Berdasarkan penjelasan di atas, konteks dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan situasi dan kondisi peserta tutur dengan latar
belakang pengetahuan yang sama atas apa yang dituturkan dan dimaksudkan oleh penutur. Konteks tersebut disertai dengan komponen-komponen tuturan yang
sangat mempengaruhi tuturan seseorang. Kehadiran konteks berhubungan dengan produksi dan penafsiran dari tuturan. Seseorang tidak bisa dikatakan berbicara
secara santun atau tidak tanpa dipahami terlebih dahulu konteks yang melingkupi tuturan seseorang tersebut.
2.2.3 Fenomena Pragmatik
Dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang telah disepakati, yaitu 1 deiksis, 2 praanggapan presupposition, 3 implikatur
percakapan conversational implicature, dan 4 tindak ujaran speech acts, Purwo 1990:17.
2.2.3.1 Deiksis Deiksis adalah istilah teknis dari bahasa yunani untuk salah satu
hal yang mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti ‘penunjukan’ melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk
menyelesaikan ‘penunjukan’ disebut ungkapan deiksis. Ketika Anda menunjuk objek asing dan bertanya, “Apa itu?”, maka Anda menggunakan
ungkapan deiksis “itu” untuk menunjuk sesuatu dalam suatu konteks secara tiba-tiba Yule, 2006:13.
Kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiktis. Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya
dengan kata rumah, kertas, kursi, di tempat manapun, pada waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya,
sini, sekarang barukah dapat diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan.
2.2.3.2 Praanggapanpresuposisi
Pada mulanya preposisi merupakan kajian dalam lingkup semantik, namun dalam perkembangannya para linguis cenderung berpendapat
bahwa kajian preposisi dalam lingkup semantik saja tidak dapat memuaskan mereka, sehingga kajian presuposisi bergeser ke wilayah
pragmatik Nadar, 2009:63 melalui Gazdar, 1976:103; Mey, 1993:201; Levinson, 1983:167. Levinson 1983:169 menyatakan bahwa preposisi
pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang sangat sensitif terhadap faktor-faktor konteks, dan membedakan terminologi preposisi menjadi dua
macam.Pertama, kata “presuposisi” sebagai terminologi umum dalam penggunaan bahasa inggris sehari-
hari, serta kata “presuposisi” sebagai terminologi teknis dalam kajian pragmatik. Dibandingkan dengan luasnya
makna preposisi secara umum dalam penggunaan sehari-hari, makna preposisi dalam pragmatik relatif lebih sempit. Preposisi dapat dijelaskan
sebagai berbagai inferensi atau asumsi pragmatik yang nampaknya dibangun menjadi ungkapan linguistik Nadar, 2009:64-65.
Rahardi 2003:83 menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat dikatakan mempresuposisikan atau mempraanggapkan tuturan yang
lainya, apabila
ketidakbendaan tuturan
yang lainnya,
apabila
ketidakbenaran yang diperanggapkan itu mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali. Presuposisi
pragmatik ‘pragmatik presupposition’, sebagaimana halnya teori tindak tutur ‘speech act theory’, justru ditemukan filsuf dan bukan linguis.
Levinson 1983:169 dalam Nadar 2009:64 menyatakan bahwa presuposisi pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang sangat
sensitive terhadap faktor-faktor konteks, dan membedakan terminologi presuposisi menjadi dua macam.
Pertama, kata “presuposisi”sebagai terminologi teknis dalam kajian pragmatik.
Sebuah tuturan dapat dikatakan mempraanggapkan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan
kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempresuposikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi “Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai
sekali”, mempraanggapkan adanya seorang mahasiswi yang berparas cantik. Apabila pada kenyataannya memang ada seorang mahasiswi yang
berparas sangat cantik di kelas itu, tuturan di atas dapat di nilai benar atau salahnya.
Sebaliknya, apabila di dalam kelas itu tidak ada seorang mahasiswa yang berparas cantik, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau
salahnya. Tuturan yang berbunyi Kalau kamu sudah sampai Jakarta, tolong aku diberi kabar. Jangan sampai lupa Aku tidak ada di rumah
karena bukan hari libur. Tuturan itu tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa ia harus melakukan sesuatu seperti yang
dimaksudkan di dalam tuturan itu melainkan ada sesuatu yang tersirat dari tuturan itu yang harus dilakukannya, seperti misalnya mencari alamat
kantor atau nomor telepon si penutur Rahardi, 2005:42.
2.2.3.3 Implikatur