dalam bisnis
media ini tidak terlepas dari kepiawaian PK, Ojong dan Jacob Oetomo dalam memimpin hingga menjadikan Kompas sebagai Koran terbesar, baik dari segi
oplah maupun pemasukan iklan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Khusus bisnis medianya, kelompok Kompas komplit merambah berbagai peluang yang menjadikannya sebuah konglomerasi, disamping harian Kompas,
PT. Gramedia menerbitkan pula The Jakarta Post, Tabloid Nova, Citra, Bola, Otomatif, Hoplaa, Pramuka, dan Info Komputer serta Majalah Hai, JakartaJakarta,
Tiara, Intisari, Kontan, Harian Bernas Yogyakarta, Sriwijaya Pos, Serambi Indonesia Aceh, Harian Pos Maluku, Tifa Jayapura, Majalah Kawanku, Bobo,
Angkasa, Fotomedia, Nikita, Senior. Tantangan bagi Kompas terbentang jelas. Masyarakat dan khalayak
pembaca memerlukan informasi yang menarik, sekaligus berarti dan bermakna. Ikut membantu menjelaskan duduknya perkara. Bukan sekedar kumpulan berita,
kejadian maupun persoalan. Memang informasi tentang kejadian dan masalah, tetapi yang diletakkan, sehingga jelas arti dan maknanya.
Cakrawala kehidupan khalayak semakin luas, semakin kaya dan bervariasi ke dalam dan semakin kaya serta beragam keluar. Orang suka membaca yang
menarik, yang memperkaya kehidupan, yang menggetarkan rasa kemanusiaan dan rasa setia kawan. Orang suka membaca yang menarik, menarik huruf dan
grafiknya, menarik fotonya, menarik tata wajahnya. Tata wajah Koran seluruh dunia berubah. Dimana-mana orang melakukan redesign, memperbarui dan
menyegarkan tata wajah. Tujuan pembaruan tata wajah ialah, memperkuat ekspresi jati diri surat kabar itu sendiri. Kompas juga mencoba melakukan secara
bijak, sesuai dengan masukan dan keterlibatan khalayak pembaca.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.5. Kebijakan Redaksional
Kompas lebih suka menanamkan dirinya sebagai surat kabar yang berorientasi independen. Sementara yang dimaksud dengan surat kabar
independen dalam kaitan ini adalah tidak lain surat kabar yang dalam cara pemberitaannya tidak memposisikan dirinya ada satu pihak, dengan kata lain tidak
menempatkan dirinya pada salah satu kekuatan politik yang ada. Untuk itu pula tampaknya surat kabar ini menggunakan motto “ Amanat Hati-Nurani Rakyat”.
Dengan cara Kompas selalu mencoba bersikap objektif dalam mengupas suatu peristiwa dan senantiasa membela keinginan dan cita-cita rakyat banyak.
Pada masa orde lama, Kompas pernah berorientasi politik atau agama tertentu, hal ini lebih disebabkan karena pada masa Demokrasi Liberar itu Deppen
mengharuskan semua surat kabar mengaitkan eksistensinya salah satu kekuatan politik yang ada saat itu. Kompas yang berdirinya dirintis oleh PK Ojong dan
Jacob Oetama ini pada awal terbitnya hanya dibaca oleh orang-orang Khatolik Jakarta, maka akhrinya berafiliasi dengan Partai Khaltolik. Pada saat masa
pemerintahan orde baru menghapus peraturan tersebut maka Kompas melepaskan diri dari Partai Khatolik dan diputuskan sejak saat itu bahasa sasaran Kompas
adalah kelas menengah dan atas sehingga tipografi dan penampilan Kompas disesuaikan dengan selera masrayakat kelas tersebut.
Konotasi bahwa Kompas masih berafiliasi dengan Partai Khatolik tampaknya masih berbekas, terutama untuk mereka yang masih awam dengan
Kompas. Hal ini bisa diperkuat dengan siapa yang mengasuh dan memiliki surat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kabar ini, demikian juga dengan orientasi politiknya kadang-kadang muncul secara terselubung walaupun barangkali tidak disadarinya. Hal ini tentu berkaitan
erat dengan sejarah berdirinya harian Kompas yang pada awalnya memang dekat dengan Partai Khatolik. Ketika Partai Khatolik difusikan ke dalam PDI tahun
1973, Kompas mulai berusaha menjadi Koran yang independen. Saat ini Kompas menghadirkan dirinya sebagai Koran yang Independen, dan lebih berorientasi
bisnis. Meskipun demikian, latar belakangnya sebagai Koran yang dekat dengan berbagai perdebatan politik, terutama bila perdebatan itu menyangkut atau
menyinggung kekuatan politik Islam. Namun pada perkembangannya Kompas berusaha membenahi diri menjadi
sebuah media massa cetak profesional yang berusaha untuk bersikap netral dan tidak melakukan pengkotak-kotakan berdasarkan kondisi demografis
khalayaknya. Hal ini tercermin dalam motto “ Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas, menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati
nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai intitusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku,
agama, ras dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena dia sendiri adalah sebagai lembaga yang terbuka dan kolektif. Ingin ikut serta dalam
upaya mencerdaskan bangsa. Kompas ingin menempatkan nilai kemanusiaan sebagai nilai tertinggi. Mengarahkan focus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai
yang trasenden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah “Human Transedental”. Pada ulang tahun Kompas yang ke 35 ditemukan pepatah
“Kata Hati Mata Hati” menegaskan semangat empaty dan compassion Kompas.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Lembaga media massa, seperti harian pagi Kompas tidak terlepas dari gejolak masyarakatnya. Dalam setiap pergolakan itu, Kompas terus berusaha
membangun kepercayaan masyarakat lewat berita dan tulisan yang komperhensif. Coverboth sides, tidak menyakiti hati secara pribadi, mendudukan soal, membuka
cakrawala, tidak memihak, kecuali pada kebenaran dan demi penghargaan tinggi pada harkat kemanusiaan.
Tabel 4. 2 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Kompas
Halaman 1 Memuat berita utama nasional dan internasional
Halaman 2-3 Memuat berita-berita internasionalmancanegara
Halaman 4 Memuat tajuk rencana, opini, dan surat pembaca
Halaman 5 Memuat iklan
Halaman 6-8 Memuat berita-berita nasional, politik dan hukum
dalam negeri Halaman 9-10
Memuat berita-berita nasional Halaman 11
Memuat halaman sambungan
Halaman 12 Memuat halaman tokoh
Halaman 13-15 Memuat berita-berita bisnisekonomi
perekonomian Halaman 1621
Memuat iklan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Halaman 17-18 Memuat halaman metropolis, berita-berita seputar
Jabotabek Halaman 19-20
Memuat berita-berita sepuar wilayah nusantara Halaman 22-24
Memuat berita-berita olahraga Halaman 25-27
Memuat iklan Halaman 28-31
Memuat opini Halaman A,B,C,D
Metro Surabaya dan daerah seputar Surabaya, Malang, dan daerah Jawa Timur lainnya
4. 2. Pembahasan