memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST maka dosis rendah dan tengah pun juga tidak akan memberikan pengaruh.
Pada Tabel VIII dapat dilihat bahwa kontrol infusa daun Sonchus arvensis
L. dosis 1,5 gkgBB memiliki nilai aktivitas serum ALT dan AST sebesar 69,0±3,3UL dan 117,6±7,0 UL. Secara statistik aktivitas serum ALT dan AST
pada kontrol perlakuan memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT p=0,009 dan perbedaan tidak bermakna terhadap aktivitas serum AST
p=0,094 dengan kelompok kontrol negatif olive oil. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa dosis 1,5 gkgBB praperlakuan enam hari
dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan aktivitas serum ALT tetapi tidak pada aktivitas serum AST. Hasil tersebut bisa disebabkan karena adanya
pengaruh dari variabel pengacau tak terkendali, yaitu kondisi patologis dari hewan uji. Hasil analisis statistik kelompok perlakuan infusa daun Sonchus arvensis L.
dengan kontrol negatif olive oil dapat dilihat pada tabel IX ALT dan tabel X AST.
4. Kelompok perlakuan infusa daun Sonchus arvensis L. dosis 0,375; 0,75;
1,5 gkgBB pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2 mLkgBB
Pengujian pada kelompok praperlakuan ini bertujuan untuk melihat efek hepatoprotektif praperlakuan jangka panjang jangka waktu enam hari infusa
daun Sonchus arvensis L. pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida yang ditandai dengan penurunan aktivitas serum ALT dan AST. Hasil dari
kelompok praperlakuan menunjukkan bahwa tidak adanya kekerabatan dosis dengan efek yang muncul. Semakin tinggi dosis praperlakuan infusa daun
Sonchus arvensis L. yang diberikan, tidak diikuti dengan peningkatan efek yang
muncul. Perhitungan persen efek hepatoproteketif digunakan untuk mengevaluasi
efek hepatoprotektif yang didapat dengan mengurangkan 100 dengan perbandingan kerusakan hati praperlakuan infusa dan kerusakan hati yang terjadi
tanpa pemberian infusa. Kerusakan hati yang terjadi tanpa pemberian infusa diperoleh dari pengurangan purata aktivitas serum kontrol hepatotoksin karbon
tetraklorida dengan kontrol negatif olive oil Wakchaure, et al., 2011. Purata aktivitas serum kontrol negatif olive oil yang diperoleh digunakan
sebagai pengurang karena aktivitas serum pada kontrol negatif serupa dengan aktivitas serum pada kondisi normal. Secara statistik aktivitas serum pada kondisi
normal jam ke-0 juga berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif olive oil jam ke-24 yang sudah dibahas sebelumnya.
Data aktivitas serum ALT dan AST dianalisis dengan analisis pola searah One Way ANOVA memiliki variansi tidak homogen dengan angka signifikansi
serum ALT 0,005 p0,05 dan serum AST 0,026 p0,05. Analisis dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis, kemudian dilanjutkan uji Mann-Whitney untuk
mengetahui perbedaan antar kelompok, hasil uji Mann-Whitney aktivitas serum ALT dan AST dapat dilihat pada tabel IX dan X.
Kelompok IV merupakan kelompok praperlakuan infusa daun Sonchus arvensis
L. dosis 0,375 gkgBB yang diberikan selama enam hari. Setelah itu, pada hari ke-7 diinduksi dengan karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Aktivitas serum
ALT kelompok IV yang didapatkan sebesar 151,4±17,3UL, secara statistik
kelompok ini memiliki perbedaan tidak bermakna dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida p=0,175 dan memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol
negatif olive oil p=0,009. Hasil statistik menunjukkan bahwa kelompok praperlakuan infusa daun Sonchus arvensis L. dosis 0,375 gkgBB belum dapat
menurunkan aktivitas ALT jika dibanding dengan kontrol hepatotoksin. Perbandingan kelompok praperlakuan infusa dosis 0,375 gkgBB dengan kontrol
negatif memiliki perbedaan yang bermakna. Hal tersebut menunjukkan bahwa penurunan nilai serum ALT belum mencapai nilai normal. Dari perhitungan
persen efek hepatoprotektif terhadap aktivitas serum ALT, kelompok IV memiliki persen efek hepatoprotektif sebesar 30 .
Aktivitas serum AST pada kelompok IV didapatkan sebesar 452,0±24,1 UL, secara statistik nilai serum AST berbeda tidak bermakna dengan kontrol
hepatotoksin karbon tetraklorida p=0,465 dan berbeda bermakna dengan kontrol negatif olive oil p=0,009. Perbandingan dengan kontrol hepatotoksin
menunjukkan bahwa infusa daun Sonchus arvensis L. dosis 0,375 gkgBB belum dapat menurunkan aktivitas serum AST dan bila dibandingkan dengan kontrol
negatif penurunan aktivitas serum AST juga belum mencapai nilai normal. Dari perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap aktivitas serum AST didapatkan
presentasi daya hepatoprotektif sebesar 3 . Kelompok V merupakan kelompok praperlakuan infusa daun Sonchus
arvensis L. dosis 0,75 gkgBB yang diberikan selama enam hari. Setelah itu, pada
hari ke-7 diinduksi dengan karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Aktivitas serum ALT kelompok ini sebesar 67,2±8,6 UL, secara statistik adanya berbeda bermakna
dengan nilai aktivitas serum ALT kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida p=0,009 yang berarti pada praperlakuan pada kelompok V dapat menurunkan
aktivitas serum ALT. Penurunan nilai aktivitas ALT pada praperlakuan kelompok V belum mencapai batas nilai normal, hal ini menunjukan karena adanya
perbedaan bermakna antara nilai aktivitas serum ALT pada kelompok V dengan kelompok kontrol negatif olive p=0,009. Dari perhitungan persen efek
hepatoprotektif terhadap aktivitas serum ALT didapatkan hasil persentase hepatoprotekif sebesar 83,7
. Aktivitas serum AST pada kelompok V sebesar 371,8±36,1 UL, secara
statistik kelompok V memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap nilai aktivitas serum AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida p=0,076 dan
adanya perbedaan yang bermakna pada kontrol negatif olive oil p=0,009. Perbedaan tidak bermakna dengan kontrol hepatotoksin yang menunjukkan belum
adanya penurunan aktivitas serum AST, sedangkan dengan pada kontrol negatif memiliki perbedaan bermakna yang menunjukkan bahwa penurunan aktivitas
serum AST pada kelompok V tidak mencapai kisaran normal. Dari perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap aktivitas serum AST, didapatkan hasil
presentase efek hepatoprotektif sebesar 25 . Aktivitas serum ALT pada kelompok V dapat turun, namun belum mencapai kisaran normal. Selain itu,
dilihat dari presentase hepatoprotektif, infusa daun Sonchus arvensis L. memiliki kemampuan yang cukup besar dalam menurunkan aktivitas serum ALT dibanding
serum AST.
Kelompok VI merupakan kelompok praperlakuan infusa daun Sonchus arvensis
L. dosis 1,5 gkgBB diberikan selama enam hari. Setelah itu, pada hari ke-7 diinduksi dengan karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Aktivitas serum ALT
kelompok ini sebesar 120,2±23,3 UL, secara statistik terdapat perbedaan tidak bermakna aktivitas serum ALT dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon
tetraklorida p=0,076 dan perbedaan bermakna pada kontrol negatif olive oil p=0,009. Perbedaan tidak bermakna dengan kontrol hepatotoksin menunjukkan
bahwa belum terjadi penurunan aktivitas serum ALT pada kelompok VI, sedangkan perbedaan bermakna dengan kontrol negatif menunjukkan penurunan
aktivitas serum ALT belum mencapai kisaran normal. Persentase efek hepatoprotektif terhadap aktivitas serum ALT yang didapat pada kelompok VI
sebesar 50 . Aktivitas serum AST kelompok VI sebesar 313,4 ± 69,1 UL, secara
statistik terjadi perbedaan tidak bermakna dengan kelompok kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida p=0,117 dan perbedaan bermakna pada kontrol negatif olive
oil p=0,16. Perbedaan tidak bermakna pada aktivitas serum dengan kelompok
kontrol hepatotoksin menunjukkan belum terjadi penurunan aktivitas serum AST, sedangkan perbedaan dengan kelompok kontrol negatif menunjukkan penurunan
aktivitas serum AST belum mencapai kisaran normal. Persentase efek hepatoprotektif terhadap aktivitas serum AST yang didapat pada kelompok VI
sebesar 41 .
Secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara aktivitas serum ALT kelompok V praperlakuan dosis 0,75 gkgBB p=0,009 dengan kelompok IV
praperlakuan dosis 0,375 gkgBB, hal ini menunjukkan bahwa penurunan aktivitas serum ALT dengan praperlakuan infusa daun Sonchus arvensis L. dosis
0,375 gkgBB tidak sebaik dosis 0,75 gkgBB dalam menurunkan aktivitas serum ALT. Sedangkan antara kelompok V dengan kelompok VI praperlakuan dosis 1,5
gkgBB p=0,076 memiliki hubungan berbeda tidak bermakna, hal ini menunjukkan bahwa infusa daun Sonchus arvensis L. pada dosis 1,5 gkgBB
memiliki kemampuan yang sama dengan dosis 0,75 gkgBB untuk menurunkan aktivitas ALT. Selain itu, pada kelompok V adanya penurunan serum ALT karena
memiliki hubungan berbeda bermakna dengan kontrol hepatotoksin dan kontrol negatif olive oil. Hal ini menunjukkan bahwa adanya penurunan aktivitas serum
ALT namun belum mencapai kisaran normal. Secara statistik aktivitas serum AST pada kelompok V memiliki
perbedaan yang tidak bermakna dengan kelompok IV p=0,117 dan VI p=0,465. Pada kelompok IV dan VI terdapat perbedaan yang tidak bermakna
sehingga dapat dibilang kelompok IV dan VI memiliki efek hepatoprotektif yang serupa dalam menurunkan aktivitas serum AST. Aktivitas serum AST pada ketiga
kelompok jika dibandingkan dengan kontrol negatif, menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Kelompok V memiliki perbedaan tidak bermakna dengan
kontrol hepatotoksin terkait aktivitas serum AST. Parameter yang digunakan dalam menentukan efek hepatoprotektif
adalah aktivitas serum ALT dan AST. Namun aktivitas serum ALT lebih menjadi
parameter utama karena sifatnya yang spesifik pada hati, berbeda dengan serum AST yang kurang spesifik pada hati. ALT lebih spesifik karena sebagian besar
terdapat di hati, sedangkan enzim AST selain di hati juga banyak terdapat pada jaringan dan organ lain terutama jantung, otot rangka, ginjal, otak dan sel darah
merah Giannini et al., 2005. Oleh karena itu, penentu utama efek hepatoprotektif adalah aktivitas serum ALT, namun aktivitas serum AST tetap digunakan sebagai
data pendukung. Hasil analisis menunjukkan bahwa dosis 0,75 gkgBB memiliki efek
hepatoprotektif terhadap penurunan aktivitas serum ALT pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida. Efek hepatoprotektif yang ditimbulkan dari
pemberian infusa daun Sonchus arvensis L. ini diduga karena aktivitas senyawa antioksidan yang terkandung di dalam daun Sonchus arvensis L., khususnya
flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa antioksidan yang mendominasi dari kandungan fitokimia daun Sonchus arvensis L. Flavonoid merupakan senyawa
antioksidan polifenol larut air yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi Hendriani et al., 2014.
Flavonoid akan bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relatif lebih stabil. Antioksidan ini menstabilkan
radikal bebas dengan menyumbangkan atom H dari gugus hidroksil antioksidan untuk melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas Nijveldt et
al ., 2009. Menurut Alkreathy, et al.2014 pemberian total flavonoid dari
Sonchus arvensis L. mampu untuk memproteksi hati dari kerusakan yang
disebabkan oleh induksi karbon tetraklorida.
Dari ketiga dosis, dosis yang memiliki efek hepatoprotektif paling besar terhadap penurunan aktivitas serum ALT adalah dosis 0,75 gkgBB. Besar efek
hepatoprotektif yang ditimbulkan dari ketiga peringkat dosis tidak berbanding lurus dengan jumlah dosis yang diberikan. Dosis 1,5 gkgBB sebagai dosis
tertinggi infusa tidak memberikan efek hepatoprotektif yang lebih baik dibanding dosis 0,75 gkgBB karena terlihat masih adanya perbedaan bermakna pada dosis
1,5 gkgBB dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida. Penurunan persen efek hepatoprotektif pada dosis 1,5 gkgBB dimungkinkan terjadi karena dosis
yang diberikan terlalu besar, kandungan flavonoid yang masuk ke dalam tubuh terlalu besar. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan fenolik bisa lenyap
bahkan antioksidan tersebut dapat menjadi prooksidan. Efek prooksidan flavonoid terjadi ketika terbentuknya radikal bebas baru flavonoid phenoxyl radicals Fl-
O• dari senyawa itu sendiri terlalu banyak. Banyaknya jumlah flavonoid phenoxyl
radicals Fl-
O• yang terbentuk dapat mengakibatkan reaksi autooksidasi karena flavonoid phenoxyl radicals
Fl- O• masih memiliki sifat reaktif, sehingga jumlah
flavonoid yang berlebihan bukan melindungi sel dari serangan radikal bebas, tetapi merusak sel karena radikal bebas baru yang dibetuknya sendiri
Procházková, Boušová, and Wilhelmová, 2011. Senyawa yang dijadikan senyawa model adalah karbon tetraklorida
mekanisme reaksi efek hepatotoksik seperti degenerasi lemak, fibrosis, kematian hepatoseluler, dan karsinogenik Boll et al., 2001. Karbon tetraklorida akan
mengalami reduksi dehalogenasi di hati melalui aktivasi enzim pemetabolisme sitokrom P
450
, terutama CYP2E1 yang dapat membentuk radikal bebas
triklorometil •CCl
3
. Enzim sikotrom CYP2E1 akan mereduksi dan mengatalisis adisi elektron yang mengakibatkan hilangnya satu ion klorin sehingga terbentuk
radikal bebas triklorometil •CCl
3
. Radikal bebas triklorometil merupakan metabolit reaktif dan akan bertambah reaktif jika bereaksi dengan oksigen akan
membentuk radikal triklorometilpero ksi •OOCCl
3
Gregus and Klaaseen, 2001. Ikatan kovalen dari radikal bebas triklorometil
•CCl
3
akan memulai penghambatan sekresi lipoprotein dan proses perlemakan hati steatosis.
Sedangkan reaksi dengan oksigen yang membentuk radikal triklorometilperoksi •CCl
3
OO akan memulai reaksi berantai peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid
terjadi ketika senyawa radikal menyerang dan menghancurkan polyunsaturated fatty acids
, khususnya yang terkait dengan fosfolipid. Gangguan keluarnya lipid dari hati disebabkan karena hambatan sintesis lipoprotein yang membawa
trigliserida meninggalkan hati, hal inilah yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan hati. Pada keadaan steatosis ini, struktur retikulum endoplasma
mengalami distorsi, sintesa protein menjadi lambat, dan akan terjadi penyimpangan terhadap aktivitas enzim yang berada di retikulum endoplasma
Boll et al., 2003. Dari penelitian ini dinyatakan bahwa infusa daun Sonchus arvensis L.
memiliki efek hepatoprotektif pada dosis 0,75 gKgBB karena adanya perbedaan bermakna dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dan kontrol olive oil,
terjadinya penurunan aktivitas serum ALT namun belum mencapai kisaran normal. Pemberian infusa daun Sonchus arvensis L. juga tidak menunjukkan
peningkatan efek yang dihasilkan ketika diberi dosis yang lebih tinggi. Pada
penelitian didapatkan persen efek hepatoprotektif dengan menurunnya aktivitas serum ALT dari peringkat dosis terendah hingga tertinggi yang diperoleh berturut-
turut sebesar 30; 83,7; 50 dan aktivitas serum AST secara berturut-turut sebesar 3; 25; 42. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa persen efek
hepatoprotektif tertinggi terdapat pada dosis 0,75 gkgBB dan persen efek hepatoprotektif terendah pada dosis 0,375 gkgBB, maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai seberapa besar dosis efektif dari infusa daun Sonchus arvensis
L. dengan variasi dosis antara 0,375 gkgBB sampai 0,75 gkgBB untuk melihat adanya dosis efektif yang dapat menimbulkan efek
hepatoprotektif. Pada penelitian ini, bila ketiga dosis 0,375; 0,75; dan 1,5 gkgBB
dikonversi ke manusia maka secara berturut-turut didapatkan 4,2; 8,4; dan 16,8 g70 kgBB manusia.
D. Rangkuman Pembahasan