nonstandar dipergunakan juga oleh kaum terpelajar dalam bersenda gurau, berhumor, atau untuk menyatakan sarkasme atau menyatakan ciri-ciri
kedaerahan. Bahasa standar lebih ekspresif dari bahasa nonstandar. Penggunaan
ungkapan-ungkapan atau
unsur-unsur yang
nonstandar akan
mencerminkan bahwa latar sosial ekonomis si pemakai masih terbelakang atau masih rendah. Itu sebabnya, orang-orang yang terpelajar juga segan
mempergunakan unsur-unsur tadi. Dengan demikian, pilihan kata seseorang harus sesuai dengan lapisan pemakaian bahasa. Dalam suatu
suasana formal harus dipergunakan unsur-unsur bahasa standar dan pemakaian unsur-unsur nonstandar tidak boleh menyelinap masuk dalam
tutur seseorang
2.3.3 Kategori Fatis Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan,
atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan lawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan karena ragam lisan pada umumnya
merupakan ragam non-standar, maka kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat non-standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau
dialek regional. 1Partikel dan kata fatis, 2 frase fatis Kridalaksana 1986: 113
–116 memaparkan bahwa kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau megkukuhkan
pembicaraan antara pembicaa dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam
non-standar, maka kebanyakan kategori fatis terhadap dalam kalimat-kalimat non- standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.
Bentuk-bentuk dari kata fatis tersebut antara lain: ah, ayo, deh, dong, ding, halo, kan, kek, kok, -lah, lho, nah, pun, selamat, sih, toh, ya, dan yah.
Pilihan kata dapat pula memengaruhi basa-basi berbahasa seseorang. Kesanggupan memilih kata oleh seorang penutur dapat menjadi salah satu penentu
basa-basi berbabahasa yang digunakan. Pilihan kata yang dimaksud adalah ketepatan pemakaian kata untuk mengungkapkan makna dan maksud dalam
konteks tertentu sehingga menimbulkan efek tertentu pada mitra tutur. Beberapa pilihan kata tersebut dapat digunakan seorang penutur secara tepat dan sesuai
dalam sebuah tuturan untuk membantu keberhasilan proses berkomunikasi.
2.4 Kerangka Berpikir
Basa-basi merupakan suatu fenomena baru dalam studi pragmatik. Basa- basi berbahasa muncul dari perkembangan pengguna bahasa yang digunakan
untuk memulai atau mempertahankan hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur dalam kehidupan sehari-hari. Basa-basi berbahasa biasanya muncul di dalam
masyarakat, bahkan di ranah bangsawan. Basa-basi ini berkembang dalam ranah Bangsawan karena berbagai faktor. Kini, di dalam ranah bangsawan, basa-basi
banyak digunakan untuk memperkokoh dan mempertahankan hubungan sosial antarpenutur dan mitra tutur di ranah bangsawan. Hal inilah yang menjadi
fenomena baru dalam studi pragmatik dan menjadi kajian dari penelitian ini, yaitu basa-basi berbahasa dalam ranah bangsawan, khususnya basa-basi dalam