1. Kontrol negatif olive oil 2 mLkgBB
Kontrol negatif pada penelitian ini berupa Olive oil yang merupakan pelarut dari hepatotoksin karbon tetraklorida. Tujuan dari kontrol negatif adalah
untuk memastikan bahwa peningkatan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus jantan adalah akibat pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida, buka akibat dari
Olive oil. Aktivitas ALT serum kontrol negatif Olive oil 2 mlkgBB kelompok II
adalah sebesar 41,6±2,3 UL dan aktivitas AST serum 99,2±8,9 UL. angka aktivitas ALT serum menunjukan bahwa kondisi hati masih normal, dimana nilai
aktivitas serum ALT dan AST ini menunjukan perbedaan yang tidak bermakna dengan aktivitas serum ALT p=0,256 dan AST p=0,309 yang ditunjukkan oleh
jam ke-0, berdasarkan hal tersebut maka kontrol Olive oil ini dijadikan patokan nilai normal aktivitas serum ALT dan AST dalam penelitian selanjutnya.
Tabel XI. Aktivitas serum ALT-AST tanpa perlakuan jam 0 dengan perlakuan kontrol negatif jam 24
Selang Waktu jam Purata Aktivitas Serum
ALT±SE UI Purata Aktivitas Serum
AST±SE UI 57,0±5,1
111,4±11,2 24
41,6±2,3 99,2±8,9
Tabel XII. Perbandingan aktivitas serum ALT tanpa perlakuan jam ke-0 dengan perlakuan kontrol negatif jam ke-24
ALT Jam ke-0
Jam ke-24 Jam ke-0
BTB Jam ke-24
BTB BTB = Berbeda tidak bermakna p0,05
Tabel XIII. Perbandingan aktivitas serum AST tanpa perlakuan jam ke-0 dengan perlakuan kontrol negatif jam ke-24
AST Jam ke-0
Jam ke-24 Jam ke-0
BTB Jam ke-24
BTB BTB = Berbeda tidak bermakna p0,05
Gambar 10. Diagram batang rata-rata aktivitas ALT-serum sel hati tikus setelah pemberian Olive oil dosis 2 mLkgBB pada selang
waktu 0, dan 24 jam
Gambar 11. Diagram batang rata-rata aktivitas AST-serum sel hati tikus setelah pemberian Olive oil dosis 2 mLkgBB pada selang
waktu 0, dan 24 jam
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran terhadap enzim alanin transferase ALT dan aspartat transferase AST pada serum darah tikus karena
kedua enzim tersebut dapat mengalami peningkatan jika terjadi kerusakan pada hati. Faktor penentu utama adalah aktivitas serum ALT karena enzim tersebut
spesifik terdapat di hati, sedangkan untuk AST tidak sepesifik berada di hati tetapi dapat ditemukan pada organ lain, misalnya otot. Oleh karena itu, adanya
perubahan aktivitas serum AST dapat disebabkan tegangnya tikus saat pengambilan darah, sehingga mempengaruhi kinerja otot dan menaikkan serum
AST. Aktivitas serum AST dapat digunakan sebagai faktor yang mendukung adanya kerusakan hati. Namun dengan gabungan pengujian kerusakan hati
menggunakan pengujian ALT dan AST lebih baik dan lebih sensitif bila dibandingkan dengan pengujian menggunakan enzim hidrogenase dalam
menunjukan adanya kerusakan pada hati akibat induksi hepatotoksin, karena keberadaan enzim tersebut tidak spesifik bekerja di hati.
2. Kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mLkgBB