Latar Belakang Penelitian PENGANTAR

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang Penelitian

Hati merupakan organ yang paling besar di dalam tubuh. Hati berperan penting dalam proses metabolisme dan memiliki beberapa fungsi penting lainnya yaitu menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen, sekresi empedu, pembentukkan ureum, menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air. Selain itu, hati berperan dalam proses detoksifikasi. Kerusakkan hati dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia beracun dan obat-obatan tertentu, dan telah dijadikan sebagai masalah toksikologi yang serius, misalnya alkohol atau senyawa-senyawa kimia yang berbahaya bagi tubuh Syaifuddin, 2003. Salah satu kelainan atau kerusakan organ hati yang sering dijumpai adalah perlemakan hati steatosis. Berdasarkan etiologi penyakit perlemakan hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu perlemakan hati diperantarai alkohol dan perlemakan hati yang tidak diperantarai alkohol atau disebut non-alcoholic fatty liver disease NAFLD. Secara histologi NAFLD dibagi menjadi non-alcoholic fatty liver NAFL dan non-alcoholic steatohepatitis NASH. NAFL didefinisikan steatosis hati tanpa adanya kerusakan hepatosit ballooning. NASH didefinisikan sebagai steatosis hati dan peradangan dengan kerusakan hepatosit ballooning dengan atau tanpa fibrosis Chalasani, et al., 2012. Prevalensi dari NAFLD pada populasi di negara-negara bagian Barat sebesar 20-30 dan di negara-negara Asia sekitar 15. Secara spesifik prevalensi dari kedua NAFLD, yaitu non-alcoholic fatty liver NAFL sekitar 40-50 dan non-alcoholic steatohepatitis NASH sekitar 2-4 dari populasi umum. Penyakit NASH dapat berkembang menjadi sirosis hati dan hepatocarcinoma Bellentani, Scaglioni, Marino, dan Bedogni, 2010. Selain itu, di Indonesia sendiri prevalensi NAFLD mencapai 30 Hasan, Gani, dan Machmud, 2002. Karbon tetraklorida merupakan senyawa hepatotoksin yang digunakan sebagai senyawa model dalam penelitian ini. Senyawa karbon tetraklorida digunakan sebagai senyawa hepatotoksin karena memiliki kemampuan dalam menginduksi kerusakan hati Surya, 2009. Pada umumnya, karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan pada hepatosit tikus dalam bentuk degenerasi lemak, vakuolasi sitoplasma dan fibriosis dengan pembengkakan endotelial Chaudari, Chaware, Joshi, dan Biyani, 2009. Karbon tetraklorida akan mengalami reduksi dehalogenasi di hati melalui aktivasi enzim pemetabolisme sitokrom P 450 yang dapat membentuk radikal bebas triklorometil •CCl 3 . Enzim tersebut akan mereduksi dan mengatalisis adisi elektron yang mengakibatkan hilangnya satu ion klorin sehingga terbentuk radikal bebas triklorometil •CCl 3 . Ikatan kovalen dari radikal bebas triklorometil •CCl 3 akan menghambat sekresi lipoprotein dan proses perlemakan hati steatosis Boll, Weber, dan Stampfl, 2001. Menurut Rahmat, Afrizal, dan Efdi 2013, keanekaragaman tumbuhan di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari 25.000 jenis. Kekayaan ini telah banyak dimanfaatkan bagi kehidupan, salah satunya sebagai tumbuhan obat. Hutan Indonesia memiliki jenis tumbuhan obat tidak kurang dari 9.606 jenis dan baru sebagian kecil yang diteliti secara ilmiah. Banyak potensi tumbuhan obat yang belum diketahui terutama dari segi aktivitas biologisnya. Salah satu potensi dari tumbuhan obat tersebut adalah sebagai antioksidan. Tumbuhan yang memiliki potensi sebagai antioksidan banyak dijumpai di lingkungan sekitar kita seperti sayur-sayuran, buah-buahan, rempah-rempah dan tumbuhan lainnya. Salah satu tanaman yang bisa dijadikan pengobatan alternatif adalah tempuyung Sonchus arvensis L.. Pengobatan tradisional menjadi pilihan beberapa masyarakat Indonesia sebagai komplementer atau subsider pada pengobatan konvensional akibat mahalnya biaya pengobatan konvensional. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2010, persentase penduduk Indonesia yang pernah mengonsumsi jamu sebanyak 59,12. Dari jumlah tersebut, sekitar 95,60 masyarakat merasakan manfaatnya. Dengan kata lain, lebih dari setengah penduduk Indonesia mengonsumsi jamu. Di Indonesia, sebagian besar pemanfaatan tanaman obat sebagai jamu dilakukan dengan cara merebus tanaman obat yang kemudian air rebusan tersebut dikonsumsi. Proses pembuatan sediaan farmasi yang mendekati cara penggunaan dalam masyarakat adalah infundasi karena dalam prosesnya dilakukan dengan pemanasan menggunakan penyari air Yuningsih, 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Alkreathy, Khan, Khan dan Sahreen 2014 mengenai Sonchus arvensis L. yang memiliki aktivitas antioksidan dan memberikan pengaruh hepatoprotektif terhadap kerusakan hati pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida CCl 4 . Hal tersebut yang ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas enzim alanine aminotransferase ALT, aspartat aminotransferase AST, alkaline phosphatase ALP, gamma glutamyl transpeptidase profil lipid γ-GT, kolesterol total, low-density lipoprotein LDL, high-density lipoprotein HDL dan trigliserida. Selain itu, tanaman tempuyung mengandung alfa-laktoserol, beta-laktoserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoid dan taraksa-sterol. Flavonoid merupakan senyawa antioksidan yang paling banyak terdapat pada daun Sonchus arvensis L. Lukas, 2007. Flavonoid merupakan senyawa antioksidan polifenol larut air yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi Hendriani, Yulinah, Kusnandaranggadiredja, dan Sukrasno, 2014. Senyawa-senyawa tersebut berperan penting dalam mempertahankan fungsi normal hati. Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dilakukan penelitian terhadap efek hepatoprotektif infusa daun Sonchus arvensis L. tempuyung dengan pemberian jangka panjang terhadap aktivitas ALT dan AST tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Apakah pemberian jangka panjang infusa daun Sonchus arvensis L. memiliki efek hepatoprotektif terhadap aktivitas AL-AST tikus jantan yang teinduksi karbon tetraklorida? b. Berapakah persen efek hepatoprotektif infusa daun Sonchus arvensis L. pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida?

2. Keaslian penelitian

a. Menurut Alkreathy, et al. 2014, ekstrak metanol Sonchus arvensis L. memiliki aktivitas antioksidan serta memberikan pengaruh hepatoprotektif terhadap kerusakan hati pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida yang ditandai dengan adanya aktivitas enzim. b. Menurut Soegihardjo 1984, mencari tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat penyakit hati dari Sonchus oleraceus L. suku Compositae dengan menggunakan karbon tetraklorida sebagai hepatotoksin. Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian tentang efek hepatoprotektif pemberian jangka penjang infusa daun Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas serum ALT dan AST pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi untuk mengenai efek hepatoprotektif dari daun Sonchus arvensis L.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat secara luas mengenai daun Sonchus arvensis L. yang memiliki efek hepatoprotektif jangka panjang sehingga bisa dijadikan sebagai pengobatan alternatif pada penyakit hati.

B. Tujuan Penelitian 1.

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 50% daun jarong (Stachytarpheta indica (l.) vahl.) terhadap aktivitas alanin aminotransferase dan aspartate aminotransferase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 3 106

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek fraksi air ekstrak etanolik herba Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas ALT-AST SERUM pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol 30% daun jarong (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) terhadap kadar alanin aminotransferase dan aspartat aminotransferase pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 127

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang dekokta Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

3 7 127

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol 70% Herba Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 110

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak Etanol 50% HERBA Sonchus arvensis Linn. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus putih jantan terinduksi karbon tetraklorida.

1 6 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek infusa herba Sonchus arvensis L. terhadap aktivitas AST-ALT pada tikus jantan Galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 5 100

Efek hepatoprotektif infusa daun macaranga tanarius L. pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 108

Efek Hepatoprotektif infusa daun ceplikan [Reullia tuberosa L.] pada mencit jantan terinduksi karbon tetraklorida [CCL] : kajian terhadap aktivitas serum alanin aminotransferase - USD Repository

0 0 100

Efek hepatoprotektif infusa daun swietenia mahagoni (l.) jacq. pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 113