Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

16

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan landasan teori, yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Pembahasan tentang teori-teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir.

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran merupakan proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Artinya pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Menurut Susanto 2013: 185, pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Pembelajaran mengandung makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan sebagai subyek yang menerima pelajaran sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa di dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi interaksi dan kerjasama antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan perolehan ilmu pengetahuan serta pembentukan sikap dan karakter. Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Menurut Susilo 2001: 54 matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan amat pesat, baik dari materi maupun kegunaanya. Sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan perkembangan-perkembangannya, baik dimasa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan. Matematika yang dipelajari di sekolah terdiri atas materi-materi matematika yang menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpadu pada perkembangan IPTEK. Fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika. Guru ataupun pengelola pendidikan matematika diharapkan untuk mengetahui fungsi matematika agar dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan berbagai ilmu lain dalam kehidupan. Sebagai tindaklanjutnya siswa diharapkan dapat melihat berbagai contoh penggunaan matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan kerja maupun kehidupan sehari-hari. Namun harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran matematika di sekolah. Menurut Susanto 2013: 85 matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari tapi dalam dunia kerja dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Peneliti menyimpulkan bahwa matematika memiliki arti yang luas dan dapat ditinjau dari segala sudut karena matematika dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia. Matematika adalah alat, pola pikir dan ilmu atau pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memecahkan masalah mata pelajaran lain, kehidupan kerja maupun kehidupan sehari-hari, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Susanto 2013: 186 pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang telah dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Berdasarkan pengertian pembelajaran dan matematika, peneliti membuat kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah proses komunikasi interaksi dan kerjasama antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan perolehan ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah dan memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembentukan sikap dan karakter. 2. Pengembangan Menurut Sukmadinata 2008: 164 penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras hardware, seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di dalam keras, tetapi dapat juga berbentuk perangkat lunak software. Produk perangkat lunak dalam pendidikan yang dimaksud seperti berikut pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan evaluasi dan lain-lain. Menurut Sugiyono 2011: 407 penelitian pengembangan Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk menghasilkan produk tertentu dapat dilakukan dengan menganalisis kebutuhan lalu membuat suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas. Setyosari 2010: 207 menyatakan penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Tujuan dari penelitian pengembangan adalah ingin menilai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah metode penelitian untuk mengembangkan suatu produk atau menyempurnakan produk yang sudah ada dan menguji keefektifan produk tersebut setelah itu disempurnakan sehingga dihasilkan produk yang terbaik. Menurut Sugiyono 2011: 408 langkah-langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan yang dilakukan untuk menghasilkan produk tertentu dan untuk menguji keefektifan produk yang dimaksud, adalah : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 2.1 Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono a. Potensi dan masalah Penelitian ini dapat berawal adanya potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki suatu nilai tambah pada produk yang diteliti. Masalah adalah penyimpangan antara kondisi yang diharapkan dan keadaan yang terjadi. Masalah juga dapat dijadikan sebagai potensi, apabila dapat mendayagunakannya. Potensi dan masalah dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik, data tersebut tidak harus dicari sendiri melainkan dapat berdasarkan laporan penelitian orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Pengumpulan data Setelah menemukan potensi dan masalah langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan berbagai data dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu untuk mengatasi masalah tersebut. Peneliti mengkaji ruang lingkup produk, kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta keunggulan dan keterbatasannya. Pengumpulan data juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat serta batasan-batasan dalam pengembangan produk. c. Desain Produk Produk yang dihasilkan dalam penelitian bermacam-macam. Produk yang dikembangkan dalam pendidikan dapat berupa perangkat keras seperti alat bantu pembelajaran, buku, modul atau paket belajar, dan perangkat lunak seperti program-program pendidikan dan pembelajaran, model-model pendidikan, kurikulum, implementasi, evaluasi, dll. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas dan relevan dengan kebutuhan. d. Validasi Desain Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Namun validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran tenaga ahli, belum berdasarkan fakta lapangan. Setiap pakar atau tenaga ahli diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan keunggulannya. e. Perbaikan Desain Setelah desain produk diketahui kelemahannya, selanjutnya kelemahan tersebut direvisi atau diperbaiki oleh peneliti yang menghasilkan produk tersebut. f. Uji Coba Produk Desain produk yang telah divalidasi dan direvisi selanjutnya dapat diujicobakan pada kelompok yang terbatas. Uji coba tahap awal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keefektifan dan keefisienan desain produk yang telah dibuat. g. Revisi Produk Jika desain produk diujicobakan pada sampel yang terbatas masih terdapat kelemahan maka peneliti kembali melakukan perbaikan agar desain produk dapat diterapkan dalam lingkup yang lebih luas. h. Uji Coba Pemakaian Setelah pengujian tahap awal sudah dilakukan perbaikan, maka selanjutnya desain produk dapat diterapkan dalam untuk lingkup yang luas. Namun dalam pelaksanaan uji coba pemakaian, peneliti tetap harus menilai untuk mengetahui kekurangan atau hambatan yang muncul. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI i. Revisi Produk Revisi produk dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Pada tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi, memperbaiki serta menyempurnakan desain produk agar desain produk dapat diproduksi secara masal. j. Pembuatan Produk Masal Pembuatan produk masal dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk memproduksi masal maka peneliti dapat menyampaikan hasil pengembangan proses, prosedur, program atau produk kepada para pengguna atau professional melalui forum pertemuan, menuliskan dalam jurnal, buku atau handbook. 3. Paradigma Pedagogi Reflektif Menurut Subagya 2008: 39 Paradigma Pedagogi Reflektif diartikan sebagai pola pikir paradigma dalam menumbuhkembangkan kepribadian siswa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Pola pikir dalam membentuk pribadi kemanusiaan yakni siswa diberi pengalaman suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, selanjutnya siswa difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Suparno 2015: 18 Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu pedagogi bukan hanya sekedar metode pembelajaran. Pedagogi diartikan sebagai cara guru mendampingi siswa sehingga siswa dapat mengembangkan pribadi secara utuh. Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan refleksi sebagai unsur pokok di dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Karena pada saat refleksi siswa menyimak kembali pengalaman pada saat pembelajaran lalu siswa dapat mengambil sikap yang memiliki nilai kemanusiaan dan berbuat sesuai dengan sikap-sikap tersebut. Hal ini yang membedakan PPR dengan pola pikir pendidikan yang selama ini terjadi, yang menganggap bahwa setelah siswa diberitahu atau dinasehati siswa akan mengubah perilakunya. Peneliti menyimpulkan bahwa paradigma pedagogi reflektif adalah pola pikir yang membentuk kepribadian siswa menjadi pribadi yang menumbuhkembangkan dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan yang dimaksud seperti persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, kerja sama, dll. Menurut Suparno 2015: 21 terdapat lima unsur dalam pelaksanaan pembelajaran PPR yaitu sebagai berikut: a. Konteks Konteks merupakan pengenalan pembelajaran yang diangkat dan dikembangkan oleh guru agar siswa menyadari pentingnya nilai-nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemanusiaan. Tujuan pelaksanaan konteks adalah membantu guru dalam menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman pembelajaran agar siswa dapat menarik makna dari pembelajaran. Kegiatan konteks dapat berupa pengisisan kuesioner, pretes, tanya jawab maupun berbagi pengalaman. b. Pengalaman Berdasarkan konteks-konteks yang telah dikenal pada tahap sebelumnya, guru mengajak siswa untuk menemukan, mengungkapkan, menggunakan dan mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa dengan ilmu yang dipelajari. Pengalaman tersebut dapat berupa pengalaman langsung maupun pengalaman tak langsung. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang dialami oleh siswa sendiri baik di dalam maupun diluar kelas yang berkaitan dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari. Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh siswa tidak dialami sendiri dari mendengar, membaca, dan melihat melalui media. Selanjutnya guru memberi sugesti agar siswa mempergunakan imajinasi mereka untuk mendengar cerita, melihat gambar, bermain peran, atau melihat tayangan filmvideo. Melalui kegiatan, siswa menemukan pengetahuan baru dari guru maupun siswa lain dan diharapkan siswa mampu menumbuhkan nilai kemanusiaan seperti persaudaraan, solidaritas, saling membantu, dll. c. Refleksi Refleksi merupakan unsur pokok yang harus ada di dalam pelaksanaan pembelajaran PPR karena refleksi merupakan tahapan penghubung antara pengalaman dan tindakan. Refleksi dilakukan dengan cara menyimak kembali pengalaman pada saat pembelajaran lalu siswa dapat mengambil sikap yang memiliki nilai kemanusiaan dan berbuat sesuai dengan sikap-sikap tersebut. Melalui refleksi, siswa memaknai nilai yang terkandung dalam pengalamannya dan diharapkan siswa membentuk pribadi sesuai dengan nilai yang terkandung dalam pengalamannya itu. Guru membimbing dan memfasilitasi siswa dengan pertanyaan agar siswa dapat merefleksikan pengalaman dan merencanakan tindakan sesuai dengan nilai kemanusiaan. d. Aksi Aksi dapat dilakukan siswa dengan membangun niat dalam memaknai hasil pembelajaran untuk mewujudkan niat tersebut berdasarkan pengalaman dan hasil refleksinya. Setelah siswa membangun niat dan memaknai pengalaman belajar, siswa membentuk pribadinya menjadi pribadi yang yakin dan berinisiatif untuk berkomitmen dalam mengamalkan nilai kemanusiaan. Peran guru disini membimbing dan memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan pengalaman belajar dan hasil refleksinya. e. Evaluasi Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam pembelajaran. Kemampuan yang dievaluasi tidak hanya terletak pada kemampuan kognitif melalui soal-soal ulangan, melainkan kemampuan non akademik lewat pengukuran nilai-nilai kehidupan siswa. Adanya evaluasi membuat siswa mampu melihat perkembangan dirinya dalam pemahaman pola pikir, sikap dan tindakan sosial. Untuk menumbuhkan nilai kemanusiaan dapat disesuaikan dengan konteks pembelajaran siswa, lalu memberi siswa pengalaman suatu nilai kemanusiaan, kemudian memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa merefleksikan pengalaman tersebut, selanjutnya membuat pertanyaan aksi agar siswa melakukan niatan untuk berbuat sesuai nilai yang dikembangkan. Terakhir dilakukan evaluasi dari segi intelektual siswa, perubahan pola pikir, sikap dan perilaku siswa. Menurut Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran P3MP USD 2012: 39 pembelajaran berbasis PPR mengarahkan siswa untuk meningkatkan aspek competence, conscience dan compassion. Competence mencakup kompetensi pengetahuan, ketrampilan, kognitif, ketrampilan psikomotor dan ketrampilan memecahkan masalah. Conscience dan compassion mencakup sikap, perilaku dan nilai. Berikut ini merupakan pengertian dari 3C competence, conscience dan compassion menurut Subagya 2008: 23. a. Competence pengetahuan Competence yaitu tingkat kecerdasan yang dinilai dalam mengerjakan evaluasi sehingga memperoleh skor yang tinggi kognitif, ketrampilan siswa yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran psikomotorik. Aspek competence mengharapkan siswa dapat berkembang kompetisinya supaya dapat menjadi siswa yang cerdas dan pandai dalam sisi akademik. b. Conscience suara hati Conscience merupakan aspek yang menekankan suara hati yang digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan manusia terutama bagi siswa dalam hal mengembangkan karakter diri. Suara hati digunakan untuk mengetahui bagaimana seseorang bersikap atas apa yang dilakukannya untuk memilih mana yang benar dan mana yang salah, dan diharapkan seseorang tersebut akan memilih sesuatu yang benar. c. Compassion bela rasa Compassion merupakan aspek afektif yang dikembangkan sebagai kemampuan untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan. Compassion bela rasa sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari untuk mengasah kepekaan sosial pada kehidupan masyarakat. Bela rasa pada proses pembelajaran lebih ditunjukkan pada sikap siswa untuk dapat saling membantu satu sama lain apabila ada kesulitan dalam pembelajaran dan menghargai pendapat dan perbedaan antar manusia. 3C Competence, Conscience dan Compassion dianggap sebagai sebuah keterpaduan yang harus dikembangkan oleh siswa supaya dapat menjadi pribadi yang berkembang secara utuh baik perstasi maupun suara hati dan bela rasa. Siswa juga memadukan perkembangan unsur kognitif, psikomotorik dan afektif. Competence mengandung unsur kognitif dan psikomotorik. Conscience dan compassion mengandung unsur afektif. 4. Teori Van Hiele Teori Van Hiele pertama kali dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina Van Hiele-Geldof, mereka mengadakan penelitian di lapangan melalui observasi dan tanya jawab, kemudian hasil penelitiannya telah diakui secara internasional tahun 1950-an. Menurut Safrina 2014: 9 teori Van Hiele menjelaskan mengenai perkembangan berpikir siswa melalui tahap-tahap kognitif dalam belajar geometri. Mereka berpendapat bahwa siswa mengalami perkembangan kemampuan berpikir dalam mempelajari geometri. Selain mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam memahami geometri, teori Van Hiele juga mengemukakan beberapa teori PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berkaitan dengan pembelajaran geometri. Teori yang dikemukakan Van Hiele antara lain adalah sebagai berikut: Tiga unsur yang utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode penyusun yang apabila dikelola secara terpadu dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan berpikir anak kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya. Agar siswa memahami geometri, kegiatan belajar siswa harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan atau taraf berpikir siswa sehingga siswa dapat memperkaya pengalaman dan berpikirnya. Menurut teori van Hiele, dalam Walle, 2008: 151 siswa melalui lima tahap pemahaman berpikir dalam belajar geometri sebagai berikut: a. Tahap Pengenalan Tahap ini siswa mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Contoh kegiatan siswa pada tahap pengenalan, siswa sudah mengerti balok itu seperti CPU namun belum mengetahui sifat-sifatnya. Sehingga ketika guru memberikan pertanyaan “apakah panjang diagonal ruang bangun balok sama panjang?” siswa belum dapat menjawabnya. b. Tahap Analisis Tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat bangun geometri yang diamatinya dan mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu seperti pada sebuah balok banyak sisinya ada 6 buah, sedangkan banyak rusuknya ada 12. Seandainya guru menanyakan apakah kubus itu balok? Siswa belum dapat menjawab pertanyaan tersebut karena siswa belum memahami hubungan antara balok dan kubus. c. Tahap Pengurutan Tahap ini siswa sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Siswa sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya, siswa sudah mengetahui kubus itu adalah balok. Pada tahap ini siswa sudah mulai mampu untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih belum berkembang baik. Karena masih pada tahap awal siswa masih belum mampu memberikan alasan yang rinci ketika ditanya mengapa panjang diagonal ruang bangun balok itu sama. d. Tahap Deduksi. Tahap ini siswa sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif atau khusus. Siswa pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem, dan teorema. Siswa belum memahami kegunaan dari suatu sistem deduktif. Oleh karena itu, pada tahap ini siswa belum dapat menjawab pertanyaan “mengapa sesuatu itu disajikan teorema atau dalil”. e. Tahap Keakuratan. Tahap terakhir adalah tahap keakuratan yang merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Siswa sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian dan memahami mengapa sesuatu itu dijadikan postulat atau dalil. Tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu, jarang atau hanya sedikit sekali siswa yang sampai pada tahap berpikir ini sekalipun siswa tersebut sudah berada di tingkat SMA. Menurut Nur’aeni 2010: 32, kemajuan tahap pemahaman geometri naik ke tahapan berikutnya memerlukan lima fase pembelajaran. Kemajuan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya lebih bergantung pada pegalaman pembelajaran daripada usia. Ketika pembelajaran geometri, siswa sendiri yang menentukan waktu untuk naik ke tahapan yang lebih tinggi. Meskipun demikian, siswa tidak akan mencapai kemajuan tanpa bantuan guru. Oleh karena itu, maka ditetapkan fase-fase pembelajaran yang menunjukkan tujuan belajar siswa dan peran guru dalam mencapai tujuan belajar. Kelima fase menurut Nur’aeni 2010: 32 adalah fase informasi, orientasi terarah, eksplisitasi, orientasi bebas dan integrasi. a. Fase Informasi Guru dan siswa menggunakan tanya-jawab atau diskusi mengenai suatu topik sambil guru mengidentifikasi tentang apa yang sudah diketahui siswa dan bagaimana siswa berorientasi dengan topik tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah: 1 guru mempelajari pengalaman awal yang dimiliki siswa tentang topik yang dibahas, 2 guru mempelajari petunjuk yang muncul dalam rangka menentukan pembelajaran yang diambil. b. Fase Orientasi Terarah atau Terpadu Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat maupun objek-objek yang telah disiapkan guru. Alat-alat ini menjelaskan topik yang dipelajari lalu siswa dapat merespon manfaat alat tersebut. Guru memastikan bahwa siswa mempelajari topik tersebut dengan spesifik. c. Fase Eksplisitasi Siswa mengekspresikan atau meggambarkan apa yang telah dipelajari mengenai topik bahasan dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri. Guru membantu siswa dalam menggunakan kosa kata maupun istilah matematika yang relevan. d. Fase Orientasi Bebas Siswa menerapkan hubungan-hubungan yang sedang dipelajari untuk menyelesaikan masalah, menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah. Siswa memperoleh pengalaman dalam memecahkan soal dan menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri. e. Fase Integrasi Siswa meninjau kembali, meringkas serta mengintegrasikan apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu siswa dalam membuat kesimpulan dengan melengkapi apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini penting, tetapi kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Setelah selesai fase kelima ini, maka tingkat pemikiran yang baru tentang topik itu dapat tercapai. Pada umumnya, hasil penelitian di Amerika Serikat dan negara lainnya menetapkan bahwa tingkat-tingkat dari Van Hiele berguna untuk menggambarkan perkembangan konsep geometrik siswa dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Peneliti menyimpulkan bahwa teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tahap berpikir siswa dalam mempelajari geometri. Terdapat lima tahap pemahaman geometri yaitu tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan keakuratan. Untuk meningkatkan suatu tahap pemahaman geometri ke tahap yang lebih tinggi Van Hiele menjelaskan terdapat 5 fase yaitu: informasi, orientasi terpadu, eksplisitasi, orietasi bebas dan intregasi. 5. Balok Menurut Slavin Crisoniso 2015: 168 balok adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk persegi panjang dan tingginya tegak lurus dengan alas. Menurut Marsigit 2009: 192 balok adalah sebuah prisma segiempat beraturan yang bidang alasnya berbentuk persegi panjang. Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang batas berbentuk persegi panjang yang masing-masing dinamakan bidang sisi atau sisi balok. Menurut Marsigit 2009:192 sebuah balok memiliki unsur-unsur antara lain sisi, rusuk, titik sudut, diagonal sisi, diagonal ruang, bidang diagonal. Berikut ini merupakan penjelasan dari unsur-unsur balok dan pengertiannya menurut Nurmeidina 2014: 132-134: a. Sisi adalah daerah yang membatasi bagian luar dengan bagian dalam dari suatu bangun ruang. Balok mempunyai tiga pasang sisi, yang masing-masing pasang berbentuk persegi panjang yang sama bentuk dan ukurannya. b. Rusuk adalah perpotongan dua sisi yang berupa ruas garis. Sebuah balok mempunyai 12 rusuk. Rusuk- rusuk tersebut terbagi dalam tiga bagian yang masing- masing terdiri atas empat rusuk yang sejajar dan sama panjang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Titik Sudut adalah perpotongan tiga rusuk. Sebuah balok mempunyai 8 titik sudut. d. Diagonal Sisi adalah garis bukan rusuk yang menghubungkan dua titik sudut dalam satu bidang. Balok mempunyai 12 buah diagonal sisi. Diagonal sisi pada balok tidak semuanya mempunyai panjang yang sama, bergantung pada ukuran sisi balok tersebut. e. Diagonal Ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut yang tidak terletak pada sisi yang sama. f. Bidang Diagonal adalah suatu bidang yang menghubungkan rusuk- rusuk berhadapan sejajar, serta terletak pada sisi yang berbeda. Menurut Madhavi 2014: 166 balok mempunyai ciri khas yang membedakan dengan bangun lain. Berikut ini merupakan sifat- sifat balok menurut Madhavi 2014: 166: a. Mempunyai 6 buah sisi yang terdiri dari 3 pasang sisi yang bentuk dan ukurannya sama kongruen. b. Mempunyai 12 rusuk yang terdiri dari 3 kelompok rusuk- rusuk yang sama panjang dan sejajajar. c. Mempunyai 8 titik sudut. d. Mempunyai 12 diagonal sisi, namun panjang diagonal sisi pada suatu balok tidak sama, bergantung pada letak diagonal sisi tersebut. e. Mempunyai 4 diagonal ruang. f. Mempunyai 6 bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang, namun bidang diagonal suatu balok tidak sama, bergantung pada letak bidang diagonal tersebut. Jaring-jaring balok adalah sebuah bidang datar yang terbentuk dari sebuah balok yang dipotong menurut rusuk-rusuknya. Jika balok ABCD.EFGH yang terbuat dari karton diiris sepanjang rusuk- rusuk AE, DH, BF, CG, EF, dan HG kemudian direbahkan sisi- sisinya, maka akan diperoleh jaring- jaring balok seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH Gambar 2.3 Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH E G B C H A D I PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 2.4 Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH Luas permukaan balok adalah jumlah luas seluruh permukaan bidang pada bangun ruang tersebut. Untuk menentukan luas permukaan balok, perlu diketahui banyak bidang pada balok dan bentuk dari masing- masing bidang tersebut. Gambar 2.5 jaring-jaring balok Gambar diatas terlihat bahwa jaring-jaring balok terdiri atas 6 persegi panjang. Jadi, luas permukaan balok merupakan jumlah luas keenam persegi panjang tersebut. Misalkan: p = panjang balok, l = lebar balok dan t = tinggi balok, maka: p E p l t l t t PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Luas permukaan balok = luas sisi atas + luas sisi bawah + luas sisi depan + luas sisi belakang + luas sisi kanan + luas sisi kiri = p × l + p × l + p × t + p × t + l × t + l × t = 2 p × l + 2 p × t + 2 l × t = 2 p l + p t + l t Jadi, luas permukaan balok adalah 2 p l + p t + l t Volume adalah isi dari bangun-bangun ruang. Volume diukur dalam satuan kubik. Untuk memperoleh rumus volume balok, kita menggunakan kubus satuan. Kubus satuan merupakan kubus yang digunakan untuk menghitung volume balok. Cara memperoleh rumus dan menghitug rumus volume balok adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Kubus Satuan Untuk Menemukan Volume Balok Balok Panjang Lebar Tinggi Banyak Kubus Volume 4 kubus satuan 2 kubus satuan 1 kubus satuan 8 = 4 × 2 × 1 8 kubus satuan 4 kubus satuan 3 kubus satuan 1 kubus satuan 12 = 4 × 3 × 1 12 kubus satuan 4 kubus satuan 3 kubus satuan 2 kubus satuan 24 = 4 × 3 × 2 24 kubus satuan 4 kubus satuan 4 kubus satuan 3 kubus satuan 48 = 4 × 4 × 3 48 kubus satuan Tabel di atas menunjukkan bilangan-bilangan pada kolom volume = hasil kali bilangan pada kolom panjang, lebar, dan tinggi. Dengan demikian, volume balok = panjang × lebar × tinggi . 6. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran merupakan hal yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan Siswa LKS, instrument evaluasi atau tes hasil belajar, media pembelajaran, serta buku ajar siswa Ibrahim, 2003:3. Suparno 2002 mengemukakan sebelum guru mengajar tahap persiapan seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat-alat peragaparktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif belajar, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, semua ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa sebagai petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti membahas mengenai perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar yang berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan Siswa LKS, bahan ajar, media pembelajaran, dan penilaian. a. Silabus Trianto 2010: 209 Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian. Dengan kata lain silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajarantema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokokpembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumberbahanalat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokokpembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. b. RPP Trianto 2010: 214 mengemukakan rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Rencana pelaksanaan pembelajaran RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu, rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai. Rencana pelaksanaan pembelajaran dimaksud adalah rencana pelaksanaan pembelajaran berorientasi pembelajaran terpadu yang menjadi pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar. c. Lembar Kegiatan Siswa LKS Menurut Trianto 2010: 222 Lembar Kegiatan Siswa adalah panduan yang digunakan oleh siswa untuk menyelidiki dan memecahkan masalah. Komponen dalam LKS terdiri atas: indikator hasil belajar, petunjuk LKS, kegiatan belajar siswa. LKS dirancang dengan menerapkan pendekatan paradigma pedagogi reflektif, dimana LKS dapat memfasilitasi siswa untuk dapat menemukan konsep materi secara mandiri dan selanjutnya membagikannya pada teman yang lain. LKS ini akan digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga pada setiap pertemuan menggunakan LKS dengan kegiatan yang berbeda-beda berdasarkan indikator. d. Bahan ajar Menurut Trianto 2010: 227 Bahan ajar merupakan buku panduaan untuk siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi, konsep, dan informasi mengenai masalah kehidupann sehari-hari. Bahan ajar digunakan sebagai panduan siswa untuk belajar di kelas maupun secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mandiri. Materi ajar berisi istilah materi pelajaran, tujuan belajar, uraian materi yang harus dipelajaran, bagan atau gambar, kegiatan percobaan menggunakan alat dan bahan, uji kompetensi dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Jadi bahan ajar merupakan pedoman yang berisi tentang materi, konsep maupun informasi yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

e. Penilaian

Menurut Sudjana 2009: 3 penilaian merupakan proses memberikan attau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan nilai atau kriteria tertentu. Penilaian dapat dibedakan menjadi dua yaitu penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar. Penilaian proses merupakan pemberian nilai saat proses kegiatan belajar mengajar sedangkan penilaian hasil merupakan proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Penilaian dapat dijadikan sebagai tolok ukur sejauh mana keefektifan dan keefisienan program dalam mencapai tujuan pembelajaran dan perubahan tingkah laku siswa. Penilaian tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan, tetapi sebagai bahan dalam melakukan perbaikan program. 7. Hasil Belajar Menurut Susanto 2015: 5 hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Karena belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh perubahan perilaku dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Sudjana 2009: 3 mendefinisikan hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Widyoko 2014: 19 penilaian hasil belajar siswa di sekolah mencakup aspek kompetensi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dilakukan secara seimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi siswa terhadap standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian hasil belajar, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Perubahan-perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi atau penilaian yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Susanto 2015: 12 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut: a. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan serta kondisi fisik dan kesehatan. b. Faktor eksternal yaitu factor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal meliputi: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tes hasil belajar menurut Trianto 2007: 76 adalah butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajarmengajar, tes ini dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingindicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta lembar observasi penilaian psikomotor kinerja siswa. Cara menilai hasil belajar matematika bisa menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh seseorang yang belajar matematika. Di samping itu tes juga dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman terhadap materi yangtelah dipelajari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 4

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

4 55 533

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Implementasi perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada topik kubus yang mengakomodasi teori van Hiele di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 1 217

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran limas dengan teori van Hiele pada kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 3 324

Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 0 240

Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 250

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

1 2 251

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta

0 1 249

Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015 2016

0 32 420