non-standar, maka kebanyakan kategori fatis terhadap dalam kalimat-kalimat non- standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.
Bentuk-bentuk dari kata fatis tersebut antara lain: ah, ayo, deh, dong, ding, halo, kan, kek, kok, -lah, lho, nah, pun, selamat, sih, toh, ya, dan yah.
Pilihan kata dapat pula memengaruhi basa-basi berbahasa seseorang. Kesanggupan memilih kata oleh seorang penutur dapat menjadi salah satu penentu
basa-basi berbabahasa yang digunakan. Pilihan kata yang dimaksud adalah ketepatan pemakaian kata untuk mengungkapkan makna dan maksud dalam
konteks tertentu sehingga menimbulkan efek tertentu pada mitra tutur. Beberapa pilihan kata tersebut dapat digunakan seorang penutur secara tepat dan sesuai
dalam sebuah tuturan untuk membantu keberhasilan proses berkomunikasi.
2.4 Kerangka Berpikir
Basa-basi merupakan suatu fenomena baru dalam studi pragmatik. Basa- basi berbahasa muncul dari perkembangan pengguna bahasa yang digunakan
untuk memulai atau mempertahankan hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur dalam kehidupan sehari-hari. Basa-basi berbahasa biasanya muncul di dalam
masyarakat, bahkan di ranah bangsawan. Basa-basi ini berkembang dalam ranah Bangsawan karena berbagai faktor. Kini, di dalam ranah bangsawan, basa-basi
banyak digunakan untuk memperkokoh dan mempertahankan hubungan sosial antarpenutur dan mitra tutur di ranah bangsawan. Hal inilah yang menjadi
fenomena baru dalam studi pragmatik dan menjadi kajian dari penelitian ini, yaitu basa-basi berbahasa dalam ranah bangsawan, khususnya basa-basi dalam
berbahasa antara keluarga kesultanan dan masyarakat di lingkungan keraton Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan lima teori basa-basi dalam berbahasa untuk menguraikan tuturan basa-basi antara guru dan guru. Pertama, Malinowski
1923:315 dalam tesis Waridin 2008:13 mendefinisikan phatic communion sebagai “a type of speech in which ties of union are created by a mere exchange of
word “.Phatic communion mempunyai fungsi sosial.
Phatic communion digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran
kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Malinowski dalam tesis Arimi 1998
mengatakan basa-basi digunakan sebagai kata anonim berarti bahwa kata ini bukanlah jenis kata contrived , dibuat-buat atau yang tidak alamiah. Akan tetapi,
istilah basa-basi justru mengacu pada pemakaian bahasa yang benar-benar alamiah naturally occuring language yang meresap pada konteks sosial-budaya
Indonesia. Malinowski mempertegas fungsi basa-basi phatic communion, untuk mengikat antara pembaca dan pendengar. Dikatakannya fungsi tersebut bukanlah
merupakan alat pencerminan bahasa tetapi sebagai modus tindakan antarpenutur. Lengkapnya ia mengatakan sebagai berikut:
“ it consists in just this atmosphere of sociability and in the fact personal communion of these people. But this is in fact achieved by
speech, and the situation in all such cases is created by the exchanged of word, by the specific feelings which form convivial gregariousness, by the
give and take of utterances which make up ordinary gossip. Each utterances is an act serving the direct aim of binding hearer to speaker
sentiment or other. Once more, language appears to us in this function not as isntrument of reflection but a mode of action.
“ Kedua, Jakobson dalam tesis Waridin 2008:15 mendefinisikan bahwa
basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran
komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap meperhatikan. Menurut Jakobson dalam tesis Waridin 2008:16,
terdapat enam faktor yang berkaitan dengan fungsi dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Keenam faktor tersebut adalah addresser pengirim
pesan, message pesan, addressee penerima pesan, context konteks, contact kontak, dan code kode.
Ketiga, Harimurti Kridalakasna 1986:111 menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Keempat, Anwar 1984:46 menjelaskan bahwa basa-basi merupakan
sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya, sehingga bahasa tidak hanya
digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk, merayu dan sebagainya. Terlepas dari berbagai
pengertian tersebut sebenarnya basa-basi memiliki fungsi untuk menyampaikan berbagai maksud.
Kelima, Ibrahim 1993:37 mengatakan bahwa basa-basi sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dengan
penyimak masuk dalam klasifikasi acknowledgements. Acknowledgements merupakan tuturan yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan tertentu
kepada mitra tutur atau dalam kasus-kasus di mana ujaran berfungsi secara formal, kehendak penutur bahwa ujarannya memenuhi kriteria harapan sosial
untuk mengekspresikan perasaaan dan kepercayaan tertentu. Keenam, Arimi 1998: 95 secara praktis basa-basi didefinisikan sebagai
fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Dengan kata lain, basa-
basi adalah fenomena lingual yang alamiah, tetapi penggunaannya mental atau menolak jika ditanyakan apakah penutur berbasa-basi. Arimi 1998: 96 juga
menjelaskan bahasa secara metodologis penolakan tersebut akan lebih jelas jika dibandingkan dengan aktivitas verbal non basa-basi, seperti aktivitas marah atau
serius. Bagi aktivitas marah atau serius, penutur dapat mengakui kepada mitra tuturnya bahwa ia marah atau serius.
Berdasarkan keenam teori basa-basi tersebut, data yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dan cakap ini dideskripsikan dan diinterpretasikan.
Metode simak adalah metode dengan menyimak pertuturan langsung maupun tidak langsung di dalam keluarga. Metode cakap adalah metode penyediaan data
yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan. Penggunaan dua metode pengambilan data tersebut, peneliti diharapkan dapat memperoleh data yang
memadai.
Tuturan sebagai data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode dan teknik kontekstual. Metode dan teknik analisis
kontekstual ini artinya adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan dan mengaitkan dengan konteks Rahardi, 2009:36. Setelah proses
analisis data selesai, penelitian ini menghasilkan wujud basa-basi, penanda dan maksud basa-basi antarakeluarga kesultanan dan masyarakat dalam ranah
bangsawan.
Berikut ini adalah bagan dari kerangka berpikir yang sudah dipaparkan di atas:
FENOMENA BASA-BASI DALAM KAJIAN PRAGMATIK
TEORI BASA-BASI
KRIDALAKSANA 1986
JAKOBSON 1980
ARIMI 1998 IBRAHIM
1993 ANWAR
1984
MALINOWSKy 1923
METODE PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF
METODE PENGUMPULAN DATA: METODE SIMAK DAN METODE CAKAP
METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA: KONTEKSTUAL
HASIL PENELITIAN
MAKNA BASA-BASI DALAM RANAH
BANGSWAN PENANDA LINGUISTIK
DAN NON-LINGUISTIK BASA-BASI DALAM
BERBAHASA RANAH BANGSAWAN
BANGSAWAN WUJUD BASA-BASI
DALAM BERBAHASA RANAH BANGSAWAN
41
BAB III METODOLOGI
Pada bagian metodologi akan dibahas tentang metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian adalah: 1 jenis penelitian, 2 data dan
sumber data, 3 metode dan teknik pengambilan, data 4 analisis data, dan 5 trianggulasi data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk, fungsi, dan makna tuturan
basa-basi. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor 1975 dalam Moleong 2002: 3 yang menyatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan Arikunto,2009:234. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks
sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti seperti yang dipaparkan
Moelong 2005 dalam Hendriansyah 2010:9. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan
perhitungan.