Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran terhadap enzim alanin transferase ALT dan aspartat transferase AST pada serum darah tikus karena
kedua enzim tersebut dapat mengalami peningkatan jika terjadi kerusakan pada hati. Faktor penentu utama adalah aktivitas serum ALT karena enzim tersebut
spesifik terdapat di hati, sedangkan untuk AST tidak sepesifik berada di hati tetapi dapat ditemukan pada organ lain, misalnya otot. Oleh karena itu, adanya
perubahan aktivitas serum AST dapat disebabkan tegangnya tikus saat pengambilan darah, sehingga mempengaruhi kinerja otot dan menaikkan serum
AST. Aktivitas serum AST dapat digunakan sebagai faktor yang mendukung adanya kerusakan hati. Namun dengan gabungan pengujian kerusakan hati
menggunakan pengujian ALT dan AST lebih baik dan lebih sensitif bila dibandingkan dengan pengujian menggunakan enzim hidrogenase dalam
menunjukan adanya kerusakan pada hati akibat induksi hepatotoksin, karena keberadaan enzim tersebut tidak spesifik bekerja di hati.
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mLkgBB
Pengukuran aktivitas serum ALT dan serum AST pada kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB kelompok I bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB terhadap kerusakan hati yang ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas serum ALT dan
AST. Kerusakan hati yang diamati pada jam ke-24 ditunjukkan dengan kenaikan aktivitas serum ALT dan AST yang paling tinggi.
Berdasarkan hasil purata ± SE. Pada jam ke-24 aktivitas serum ALT dan AST kontrol hepatotoksin sebesar 198,4 ± 23,8 UL dan 461,2 ± 46,3 UL. Dari
hasil pengukuran ini memunjukkan terjadinya kenaikan aktivitas serum ALT sebesar tiga kali lipat dan kenaikan aktivitas serum AST lebih dari empat kali lipat
dari nilai kontrol negatif ALT 41,6± 2,3 UL dan AST 99,2 ± 8,9 UL. Menurut Zimmerman 1999, perlemakan hati pada tikus ditandai dengan
meningkatnya nilai serum ALT sebanyak tiga kali lipat dan serum AST sebanyak empat kali lipat.
Hasil analisis statistik serum ALT dapat dilihat pada tabel IX dan serum AST pada tabel X. Analisis statistik menunjukkan bahwa aktivitas serum ALT
dan AST pada kontrol hepatotoksin berbeda secara signifikan dengan kontrol negatif p=0,009. Hasil tersebut menegaskan bahwa pemberian karbon
tetraklorida dosis 2 mLkgBB memiliki efek hepatotoksin pada tikus secara akut. Selain itu, hasil kontrol hepatotoksin dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar
perhitungan untuk melihat efek hepatoprotektif yang dimiliki oleh infusa daun Sonchus arvensis
L. dengan tiga peringkat dosis yang berbeda.
3. Kontrol perlakuan infusa daun Sonchus arvensis L. 1,5 gkgBB
Kontrol infusa daun Sonchus arvensis L. dosis 1,5 gkgBB kelompok III bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian infusa berpengaruh terhadap
aktivitas serum ALT dan AST. Pemberian dosis infusa Sonchus arvensis L. sebesar 1,5 gkgBB yang merupakan dosis tertinggi dari ketiga peringkat dosis
karena mampu mewakili kelompok perlakuan dari dosis terendah 0,375 gkgBB hingga dosis tertinggi 1,5 gkgBB. Dosis tertinggi dianggap mewakili dosis
rendah dan dosis tengah karena apabila menggunakan dosis tertinggi saja tidak
memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST maka dosis rendah dan tengah pun juga tidak akan memberikan pengaruh.
Pada Tabel VIII dapat dilihat bahwa kontrol infusa daun Sonchus arvensis
L. dosis 1,5 gkgBB memiliki nilai aktivitas serum ALT dan AST sebesar 69,0±3,3UL dan 117,6±7,0 UL. Secara statistik aktivitas serum ALT dan AST
pada kontrol perlakuan memiliki perbedaan bermakna terhadap aktivitas serum ALT p=0,009 dan perbedaan tidak bermakna terhadap aktivitas serum AST
p=0,094 dengan kelompok kontrol negatif olive oil. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa dosis 1,5 gkgBB praperlakuan enam hari
dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan aktivitas serum ALT tetapi tidak pada aktivitas serum AST. Hasil tersebut bisa disebabkan karena adanya
pengaruh dari variabel pengacau tak terkendali, yaitu kondisi patologis dari hewan uji. Hasil analisis statistik kelompok perlakuan infusa daun Sonchus arvensis L.
dengan kontrol negatif olive oil dapat dilihat pada tabel IX ALT dan tabel X AST.
4. Kelompok perlakuan infusa daun Sonchus arvensis L. dosis 0,375; 0,75;