1. 2. Kebijakan Redaksional Jawa Pos

4. 1. 2. Kebijakan Redaksional Jawa Pos

Dalam menulis berita Jawa Pos terlebih dahulu melewati penyeleksian dengan melihat situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan, pemuatan berita tergantung dari bobot berita tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita yang besar atau yang mendapat perhatian masyarakat banyak dan sedang menjadi isu pembicaraan masyarakat akan mendapatkan porsi yang lebih banyak untuk dimuat dan diulas dari berbagai aspek oleh Jawa Pos. Hal itu dilakukan Jawa Pos untuk memenuhi keingintahuan masyarakat akan informasi-informasi yang dibutuhkan. Jawa Pos mempunyai keinginan untuk memberikan kepuasan informasi kepada masyarakat, untuk itu pada halaman pertama Jawa Pos menyajikan satu tema berita dengan berbagai ulasan dari berbagai aspek atau sudut pandang. Dibidang keredaksian kepopuleran Jawa Pos adalah membuat berita besar, dibesarkan dengan cara judul-judul berita pada Jawa Pos dibuat dalam ukuran besar menjadi empat lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom. Pemberitaan Jawa Pos pun ber-angel-angel sehingga pembaca mendapatkan informasi dalam berbagai perspektif. Tidak kalah radikalnya Jawa Pos mempelopori penulisan feature yang berisi berita-berita unik dan human interest. Menurut Jawa Pos dibutuhkan kemampuan untuk menyajikan fakta yang sama sekaligus mengaduk-aduk emosi pembaca, semua itu tergantung dari cara reporter dalam mencari berita, menemukan sumber berita yang tepat sesuai dengan kriteria seperti kredibilitas, kompetensitas narasumber, serta kemampuan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. menuliskannya kedalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah kemampuan redaktur dalam kesanggupan menyeleksi dan mengedit berita yang layak muat. Begitulah proses sebuah berita dalam institusi Jawa Pos. Selain itu Jawa Pos juga mengalami perubahan dalam halaman sambungan, dari halaman satu ke halaman yang lain. Di Jawa Pos, sambungannya diberi judul lagi, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca mencari sambungan berita tersebut. Hal ini merupakan kebijaksanaan dari layout Jawa Pos. Pemuatan halaman Metropolis disebabkan sebagian besar pasar Jawa Pos ada di Surabaya. Metropolis juga memuat berita-berita yang sedang berkembang di masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan berita Surabaya oleh Jawa Pos adalah berita yang tempat kejadiannya di kota Surabaya. Namun jika pokok bahasannya terlalu mannasional maka berita itu bukan disebut sebagai berita Surabaya. Pengaruh berita Surabaya bagi Jawa Pos sangat besar sekali. Dalam mengejar berita, terdapat kerjasama antara wartawan dan redaktur berita. Bisa jadi satu berita diliput karena perintah redaktur atau inisiatif wartawan sendiri yang menganggap bahwa peristiwa tersebut memang layak muat, cara mendapatkan berita yang dilakukan Jawa Pos adalah dengan menempatkan wartawan di pos masing-masing. Ada pos kriminal, pos pemda, pos hamkam, dan lain-lain. Pemberitaan Jawa Pos berkenaan dengan peristiwa sangatlah fleksibel, baik yang sifatnya terencana momentum dan dapat juga peristiwa yang bersifat mendadak. Dalam memperkuat fakta pemberitaanya disertakan pula berbagai narasumber, para pakar serta pihak-pihak terkait dengan cara investigasi langsung. Setiap hari Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Jawa Pos ada rapat perencanaan yang selalu mengevaluasi apa yang telah dikerjakan, juga menentukan apa yang diberitakan besok atau tentang kelanjutan berita sebelumnya. Sampai dengan tahun 1985, Jawa Pos terbit dengan 16 halaman dan ditambah suplemenronce setiap hari senin, rabu, dan sabtu. Pada perkembangan selanjutnya, pada awal tahun 1996, Jawa Pos terbit 20 halaman. Untuk menarik minat pembaca dan memenangkan persaingan atas ketatnya kompetisi antar lembaga media, maka Jawa Pos melakukan berbagai terobosan termasuk diantaranya terbit 24 halaman tiap harinya. Bahkan sekarang telah mencapai 44 halaman. Secara garis besar Jawa Pos terbagi atas tiga sesi, antara lain : Koran I bagian umum memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa nasional maupun internasional. Koran II olahraga memuat berita olah raga dan hiburan. Koran III Metropolis memuat berita tentang kota Surabaya dan sekitarnya. Tabel 4. 1 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Jawa Pos Koran I Bagian Utama Mulai halaman 1-16 Halaman 1 Memuat berita-berita utama yang bernilai berita tinggi dan menyangkut kepentingan nasional ditambah dengan kolom feature. Halaman 2 Memuat berita-berita politik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Halaman 3 Memuat berita-berita utama Jawa Pos Halaman 4 Memuat Jati diri, opini, surat pembaca, gagasan dan keredaksian Halaman 5-6 Memuat berita-berita ekonomi bisnis Halaman 7 Memuat berita-berita internasional Halaman 8-9 Memuat berita-berita laporan khusus Halaman 10 Memuat berita-berita nusantara Halaman 11 Memuat berita-berita komunikasi bisnis Halaman 12-13 Memuat berita-berita daerah Jawa Timur selain Surabaya Halaman 14 Memuat berita-berita showselebriti Halaman 15 Memuat berita-berita sambungan dari halaman 1 Halamn 16 Berisi tentang sosok dan sisi lain Koran II Bagian Olahraga Mulai halaman 17-28 Halaman 17-19 Memuat berita-berita seputar peristiwa sepak bola internasional Halaman 20-21 Memuat berita-berita seputar sepak bola nasional Halaman 22-23 Memuat berbagai iklan komersil iklan jitu yang dimuat secara rutin, terutama hari sabtu, antara lain mengenai Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. lowongan pekerjaan, jual beli kendaraan dan rumah, serta aneka kebutuhan. Halaman 24-26 Memuat tentang berita olahraga seputar Jawa Timur Arena Jatim Halaman 27 Memuat berita-berita tentang olahraga baik internasional maupun nasional selain sepak bola Total Sport Halaman 28 Memuat tentang berita-berita seputar basket NBL Indonesia Koran III Metropolis Mulai Halaman 29-44 Halaman 29 Berisi berita-berita seputar daerah Surabaya, beserta feature yang berkaitan dengan kejadian di wilayah regional Surabaya Halaman 30 Memuat tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Surabaya Halaman 31 Memuat tentang berita-berita di wilayah Surabaya selatan Halaman 32 Memuat tentang berita-berita di wilayah Surabaya utara Halaman 33 Memuat berita-berita di wilayah Surabaya barat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Halaman 34 Memuat berita-berita di wilayah Surabaya timur Halaman 35 Halaman “Deteksi” berisi tentang berbagai kehidupan muda-mudi Surabaya dan tanggapan mereka dengan memanfaatkan metode polling Halaman 36-38 Memuat tentang gaya De-style, mainan Toys, informasi kartun dan komik animemanga, belanja dan gaya Shopstyle, pengetahuan Science, informasi kesehatan Visite, dan hidup sehat Life Halaman 39 Memuat tentang komunikasi bisnis Halaman 40 Memuat halaman ruang publik, kolom, dan opini mahasiswa Halaman 41 Memuat berita-berita di daerah Sidoarjo Halaman 42 Memuat berita-berita di daerah Gresik Halaman 43 Berisi berita-berita sambungan dari halaman 29 Halaman 44 Memuat tentang berita, festival seni dan budaya, kekeluargaan Family dan solusi-solusi dari tokoh-tokoh di Surabaya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.3. Profil Perusahaan Kompas

Suatu hari awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani 1922-1965 selaku MenteriPanglima TNI-AD menelepon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Yani melemparkan ide menerbitkan Koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide itu, membicarakannya dengan Ignatius Josef Kasimo 1900-1986 – sesama rekan di Partai Katolik – dan dengan rekannya yang memimpin majalah intisari, Petrus Kanisius Ojong 1920-1980 dan Jakob Oetama. Kedua nama terakhir itulah yang kemudian mempersiapkannya. Nama Koran itu Bentara Rakyat, sebuah penegasan diri sebagai pembela rakyat yang sebenarnya; berbeda dengan Koran-koran dibawah nama Partai Komunis Indonesia PKI yang memanipulasi makna rakyat. Menjelang terbitnya Bentara Rakyat, Frans Seda sebagai menteri Perkebunan datang ke Istana Merdeka menemui Presiden Soekarno. Presiden bertanya nama Koran yang akan terbit. Dijawab oleh Seda bernama Bentara Rakyat. Bung Karno menimpali, “sebaiknya Koran itu diberi nama Kompas supaya jelas diterima sebagai penunjuk arah”. Akhirnya dinamai Kompas. Bentara Rakyat dijadikan nama yayasan yang menerbitkan. Buket Kompas : Juni ; 2000 Kompas pertama kali terbit pada hari Senin tanggal 28 Juni 1965 setebal empat halaman, dicetak 4.800 eksemplar, berdasarkan keputusan Menteri Penerangan No. 003NSKDPHMJSIT1965 tertanggal 9 Juni 1965. Pelopor utama berdirinya lembaga media ini adalah orang-orang muda yang beberapa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. diantaranya adalah P.K. Ojong, Jakob Oetama, August Parengkuan, serta Indra Gunawan seperti diungkapkan diatas. Pada bulan-bulan pertama Kompas diplesetkan sebagai Komt Pas Morgen atau “Kompas yang datang pada keesokan harinya”, karena sering telat terbit. Oleh PKI namanya diplesetkan sebagai “komando pastor”, sebab tokoh-tokoh pendiri dan perintisnya berasal dari golongan Katolik. Diawaki tidak lebih dari 10 orang di bagian redaksi dan bisnis sampai tahun 1972, kantor redaksi ada di Jl. Pintu Besar Selatan, kemudian pindah ke Jl. Palmerah Selatan 22-26. UU Pokok Pers Tahun 1982 dan ketentuan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers mewajibkan penerbit pers berbadan hukum. Oleh karena itu, sejak tahun 1982 penerbit Kompas bukan lagi Yayasan Bentara Rakyat, tetapi PT. Kompas Media Nusantara. Awal mula penerbitan harian yang terbit di ibukota Negara ini, berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan. Kantor yang ditempati berbagi dua dengan kantor majalah Intisari yang bertempat di Jalan Pintu Besar Selatan No. 86-88 Jakarta Kota. Sedangkan percetakannya masih menggunakan percetakan milik PN. Eka Grafika. Satu bulan setelah mencetak penerbitannya pada PN. Eka Grafika, Kompas beralih pada percetakan Masa Merdeka milik BM. Diah. Tampaknya Kompas mendapat keuntungan lebih dengan mencetak penerbitannya di percetakan Masa Merdeka ini karena ternyata hasil cetakannya jauh lebih bagus Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dan karena sudah menggunakan mesin rotasi sehingga daya cetakannya lebih cepat. Sampai kemudian oplah Kompas meningkat hampir seratus persen. Situasi dan kondisi yang tidak menentu pada masa orde lama mempengaruhi perkembangan Kompas selanjutnya. Penghentian penerbitan beberapa surat kabar sehubungan dengan adanya pemberontakan G30SPKI juga menimpa Kompas. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1965, Kompas mendapat perintah untuk menghentikan kegiatannya. Namun manakala kondisi sudah mulai memulih, pada akhirnya Kompas kembali diijinkan terbit kembali pada tanggal 6 Oktober 1965. Setelah berbagai kekacauan yang disebabkan oleh meletusnya G30SPKI. Kompas kemudian tidak lagi mencetak pada percetakan PN.Eka Grafika, PT. Kinta yang merupakan percetakan terbaik saat itu menjadi pilihan Kompas untuk mencetak harian ini. Selain pertimbangan peningkatan kualitas juga karena salah satu harian yang mencetak di percetakan tersebut berhenti terbit karena adanya pelarangan. Beberapa alasan pelarangan penerbitan terhadap beberapa media massa waktu itu karena afikasi lembaga media dengan partai terlarang. Pada perkembangan selanjutnya Kompas terbit 4 halaman tiap harinya dengan oplah yang terus saja menanjak yaitu mencapai 15.000 eksemplar. Semenjak itu Kompas terus saja meningkatkan oplahnya hingga pada tahun 1972, harian ini telah memiliki percetakan sendiri yang dinamakan PT. Gramedia. Selama pemerintahan orde baru, Kompas tercatat sekali terkena larangan terbit pada tahun 1978 bersamaan dengan terjadinya peristiwa Malari. Namun hal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ini tidak hanya menimpa harian Kompas karena 6 terbitan lainnya juga menerima nasib yang sama dicabut SIUPP-nya keenam surat kabar itu adalah surat kabar Sinar Harapan, Merdeka, The Indonesian Times, Pelita, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Namun hal itu tidak berlangsung lama, kemudian Kompas kembali diijinkan terbit. Harian ini semakin menampakkan perkembangan yang pesat hingga oplahnya mencapai 300.000 eksemplar pada tahun 1982. Dan dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya tahun 1977, Kompas menerbitkan Tabloid Bola yang terbit setiap minggu. Sampai pada saat ini, permodalan surat kabar Kompas dimilikai secara bersamaan oleh Yayasan Bentara Rakyat, Yayasan Kompas Gramedia, Sejahtera, PT. Gramedia, PT. Transito Asri Media, serta atas nama perorangan yaitu Jacob Oetama, Frans Seda dan P. Iswantoro. Ijin terbit harian ini adalah surat keputusan Menpen No. 001MenpenSIUPPA.71985, tertanggal 10 November 1985. Kompas telah menjadi surat kabar terbesar di Indonesia saat ini dengan oplah lebih dari 1 juta eksemplar data tahun 1998. Dan saat ini dengan berkembangnya teknologi cetak jarak jauh, harian ini dapat diterima pagi oleh pembacanya di daerah. Berkembangnya media baru yaitu internet, Kompas juga tidak ketinggalan ikut menyajikan media online yang dikenal dengan www.kompas.com . Kompas cyber media, rata-rata dikunjungi 100.000 orang. Akuransi dan aktualisasi berita yang disajikan oleh harian ini telah berhasil menarik perhatian kalangan menengah keatas dengan pembaca terbanyak adalah Mahasiswa, ibu rumah tangga, para politisi, ilmuwan, dan pengusaha. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.4. Sebaran Pembaca Kompas

Jumlah oplah yang diantaranya menunjukkan kepercayaan masyarakat pembaca, Sejak harian ini diterbitkan menunjukkan peningkatan signifikansi. Berdasarkan hasil audit independen Prasetio Utomo Co Jakarta, dan perhitungan yang tertera pada publikasi Audit Bureau of Circulation ABC di Sydney, Australia, Kompas mengawali oplah rata-rata sebesar 7.739 eksemplar setiap hari. Dalam kurun waktu lima tahun kemudian 1970, melonjak sepuluh kali lipat, mencapai angka 77.160 eksemplar. Masa selanjutnya justru terjadi peningkatan oplah spektakuler, sempat mencapai angka diatas 600.000 eksemplar setiap hari. Predikat sebagai harian nasional, Kompas terbesar di seluruh propinsi Indonesia. Melihat proporsi sebaran, DKI Jakarta beserta kawasan Bogor, Tangerang, dan Bekasi menduduki peringkat tertenggi, mencapai 63. Bagaimana dengan jumlah pembaca? Merujuk hasil survey lembaga riset AC Nielsen 1999, dari perkiraan 2.762.223 anggota populasi di kawasan Jabotabek, Bandung, Semarang, Medan, Palembang, da Makasar, tercatat 2.270.000 orang pembaca harian ini. Berdasarkan paparan sepintas diatas, dapat disimpulkan harian ini berada pada jajaran terdepan dalam jumlah pembaca, oplah dan sebaran media cetak sejenis. Selain persoalan oplah dan sebaran pembaca, yang juga tak kalah menarik ialah, siapa dan berasal dari kalangan manakah pembaca Kompas? Berbagai survey yang dilakukan lembaga riset independen maupun lembaga riset intern. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berikut ini adalah data Litbang Kompas 1988 tentang Tingkat Pendidikan Pembaca Kompas : a. Lulus SD : 0,7 b. Lulus SLTP : 2,49 c. Lulus SLTA : 2,49 d. AkademiD1D2 : 2,49 e. Sarjana Muda : 8,20 f. Sarjana S1 : 45,64 g. Sarjana S2S3 : 7,50 Dari data tingkat pendidikan yang ada diatas membuktikan bahwa sebagian besar pembaca adalah kalangan masyarakat yang dikelompokkan dalam kelas social ekonomi menengah keatas. Kesimpulan itu antara lain terlihat dari tingkat kemampuan ekonomi rumah tangga dan jenjang pendidikan pembaca. Sedangkan dari segi penghasilan, pembaca Kompas Berdasarkan data AC Nielsen media Index, 1999 adalah sebagai berikut : a. Rp 1.500.000 : 33,2 b. Rp 1000.000-1.500.000 : 20,9 c. Rp 700.000-1000.000 : 16,7 d. Rp 500.000-700.000 : 16,3 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. e. Rp 350.000-500.000 : 6,7 f. Rp 250.000-350.000 : 5,1 g. Rp 250.000 : 1,1 Sedangkan dari segi pengeluaran pembaca Kompas pada tahun 1999 berdasarkan AC Nielsen Media Index adalah : a. Rp 1.500.000 : 14,1 b. Rp 1000.000-1.500.000 : 15,8 c. Rp 700.000-1000.000 : 22,8 d. Rp 500.000-700.000 : 23,83 e. Rp 350.000-500.000 : 12,3 f. Rp 250.000-350.000 : 7,4 g. Rp 250.000 : 3,8 Dari data-data diatas membuktikan bahwa sebagian besar pembaca Kompas adalah kalangan masyarakat yang dikelompokkan dalam kelas social ekonomi menengah ke atas. Kesimpulan itu antara lain terlihat dari tingkat kemampuan ekonomi dan jenjang pendidikan pembaca. Dari sisi penghasilan, misalnya riset AC Nielsen 1999 menyatakan, proporsi terbesar 33,2 responden pembaca berpenghasilan diatas Rp1,5 juta perbulan. Sementara dari sisi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pengeluaran, lebih dari separuh responden pembaca memiliki pengeluaran minimal Rp 700 ribu perbulan. Dari sisi pendidikan, hasil dari beberapa angket pembaca yang dilakukan, Kompas menempatkan kalangan berpendidikan tinggi sebagai basis pembaca. Sekitar 46 pembaca memiliki latar belakang pendidikan sarjana S1 dan 7,5 responden pembaca tamatan pasca sarjana. Berdasarkan gambaran ini, harian ini memang melekat pada kalangan menengah Indonesia, kelompok masyarakat yang selama ini identik sebagai agen perubahan dan ujung tombak demokratisasi bangsa. Pada tahun 1993, PT. Cisi Raya Utama pernah mengakulasikan pendapatan PT. Kompas Media Nusantara, penerbit harian Kompas telah mencapai angka Rp 240 miliar, laba bersih Rp 30 miliar. Sementara asetnya diperkirakan sekitar Rp 150 miliar-160 miliar. Tahun 1994, lembaga riset ini memperkirakan kenaikan pendapatan Kompas rata-rata 10-11. Saat ini tak kurang terdapat delapan divisi yang membawahi unit-unit usaha di bawah kelompok Kompas Gramedia KKG, yaitu meliputi divisi pers daerah, surat kabar, majalah, perdagangan, percetakan, property, penerbitan, dan divisi lembaga keuangan. Kepesatan laju perkembangan Kompas dalam bisnis media ini tidak terlepas dari kepiawaian PK, Ojong dan Jacob Oetomo dalam memimpin hingga menjadikan Kompas sebagai Koran terbesar, baik dari segi oplah maupun pemasukan iklan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Khusus bisnis medianya, kelompok Kompas komplit merambah berbagai peluang yang menjadikannya sebuah konglomerasi, disamping harian Kompas, PT. Gramedia menerbitkan pula The Jakarta Post, Tabloid Nova, Citra, Bola, Otomatif, Hoplaa, Pramuka, dan Info Komputer serta Majalah Hai, JakartaJakarta, Tiara, Intisari, Kontan, Harian Bernas Yogyakarta, Sriwijaya Pos, Serambi Indonesia Aceh, Harian Pos Maluku, Tifa Jayapura, Majalah Kawanku, Bobo, Angkasa, Fotomedia, Nikita, Senior. Tantangan bagi Kompas terbentang jelas. Masyarakat dan khalayak pembaca memerlukan informasi yang menarik, sekaligus berarti dan bermakna. Ikut membantu menjelaskan duduknya perkara. Bukan sekedar kumpulan berita, kejadian maupun persoalan. Memang informasi tentang kejadian dan masalah, tetapi yang diletakkan, sehingga jelas arti dan maknanya. Cakrawala kehidupan khalayak semakin luas, semakin kaya dan bervariasi ke dalam dan semakin kaya serta beragam keluar. Orang suka membaca yang menarik, yang memperkaya kehidupan, yang menggetarkan rasa kemanusiaan dan rasa setia kawan. Orang suka membaca yang menarik, menarik huruf dan grafiknya, menarik fotonya, menarik tata wajahnya. Tata wajah Koran seluruh dunia berubah. Dimana-mana orang melakukan redesign, memperbarui dan menyegarkan tata wajah. Tujuan pembaruan tata wajah ialah, memperkuat ekspresi jati diri surat kabar itu sendiri. Kompas juga mencoba melakukan secara bijak, sesuai dengan masukan dan keterlibatan khalayak pembaca. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.5. Kebijakan Redaksional

Kompas lebih suka menanamkan dirinya sebagai surat kabar yang berorientasi independen. Sementara yang dimaksud dengan surat kabar independen dalam kaitan ini adalah tidak lain surat kabar yang dalam cara pemberitaannya tidak memposisikan dirinya ada satu pihak, dengan kata lain tidak menempatkan dirinya pada salah satu kekuatan politik yang ada. Untuk itu pula tampaknya surat kabar ini menggunakan motto “ Amanat Hati-Nurani Rakyat”. Dengan cara Kompas selalu mencoba bersikap objektif dalam mengupas suatu peristiwa dan senantiasa membela keinginan dan cita-cita rakyat banyak. Pada masa orde lama, Kompas pernah berorientasi politik atau agama tertentu, hal ini lebih disebabkan karena pada masa Demokrasi Liberar itu Deppen mengharuskan semua surat kabar mengaitkan eksistensinya salah satu kekuatan politik yang ada saat itu. Kompas yang berdirinya dirintis oleh PK Ojong dan Jacob Oetama ini pada awal terbitnya hanya dibaca oleh orang-orang Khatolik Jakarta, maka akhrinya berafiliasi dengan Partai Khaltolik. Pada saat masa pemerintahan orde baru menghapus peraturan tersebut maka Kompas melepaskan diri dari Partai Khatolik dan diputuskan sejak saat itu bahasa sasaran Kompas adalah kelas menengah dan atas sehingga tipografi dan penampilan Kompas disesuaikan dengan selera masrayakat kelas tersebut. Konotasi bahwa Kompas masih berafiliasi dengan Partai Khatolik tampaknya masih berbekas, terutama untuk mereka yang masih awam dengan Kompas. Hal ini bisa diperkuat dengan siapa yang mengasuh dan memiliki surat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kabar ini, demikian juga dengan orientasi politiknya kadang-kadang muncul secara terselubung walaupun barangkali tidak disadarinya. Hal ini tentu berkaitan erat dengan sejarah berdirinya harian Kompas yang pada awalnya memang dekat dengan Partai Khatolik. Ketika Partai Khatolik difusikan ke dalam PDI tahun 1973, Kompas mulai berusaha menjadi Koran yang independen. Saat ini Kompas menghadirkan dirinya sebagai Koran yang Independen, dan lebih berorientasi bisnis. Meskipun demikian, latar belakangnya sebagai Koran yang dekat dengan berbagai perdebatan politik, terutama bila perdebatan itu menyangkut atau menyinggung kekuatan politik Islam. Namun pada perkembangannya Kompas berusaha membenahi diri menjadi sebuah media massa cetak profesional yang berusaha untuk bersikap netral dan tidak melakukan pengkotak-kotakan berdasarkan kondisi demografis khalayaknya. Hal ini tercermin dalam motto “ Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas, menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai intitusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama, ras dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena dia sendiri adalah sebagai lembaga yang terbuka dan kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas ingin menempatkan nilai kemanusiaan sebagai nilai tertinggi. Mengarahkan focus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang trasenden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah “Human Transedental”. Pada ulang tahun Kompas yang ke 35 ditemukan pepatah “Kata Hati Mata Hati” menegaskan semangat empaty dan compassion Kompas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Lembaga media massa, seperti harian pagi Kompas tidak terlepas dari gejolak masyarakatnya. Dalam setiap pergolakan itu, Kompas terus berusaha membangun kepercayaan masyarakat lewat berita dan tulisan yang komperhensif. Coverboth sides, tidak menyakiti hati secara pribadi, mendudukan soal, membuka cakrawala, tidak memihak, kecuali pada kebenaran dan demi penghargaan tinggi pada harkat kemanusiaan. Tabel 4. 2 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Kompas Halaman 1 Memuat berita utama nasional dan internasional Halaman 2-3 Memuat berita-berita internasionalmancanegara Halaman 4 Memuat tajuk rencana, opini, dan surat pembaca Halaman 5 Memuat iklan Halaman 6-8 Memuat berita-berita nasional, politik dan hukum dalam negeri Halaman 9-10 Memuat berita-berita nasional Halaman 11 Memuat halaman sambungan Halaman 12 Memuat halaman tokoh Halaman 13-15 Memuat berita-berita bisnisekonomi perekonomian Halaman 1621 Memuat iklan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Halaman 17-18 Memuat halaman metropolis, berita-berita seputar Jabotabek Halaman 19-20 Memuat berita-berita sepuar wilayah nusantara Halaman 22-24 Memuat berita-berita olahraga Halaman 25-27 Memuat iklan Halaman 28-31 Memuat opini Halaman A,B,C,D Metro Surabaya dan daerah seputar Surabaya, Malang, dan daerah Jawa Timur lainnya

4. 2. Pembahasan

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25