Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015 2016

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DAN

JIGSAW TIPE II PADA TOPIK PRISMA DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Birgitta Galuh Widya Astuti NIM : 121414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DAN

JIGSAW TIPE II PADA TOPIK PRISMA DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Birgitta Galuh Widya Astuti NIM : 121414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN

“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah

semangatmu,

karena ada upah bagi usahamu!”

(2 Tawarikh 15:7)

Ku persembahkan skripsi ini penuh dengan sukacita dan cinta kasih

kepada

Allah Bapa dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku dalam suka

duka dan jatuh bangun ku dalam menyelesaikan skripsi ini demi masa

depan yang lebih baik.

Kedua orang tua ku, Fx. Tri Djalmo Hadi Putranto dan Angela

Chandra Dwita yang telah setia memberikan cinta kasih, semangat,

dan doa yang tak pernah terputus.

Kakak dan adik-adik ku, Kristoforus Gilang Kanigoro, Lidwina Gita

Ariany dan Bartolomeus Galang Wibisono

Teman hidupku Leonardus Ida Transetio

Sahabat ku Yaya, Heni, Ceha, Lusia, Iwak, Tina, Fani, Ita, Nonik,


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 05 Januari 2017

Penulis


(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Birgitta Galuh Widya Astuti

NIM : 121414039

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DAN

JIGSAW TIPE II PADA TOPIK PRISMA DI KELAS VIII E SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016”.

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan loyaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di Yogyakarta

Pada tanggal : 05 Januari 2017 Yang menyatakan,


(8)

vii ABSTRAK

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dan Jigsaw Tipe II pada Topik Prisma di

Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 Birgitta Galuh Widya Astuti

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran matematika untuk topik prisma menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan model pembelajaran Jigsaw tipe II. Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran matematika yang kurang inovatif dan masih berpusat pada guru dengan menggunakan metode ceramah. Penggunaan alat peraga yang terbatas juga menjadi salah satu kendala beberapa siswa tidak berperan aktif dan kurang menghargai guru dalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika materi prisma, mengetahui kualitas perangkat yang dihasilkan, dan mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika prisma dengan menggunakan PPR serta mengakomodasi teori Van Hiele dan Jigsaw tipe II.

Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan dari Borg and Gall, yang meliputi: (1) Analisis Masalah dan Pengumpulan Data; (2) Perencanaan; (3) Pengembangan Produk Awal; (4) Ujicoba Lapangan Terbatas; (5) Revisi Ujicoba Lapangan Terbatas. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, bahan ajar, LKS, THB dan penilaian sikap menggunakan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele danJigsaw tipe II. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta yang berjumlah 35 siswa, dengan obyek semua perangkat pembelajaran matematika yang telah dikembangkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara, pengambilan foto,video dan tes.

Deskripsi proses pengembangan perangkat pembelajaran matematika adalah (1) menganalisis masalah dan pengumpulan data dengan observasi dan wawancara pada guru matematika yang belum pernah menggunakan PPR dalam pembelajaran, (2) merencanakan penelitian, (3) pengembangan produk yang divalidasi oleh para ahli yaitu dosen dan guru matematika, (4) ujicoba terbatas yang dilakukan oleh guru yang pertama kali menggunakan PPR dan Jigsaw tipe II pada pembelajaran, dan (5) revisi hasil ujicoba terbatas. Hasil penelitian ini meliputi 1) hasil validasi perangkat pembelajaran adalah 3,85 termasuk dalam kategori “Baik” yang divalidasi oleh para ahli yaitu dosen dan guru mata pelajaran. 2) respon siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan PPR mencapai 122,06 atau 76,29% termasuk dalam kategori “Bagus” hasil dari perhitungan kuesioner siswa, selain itu juga dilihat dari hasil refleksi siswa yang merasa senang dan menarik dengan pembelajaran ini.


(9)

viii ABSTRACT

The Development of Mathematic Learning Media Using Reflective Pedagogical Paradigm and Jigsaw Type II on Prism Topic in Class VIII E of SMP Negeri 1 Yogyakarta on 2015/2016 Academic Year

Birgitta Galuh Widya Astuti Sanata Dharma University

2016

This study was a research and development of mathematic learning media for prism topic using Reflective Pedagogical Paradigm and learning media of Jigsaw type II. The background of this study was mathematic learning which was not innovative and still focused on the teacher in explaining the material. The limited use of learning model tools also became one of the reasons why the students were passive and could not pay attention to the teacher in teaching and learning activity. The aims of this study were to describe the process of the development of mathematic learning media for prism topic, to know the quality of the produced learning media, and to know students’ responses on the mathematic learning process on prism topic by using Reflective Pedagogical Paradigm and by accommodating Van Hiele’s theory with learning media of Jigsaw type II.

The researcher used the procedure of research and development from Borg and Gall which included: (1) Problem Identification and Information Collecting; (2) Planning; (3) Early Product Development; (4) Preliminary Field Testing; (5) Revision of Preliminary Field Testing. Learning media which were developed were syllabus, lesson plan, learning material, students’ worksheet, THB and attitude assessment by using Reflective Pedagogical Paradigm which accommodated Van Hiele’s theory with learning media of Jigsaw type II. The research subjects were 35 students of Class VIII E of SMP Negeri 1 Yogyakarta and the research objects were all mathematic learning media which had been developed. The data gathering techniques which were used in this study were observation, questionnaire, interview, photo and video taking, and test.

The descriptions about the process of the development of mathematic learning media were (1) identifying the problems and information collecting by observing and interviewing mathematics teacher who have not experienced using Reflective Pedagogical Paradigm in the teaching and learning activity, (2) planning the research, (3) product development which were validated by the experts, namely the lecturer and mathematics teacher, (4) preliminary field testing which was done by the teacher who experienced the use of Reflective Pedagogical Paradigm and learning media of Jigsaw type II for the first time, and (5) the revision of preliminary field testing’s result. The research result were (1) the validation result of the learning media was 3.85 and it belonged to “Good” category which was validated by the experts, namely the lecturer and subject teacher; (2) students’ responses on the learning process using Reflective Pedagogical Paradigm was 122.06 or 76,29% which belonged to “Good” category and it based on the calculation of students’ questionnaire and also the result of


(10)

ix

students’ reflection which showed that they felt excited and interested in this learning.

Keywords: Learning Media, Reflective Pedagogical Paradigm, Jigsaw Type II, Prism.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan atas penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan penuh suka cita dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dan Jigsaw Tipe II pada Topik Prisma di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” sebagai salah satu syarat penulis untuk memproleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian dan penyususan skripsi ini tidak hanya hasil kerja penulis semata, semua atas bantuan serta dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat Roh Kudus yang diberikan pada penulis dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. 2. Bapak Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan segenap hati dari awal sampai berakhirnya penelitian dan penyusunan skripsi ini.


(12)

xi

4. Ibu Maria Roostika S. Pd., selaku guru matematika kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah dengan sabar dan senang hati membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.

5. Kedua orang tua peneliti Fx. Tri Djalmo Hadi Putranto dan Angela Chandra Dwita yang telah memberikan cinta kasih, doa, dan semua dukungannya pada penulis dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.

6. Siswa-siswi kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta yang telah bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

7. Segenap keluarga besar Universitas Sanata Dharma yang telah membantu melancarkan proses penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

8. Leonardus Ida Transetio yang tidak ada bosannya memberikan semangat dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat tersayang Stephani Rangga Larasati, Theresia Hermin, Christina Novy Wijaya, Lusia Devi Astuti, Servyana Nony, Vibiana Risa, Stefani Desy Natalia, Ita Susanti, Natalia Ika, Trisona Agustina, Resty Yudha yang telah memberikan bantuan dan dukungannya serta doa kepada penulis selama perkuliahan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah berperan membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.


(13)

xii

Yogyakarta, 05 Januari 2017 Penulis


(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Batasan Istilah ... 10

F. Tujuan Penelitian ... 11

G. Manfaat Penelitian ... 12

H. Spesifikasi Produk ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 22

A. Kajian Pustaka ... 22

B. Pembelajaran Matematika ... 22

C. Hasil Belajar ... 23

D. Paradigma Pedagogi Reflektif... 24

E. Pembelajaran Kooperatif ... 29


(15)

xiv

G. Teori Van Hiele ... 35

H. Perangkat Pembelajaran ... 39

I. Prisma ... 43

J. Penelitian Relevan ... 46

K. Kerangka Berfikir... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Setting Penelitian ... 51

C. Desain dan Prosedur Pengembangan ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 57

E. Instrumen Penelitian... 59

F. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 77

A. Hasil Penelitian ... 77

1. Penelitian dan Pengumpulan Data (Research and Information Collection) ... 77

2. Merencanakan Penelitian (Planning) ... 81

3. Pengembangan Desain Produk (Developing Preliminary form of Product) ... 84

4. Uji Coba Terbatas (Preliminary Field Testing) ... 90

5. Revisi Hasil Uji Coba Terbatas (Main Product Revision) ... 108

B. Pembahasan ... 108

1. Pengembangan perangkat pembelajaran prisma menggunakan PPR ... 108

2. Kualitas perangkat pembelajaran prisma yang menggunakan PPR .... 115

3. Respon siswa pada pembelajaran prisma menggunakan PPR ... 116

C. Keterbatasan Penelitian ... 119

BAB V PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Penilaian Silabus ... 61

Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian RPP ... 62

Tabel 3.3 Kisi-kisi Penilaian LKS ... 64

Tabel 3.4 Kisi-kisi Penilaian Bahan Ajar ... 64

Tabel 3.5 Kisi-kisi Penilaian Sikap Conscience dan Compassion ... 65

Tabel 3.6 Kisi-kisi Penilaian Tes Hasil Belajar (Competence) ... 65

Tabel 3.7 Lembar Observasi ... 66

Tabel 3.9 Kisi-kisi Kuesioner ... 69

Tabel 3.10 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 71

Tabel 3.11 Konversi Nilai Skala Lima Menurut Widoyoko ... 72

Tabel 3.12 Kategori Skor Skala Lima ... 73

Tabel 3.13 Bobot Pernyataan Positif ... 74

Tabel 3.14 Bobot Pernyataan Negatif ... 74

Tabel 3. 15 Kriteria Respon Siswa... 75

Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 90

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Terbatas ... 91

Tabel 4.3 Hasil THB Prisma ... 104

Tabel 4.4 Hasil Nilai Conscience ... 105

Tabel 4.5 Hasil Nilai Compassion ... 106

Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Respon Siswa ... 107


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Silabus ... 14

Gambar 1. 2 RPP... 16

Gambar 1. 3 LKS ... 17

Gambar 1. 4 Bahan Ajar ... 18

Gambar 1. 5 Penilaian Competence ... 19

Gambar 1. 6 Penilaian Compassion ... 20

Gambar 1. 7 Penilaian Consience ... 21

Gambar 2. 2 Prisma Tegak Segiempat ABCD.EFGH ... 44

Gambar 2. 3 Jaring-jaring prisma ... 45

Gambar 2. 4 Skema Kerangka Berpikir ... 49

Gambar 3. 1 Langkah-Langkah R&D Borg and Gall ... 52


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1Surat Ijin Penelitian 127

Lampiran A.2Surat Keterangan Sudah Penelitian 128

Lampiran B.1Lembar Validasi Ahli Pedoman Wawancara 129

Lampiran B.2Lembar Validasi Ahli Kuesioner 131

Lampiran B.3.1 Lembar Validasi Ahli 1 Silabus 133

Lampiran B.3.2 Lembar Validasi Ahli 2 Silabus 136

Lampiran B.4.1 Lembar Validasi Ahli 1 RPP 139

Lampiran B.4.2 Lembar Validasi Ahli 2 RPP 143

Lampiran B.5.1 Lembar Validasi Ahli 1 Bahan Ajar 147

Lampiran B.5.2 Lembar Validasi Ahli 2 Bahan Ajar 150

Lampiran B.6.1 Lembar Validasi Ahli 1 LKS 1 153

Lampiran B.6.2 Lembar Validasi Ahli 2 LKS 1 156

Lampiran B.7.1 Lembar Validasi Ahli 1 LKS 2 159

Lampiran B.7.2 Lembar Validasi Ahli 2 LKS 2 162

Lampiran B.8.1 Lembar Validasi Ahli 1 THB 165

Lampiran B.8.2 Lembar Validasi Ahli 2 THB 169

Lampiran B.9.1 Lembar Validasi Ahli 1 Penilaian Conscience 173 Lampiran B.9.2 Lembar Validasi Ahli 2 Penilaian Conscience 179 Lampiran B.10.1 Lembar Validasi Ahli 1 Penilaian Compassion 185 Lampiran B.10.2 Lembar Validasi Ahli 2 Penilaian Compassion 190

Lampiran C.1 Silabus 195

Lampiran C.2 RPP 198

Lampiran C.3 Bahan Ajar 217

Lampiran C.4 LKS 1 228

Lampiran C.5 LKS 2 245

Lampiran C.6 Penilaian Conscience dan Compassion 260

Lampiran D.1 Daftar Kelompok Utama 271

Lampiran D.2 Hasil Observasi Proses Pembelajaran 272

Lampiran D.3 Hasil Validasi Kuesioner 277

Lampiran D.4 Hasil Validasi Observasi 278

Lampiran D.5 Hasil Validasi Pedoman Wawancara 279

Lampiran D.6 Hasil Validasi Perangkat Ahli 1 dan 2 280

Lampiran D.7 Percakapan Pembelajaran Pertemuan 1 289

Lampiran D.8 Percakapan Pembelajaran Pertemuan 2 293

Lampiran E.1 Foto Penelitian 295

Lampiran E.2 Hasil Aksi Siswa 297

Lampiran E.3 Hasil Scanning THB 304

Lampiran E.4 Hasil Scanning Kuesioner 310

Lampiran E.5 Hasil Laporan Aksi 319

Lampiran E.6 Hasil Scanning LKS 1 dan LKS 2 321

Lampiran E.7 Hasil Refleksi Siswa Pertemuan 1 347


(19)

xviii

Lampiran E.9 Presensi Siswa 357

Lampiran E.10 Hasil Olah Data Kuesioner Siswa 363

Lampiran E.11 Hasil Penilaian Siswa 365

Lampiran E.12 Hasil Scan Observasi Proses Penelitian 373

Lampiran E.13 Hasil Scan Penilaian Pedoman Wawancara 382

Lampiran E.14 Penilaian Pedoman Wawancara 386

Lampiran E.15 Transkip Wawancara Guru 390

Lampiran E.16 Hasil Scan Validasi Observasi 393


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar matematika membantu siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu memanfaatkan informasi yang diterimanya. Hudojo (1988: 2), menyatakan bahwa hubungan dalam matematika berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga semua orang mempelajari matematika. Hal ini karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari dalam setiap jenjang pendidikan. Dimulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi masih dipelajari. Akan tetapi masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika itu sulit dan tidak berguna untuk kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu guru perlu membuat banyak inovasi pembelajaran agar siswa senang belajar matematika dan menyadari pentingnya belajar matematika.


(21)

Matematika bukanlah suatu bidang studi yang sulit dipelajari asalkan strategi pembelajaran guru sesuai dengan kemampuan belajar siswa. Pernyataan ini dukung oleh Hudojo (1988: 96), yang mengemukakan bahwa populasi siswa yang berbakat matematika kira-kira 2,15%, sedangkan siswa yang normal kira-kira 68,26%, dan yang di bawah normal kira-kira 13,59%. Jadi sebagian besar adalah anak-anak normal yang diperkirakan akan dapat menguasai dan memahami matematika apabila disampaikan dengan strategi yang sesuai dengan kemampuannya. Banyak siswa merasa bosan pada pembelajaran matematika karena menggunakan model pembelajaran yang salah, sehingga kurang menarik jiwa juang siswa. Model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan adalah model yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa mudah paham dan dapat meningkatkan kemampuan belajar.

Geometri adalah cabang matematika yang mempelajari sifat suatu bangun, mulai dari satu dimensi (titik dan garis), dua dimensi (bidang), dan tiga dimensi (bangun ruang). Pendapat di atas didukung oleh pendapat James dan James (dalam Tim MKPBM, 2001: 19), yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu logika yang mempelajari tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan lainnya yang terbagi menjadi tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Geometri adalah salah satu bidang dalam matematika yang


(22)

dianggap sulit oleh para siswa. Faktor-faktor penyebab biasanya terjadi dalam proses pembelajaran yang menggunakan model ceramah, kurangnya alat peraga, kurang ikut sertanya siswa dalam berdiskusi sehingga menyebabkan siswa kurang dapat memahami konsep-konsep dan materi geometri.

Dalam pengajaran bidang geometri terdapat teori yang dikemukakan oleh Van Hiele (dalam MKPBM, 2001: 51), yang menjelaskan bahwa terdapat teori belajar yang fase-fase pembelajaran geometri mampu mengembangkan mental anak. Menurut Van Hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yang bila ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak, yaitu waktu, materi pengajaran, dan model pengajaran yang diaplikasikan. Selain tiga unsur utama tersebut Van Hiele juga menguraikan fase-fase belajar anak dalam mempelajari geometri, yaitu: fase pengenalan (visualisasi), fase analisis, fase pengurutan, fase dedukasi, fase akurasi. Diharapkan dengan menggunakan fase-fase teori Van Hiele siswa dapat memahami materi geometri dengan baik dan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.

Peneliti melakukan observasi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta sebagai tempat melakukan penelitian tentang materi bangun ruang sisi datar. Namun pada saat peneliti melakukan observasi, materi yang sedang diajarkan pada kelas tersebut bukanlah materi yang akan


(23)

diteliti sehingga peneliti mengobservasi guru dalam pembelajaran matematika dengan materi yang sedang diajarkan yaitu lingkaran.

Menurut hasil observasi terhadap guru dalam melakukan pembelajaran tampak bahwa media yang digunakan guru saat pembelajaran matematika dianggap belum cukup untuk mengajak siswa terampil, kreatif, efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan guru hanya memberikan buku sebagai sumber belajar saat pembelajaran tanpa media, sehingga siswa tidak dapat memberikan timbal balik dari yang siswa peroleh. Selain media, model yang digunakan guru masih dianggap belum memadai karena guru menggunakan model ceramah sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat yang diberikan guru tanpa melakukan kegiatan mandiri seperti kerja kelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan. Suasana pembelajaran di kelas yang tampak bahwa beberapa siswa yang tidak mendengarkan apa yang dijelaskan guru dan sibuk dengan siswa lain atau sibuk dengan gadget mereka. Memang hanya beberapa siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru akan tetapi hal tersebut dirasa mengganggu siswa lain dalam pembelajaran matematika. Dari situ dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika yang diberikan oleh guru masih belum menarik bagi seluruh siswa dan dirasa membosankan.

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru matematika sebelum melaksanakan penelitian untuk mencari tahu permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika materi geometri bangun


(24)

ruang sisi datar. Permasalahan yang dialami guru selama mengajar materi geometri sering kesulitan dalam mengkondisikan kelas, kurangnya inovasi pembelajaran, alat peraga yang terbatas sehingga siswa merasa kurang tertarik, dan kurangnya pemahaman siswa pada materi geometri.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah suatu paradigma pendidikan yang sudah sejak lama dilakukan dalam pendidikan Jesuit. Pedagogi yang bukan hanya sekedar model pembelajaran, tetapi merupakan cara pendekatan guru mendampingi siswa sehingga berkembang menjadi pribadi yang utuh. Pembelajaran menggunakan PPR merupakan pembelajaran yang mengintegritaskan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dikembangkan melalui pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses ini diakhiri dengan evaluasi sebagai penilaian akhir. Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki tujuan untuk meningkatkan 3C. Karakter yang diharapkan dari PPR adalah yang tidak hanya memiliki kemampuan akademik (competence) yang tinggi tetapi mampu mengintegrasikan competence, conscience, dan compassion sebagai identitas yang melekat dalam diri.

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa dan agar siswa dapat menerima berbagai keragaman temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Model ini mendukung pembelajaran berpola PPR sehingga saling berkaitan.


(25)

Jigsaw tipe II adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dalam pembelajarannya siswa dikelompokkan secara heterogen yang terdiri dari empat sampai enam anggota kelompok, setiap anggota kelompok harus membaca secara keseluruhan materi yang akan dibahas dan materi yang akan menjadi tanggungjawab secara mandiri untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik. Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II yaitu selain siswa mempelajari seluruh materi yang akan dibahas, kelompok juga harus saling berkompotensi untuk memperoleh skor tertinggi kelompok untuk memperoleh penghargaan pada kelompok. Penghargaan kelompok ini diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran dan merasa usahanya dihargai oleh guru.

Penelitian mengenai teori Van Hiele pernah dilakukan oleh Arifin (2012), dengan topik pengembangan prototipe perangkat pembelajaran geometri materi bangun datar sederhana berdasarkan teori Van Hiele. Mengenai pengembangan perangkat pembelajaran dengan teori Van Hiele, produk perangkat pembelajaran yang dihasilkan memperoleh skor 3,57 termasuk kategori sangat baik. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2015), membahas tentang pembelajaran menggunakan model kooperatif Jigsaw tipe II yang hasil analitis keterlaksanaan RPP yang diterapkannya memperoleh persentase yang melebihi persyaratan awal yang sudah ditentukan, yaitu lebih dari 95% pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penelitian lain yang diharapkan mampu menjadi dasar


(26)

penelitian pengembangan perangkat adalah penelitian Irsanti (2011), yang meneliti tentang penerapan PPR yang dapat meningkatkan penilaian 3C (competence, conscience, compassion) dalam proses pembelajaran hasil penelitian menunjukkan peningkatan competence siswa pada siklus 1 sebesar 79.35 dan siklus 2 sebesar 90.9, peningkatan pada conscience siswa pada siklus 1 sebesar 78.7 dan siklus 2 sebesar 90.8 dan peningkatan compassion siswa siklus 1 sebesar 75.7 dan siklus 2 sebesar 90.

Berdasarkan tiga penelitian ini, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan PPR mengakomodasi teori Van Hiele dan model pembelajaran koopertif Jigsaw tipe II yang akan digunakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru di kelas. Peneliti memilih PPR agar dapat mengembangkan dan membimbing siswa menjadi pribadi yang utuh secara akademik, sikap dan tindakan antar sesama manusia. Peneliti memilih VanHiele agar siswa mampu memahami materi geometri bangun ruang sisi datar secara terstruktur dan menyenangkan sehingga pemahaman siswa dapat tercapai. Selain metode pembelajaran yang digunakan masih membosankan, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II untuk menginovasi pembelajaran menjadi menyenangkan dengan kerjasama siswa, selain itu pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II juga mendukung PPR dan teori Van Hiele dalam mengkombinasikan pembelajaran dikelas, sehingga menghasilkan perangkat yang baik dan berguna.


(27)

Oleh sebab itu peneliti melaksanakan penelitian yang diberi judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dan Jigsaw Tipe II pada Topik Prisma di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini diindentifikasikan sebagai berikut.

1. Kurang inovasi pada model pembelajaran.

2. Siswa kurang paham akan pentingnya matematika. 3. Siswa masih sulit dalam pemahaman materi geometri. 4. Kurang alat peraga yang memadai.

5. Kondisi kelas yang belum kondusif.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti memberikan batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut.

Seperti yang sudah dipaparkan diatas bahwa matematika adalah mata pelajaran yang dianggap sulit begitu juga dengan materi geometri yang harus memerlukan pemikiran logis dan kreatif dalam pembelajarannya karena mencakup bangun ruang. Bangun ruang yang diajarkan pada siswa kelas VIII di semester genap ini adalah meliputi kubus, balok, prisma, limas.


(28)

Perangkat pembelajaran yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran, media yang digunakan, dan pemahaman siswa dalam pembelajaran geometri serta pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari yang dikembangkan dengan pola pembelajaran PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada materi prisma. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu silabus, RPP, bahan ajar, LKS dan penilaian.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut .

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran materi prisma dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta? 2. Bagaimana kualitas dari perangkat yang dihasilkan dalam materi

pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta?

3. Bagaimana respon siswa pada pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta


(29)

mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta?

E. Batasan Istilah

1. Paradigma pedagogi reflektif adalah suatu pendekatan yang mengarahkan siswa mampu berefleksi agar dapat menemukan nilai-nilai kehidupan dalam pembelajaran. pembelajaran yang meliputi 5 unsur, yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Evaluasi dalam pembelajaran menggunakan PPR terdiri dari 3 penilaian, yaitu competence, conscience, compassion.

2. Jigsaw tipe II merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa untuk berkerjasama dalam dua kelompok, yaitu kelompok utama dan kelompok ahli/expert. Pembelajaran menggunakan Jigsaw tipe II melibatkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggungjawab pada tugas yang diberikan agar dapat mencapai tujuan bersama.

3. Teori Van Hiele adalah tingkatan cara berpikir siswa dalam pemahaman ide tentang geometri. Sedangakan fase pembelajaran Van Hiele merupakan fase pembelajaran geometri dari tingkat yang sederhana hingga kompleks. Fase pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima fase yaitu informasi, orientasi terarah/terpadu, eksplisitasi, orientasi bebas, dan integrasi.


(30)

4. Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu terlaksananya kegiatan pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, THB, dan penilaian. 5. Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar

(bidang alas dan bidang atas) dan bidang lain (bidang tegak) yang saling berpotongan menurut rusuk-rusuk sejajar.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran materi prisma dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta

2. Mengetahui kualitas dari perangkat yang dihasilkan dalam materi pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

3. Mengetahui respon siswa tentang pembelajaran bangun ruang sisi datar dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) serta


(31)

mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II pada kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

G. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan peneliti sebagai calon guru dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan perangkat pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Bagi guru

Guru diharapkan dapat menggunakan perangkat yang peneliti kembangkan sebagai pacuan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran.

3. Bagi siswa

Siswa diharapkan dapat memahami materi bangun ruang sisi datar

(prisma) dengan menggunakan pembelajaran PPR yang

mengakomodasi teori Van Hiele dan model pembelajaran Jigsaw tipe II.


(32)

4. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi ilmiah bagi peneliti lain yang ingin lebih mengembangkan perangkat pada masalah yang sama.

H. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan ajar dan penilaian 3C (Competence, Consience, Compassion). Berikut adalah penjelasan mengenai spesifikasi produk yang peneliti kembangkan.

1. Silabus

Silabus yang dikembangkan dibuat dengan pembelajaran berpola Paradigma Pedagogi Reflektif dan mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II.

Perbedaan silabus ini dengan silabus pada umumnya adalah pada silabus ini dalam kegiatan pembelajaran dan keterangan menggunakan pola PPR dan mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. Berikut dibawah ini merupakan format silabus yang peneliti gunakan dalam penelitian.


(33)

Gambar 1.1 Silabus

SILABUS PEMBELAJARAN PPR Satuan Pendidikan :

Kelas / Semester :

Alokasi Waktu :

Kompetensi Inti :

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Pencapaian Kompetensi

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar Ket Teknik Bentuk Contoh

Instrumen

Konteks Pengalaman

Teori Van Hiele

Jigsawtipe II Aksi Refleksi Evaluasi


(34)

2. RPP

RPP yang disusun peneliti merupakan perpaduan antara KTSP, PPR, dan mengakomodasi teori VanHiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. RPP yang dikembangkan dengan menggunakan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II ini memiliki komponen-komponen yang terdiri dari : identitas; kompetensi inti; kompetensi dasar; indikator; tujuan pembelajaran; materi pelajaran; nilai kemanusiaan; pendekatan dan model pembelajaran; strategi pembelajaran; media pembelajaran; penilaian; dan sumber belajar. Perbedaan RPP yang disusun peneliti dengan RPP KTSP lainnya adalah sangat terlihat pada strategi pembelajaran. Dalam langkah-langkah strategi pembelajaran RPP ini menggunakan unsur-unsur PPR yang mengakomodasi fase-fase pembelajaran Van Hiele dengan model pembelajaran Jigsaw tipe II.

Pada langkah-langkah strategi pembelajaran peneliti menggunakan unsur PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi yang diakomodasi dengan fase pembelajaran VanHiele yaitu fase informasi, fase orientasi terpadu, fase ekplitasi, fase orientasi bebas, dan fase integrasi serta menggunakan pengelompokkan dengan model pembeljaran Jigsaw tipe II. Lebih jelasnya, di bawah ini merupakan format RPP yang disusun peneliti.


(35)

Gambar 1.2 RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah :

Kelas :

Semester :

Mata Pelajaran :

Topik :

Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti B. Kompetensi Dasar C. Indikator

D. Tujuan Pembelajaran

a. Competence b. Conscience c. Compassion

E. Materi Pembelajaran a. Konteks

b. Pengalaman c. Refleksi d. Aksi e. Evaluasi F. Nilai Kemanusiaan

G. Pendekatan dan Model Pembelajaran H. Strategi Pembelajaran

a. PPR

b. Fase-fase Van Hiele

c. Jigsaw tipe II I. Media Pembelajaran J. Penilaian

a. Competence

b. Conscience

c. Compassion

K. Sumber Belajar

Yogyakarta, ...


(36)

3. LKS

LKS yang dikembangkan peneliti adalah LKS yang mencakup pola pembelajaran PPR dan mengakomodasi fase-fase pembelajaran teori Van Hiele yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II. Komponen –komponen yang terdapat dalam LKS ini adalah : identitas; tujuan pembelajaran; petunjuk pengerjaan LKS; dan kegiatan siswa. Pada kegiatan siswa mendukung pada pembelajaran PPR dan mengakomodasi fase-fase pembelajaran teori Van Hiele yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw tipe II.Berikut merupakan format LKS yang peneliti susun.

Gambar 1.3 LKS

LEMBAR KERJA SISWA

TUJUAN PEMBELAJARAN WAKTU

ALAT DAN BAHAN PETUNJUK I. KEGIATAN I

(PPR, TEORI VAN HIELE, JIGSAW TIPE II) II. KEGIATAN II

(PPR, TEORI VAN HIELE, JIGSAW TIPE II)

IDENTITAS KELOMPO K:

1. 2.

MATERI :

WAKTU :

ALAT PERAGA:


(37)

4. Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan peneliti disusun berdasarkan indikator dan tujuan yang ingin dicapai. Bahan ajar yang dikembangkan juga disertai gambar-gambar yang mendukung materi. Bahan ajar yang disusun juga menggunakan pola pembelajaran PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

Berikut merupakan format bahan ajar yang disusun peneliti.

Gambar 1.4 Bahan Ajar

5. Penilaian 3C (Competence, Conscience, Compassion)

Penilaian yang dikembangkan peneliti adalah penilaian 3c yaitu penilaian kompetensi (competence), penilaian hati nurani (conscience), penilaian bela rasa (compassion). Penilaian ini mengacu pada pola pembelajaran PPR sehingga tidak hanya pengetahuan yang dinilain

BAHAN AJAR KELAS / SEMESTER :

MATERI PEMBELAJARAN

I. KONTEKS

II. PENGALAMAN

III. REFLEKSI

IV. AKSI

V. EVALUASI


(38)

melainkan sikap dan keterampilan juga dinilai. Berikut ini merupakan format penilaian yang peneliti susun.

Gambar 1.5 Penilaian Competence a. Competence

Mata pelajaran : Pokok bahasan : Kelas / Semester :

Guru Pengampu :

No. Nama

Siswa

Nomor Soal Nilai Akhir

1 2 3 4

1. 2.

Nilai =


(39)

Gambar 1.6 Penilaian Compassion b. Compassion

Mata pelajaran : Pokok bahasan : Kelas / Semester : Guru Pengampu :

No Nama Siswa Bekerja sama Peduli

KB C B SB KB C B SB

1. 2.

Keterangan :

KB : Kurang Baik B : Baik


(40)

Gambar 1.7 Penilaian Consience c. Conscience

Mata pelajaran : Pokok bahasan : Kelas / Semester : Guru Pengampu :

No Nama

Siswa

Percaya Diri Teliti Kerjasama

KB C B SB KB C B SB KB C B SB

1. 2.

Keterangan :


(41)

22 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

Pada sub bab ini peneliti membahas pembelajaran matematika, PPR, model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II, teori Van Hiele, perangkat pembelajaran, penilaian, dan tinjauan materi bangun ruang sisi datar (prisma).

B. Pembelajaran Matematika

Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 259) menjelaskan bahwa pembelajaran matematika merupakan proses membangun pemahaman siswa tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill sesuai dengan kemampuannya, guru atau dosen menyampaikan materi, siswa dengan potensinya masing-masing mengkonstruksi pengertiannya tentang fakta, konsep, prinsip, dan skill, serta problem solving. Berkaitan dengan hal di atas Susanto (2013: 186) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya mengembangkan penguasa yang baik, terhadap materi matematika.


(42)

Sesuai dengan pendapat yang telah disampaikan, pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang membangun pemahaman materi, konsep, dan prinsip serta mengembangkan kreatifitas siswa yang membutuhkan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

C. Hasil Belajar

Menurut Majid (2014) hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Hasil belajar merupakan suatu puncak dari proses belajar. Melengkapi pendapat tersebut Sudjana (1995) mengemukakan bahwa menurut Horward Kingsley, hasil belajar terdiri dari tiga macam, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Gagne (dalam Sudjana, 1995) ada lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Pendapat lain dikemukakan oleh Susanto (2013: 5) bahwa hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Bloom (dalam Suprijono 2009: 6), menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.


(43)

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukan para ahli dapat disimpulkan bahwa yang perlu diperhatikan dalam melihat hasil belajar adalah siswa dan guru. Perkembangan hasil belajar dapat tercapai apabila tujuan yang ditingkatakan dalam kinerja siswa dan guru mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

D. Paradigma Pedagogi Reflektif a. Pengertian PPR

Menurut kamus Bahasa Indonesia kata paradigma berarti model dalam teori ilmu pengetahuan atau suatu kerangka berpikir. Menurut Subagya (2012: 21), Pedagogi adalah cara guru

mendampingi para siswa dalam pertumbuhan dan

perkembangannya. Reflektif adalah meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, reaksi, spontan maupun yang direncanakan dari berbagai sudut pandang secara rasional dengan tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh.

Pola pembelajaran PPR sudah lama digunakan dalam pendidikan Jesuit sejak tahun 1586. Menurut Suparno (2015), PPR merupakan salah satu pedagogi yang dapat membantu kebutuhan pendidikan yang utuh dan menyeluruh. PPR juga diharapkan dapat membantu perkembangan siswa, bukan hanya menjadi lebih cerdas dalam bidang pengetahuannya, tetapi berkembang menjadi prinadi yang peka pada kebaikan, dan kebutuhan orang lain.


(44)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka PPR adalah suatu pendekatan yang mengarahkan siswa mampu berefleksi agar dapat menemukan nilai-nilai kehidupan dalam pembelajaran secara utuh. Pembelajaran yang meliputi 5 unsur , yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Evaluasi dalam pembelajaran menggunakan PPR terdiri dari 3 penilaian, yaitu competence, conscience, compassion.

b. Tujuan PPR

Tujuan PPR yang menjadikan manusia utuh dalam pendidikan menurut Suparno (2015: 19), dirumuskan sebagai berikut.

1. Competence

Siswa mampu menguasai ilmu pengetahuan atau keterampilan sesuai bidang yang ditekuni secara intelek, afeksi, dan psikomotorik yang berkembang dengan baik.

2. Conscience

Siswa berkembang dalam hati nurani supaya mampu membedakan baik, buruk, serta dapat mengambil keputusan yang benar.

3. Compassion

Siswa mempunyai kepekaan terhadap sesama manusia untuk menolong yang membutuhkan, peduli terhadap lingkungan terutama yang miskin dan kecil.


(45)

b. Manfaat PPR

Manfaat yang diperoleh dari pola pembelajaran PPR menurut Suparno (2015: 19), bila dijalankan dengan kerjasama, jujur, dan terbuka antar guru dan siswa adalah sebagai berikut.

1. Manfaat bagi siswa

(a) Siswa berkembang secara utuh.

(b) Siswa berkembang menjadi pribadi yang kritis dan analitis dalam menyelesaikan persoalan.

(c) Siswa menguasai materi dengan baik.

(d) Siswa dapat membedakan yang baik dan buruk. (e) Siswa lebih dekat dengan Tuhan.

(f) Siswa menjadi realistik dalam kehidupan. 2. Manfaat bagi guru

(a) Guru dapat bekerjasama dengan siswa dalam menambah ilmu pengetahuan.

(b) Guru dapat mengembangkan kepribadian siswa menjadi manusia yang utuh.

(c) Guru dapat menjadi teman baik dengan siswa.

(d) Guru dapat menjadi pribadi yang utuh dari melihat dan mendengarkan refleksi siswa.


(46)

c. Prosedur pelaksanaan

Unsur utama PPR ada tiga yaitu pengalaman, refleksi, dan aksi. Unsur-unsur utama ini dibantu oleh unsur sebelum pembelajaran yaitu konteks dan unsur sesudah pembelajaran yaitu evaluasi. Secara garis besar PPR mempunyai dinamika sebagai berikut: (1) konteks; (2) pengalaman; (3) refleksi; (4) aksi; dan (5) evaluasi.

Dinamika itu dapat digambarkan seperti berikut.

(Sumber: Suparno,2015) Gambar 2.1 Dinamika PPR

1) Konteks

Pendidik (guru, dosen) perlu mengerti konteks siswa/mahasiswa yang akan dibantu dalam studi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah konteks mahasiswanya,

2) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu kejadian yang sungguh terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat mahasiswa. Pengalaman sangat

KONTEKS PENGALAMAN

COMPETENCE CONSCIENCE COMPASSION

REFLEKSI AKSI


(47)

berperan penting dalam proses PPR. Pengalaman yang dapat dialami adalah pengalaman secara langsung maupun tidak langsung, yang menyangkut aspek pengalaman kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang memyangkut pribadi (pikiran, hati, kehendak), menggunakan imaginasi, perasaan, ataupun pengalaman yang dilakukan dengan berbagai cara, serta pengalaman yang diberi waktu oleh dosen/Guruuntuk mengalaminya sendiri.

3) Refleksi

Dalam fase ini siswa/mahasiswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan. Ada beberapa cara refleksi yang diterapkan yaitu refleksi mengambil makna, refleksi pertimbangan mendalam akan bahan, ide, pengalaman, tujuan, reaksi batin, ada pula refleksi mendayakan ingatan, kehendak, dan hati serta refleksi melihat gerak baik dan jahat dalam persoalan dan yang terakhir adalah catatan tentang refleksi mahasiswa/siswa.

4) Aksi

Aksi adalah tindakan yang dilakukan siswa setelah mereka merefleksikan pengalaman belajar mereka. Secara nyata aksi dapat berupa dua hal yaitu: sadar diri yang berubah lebih baik dan tindakan nyata keluar yang dapat dilihat dan dirasakan orang lain. Mereka diharapkan mampu menjadi semakin berkembang


(48)

conscience-nya, mampu menilai bahan yang yang didalaminya dari sisi baik dan tidak baik, dan akhirnya dapat mengambil keputusan dalam hidup yang lebih baik. Disini mereka juga diharapkan dapat berkembang dari segi afeksinya, hati dan kehendaknya sesuai dengan nilai yang diperoleh dalam refleksi sehingga siswa menjadi manusia yang punya compassion atau bela rasa dan kepekaan pada orang lain dan alam semeta. Secara menyeluruh maka siswa dikembangkan menjadi manusia yang utuh, yang berkembang baik dari segi kognitif, afeksi, dan psikomotoriknya.

5) Evaluasi

Sebagai suatu proses Pendidikan, agar dapat terus dikembangkan diperlukan evaluasi. Semua proses PPR, terutama proses pengalaman, refleksi, dan aksi, di atas perlu dievaluasi agar tercapainya tujuan PPR yang mengembangkan pribadi siswa menjadi lebih competence, conscience, dan compassion.

E. Pembelajaran Kooperatif

Roger, dkk (dalam Huda 2012: 29), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok siswa yang di dalamnya setiap siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota yang lain.


(49)

Parker (dalam Huda 2012: 29), melengkapi pernyataan Roger yaitu bahwa pembelajaran kooperatif adalah kelompok kecil sebagai suasana pembelajaran di mana siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengajarkan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Johnson dan Johnson (dalam Huda 2012: 31), mendefinisikan pembelajaran kooperatif berarti bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut para ahli yang dikemukakan di atas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang saling bekerja, belajar dan bertanggung jawab bersama dengan anggota lain demi tujuan dan prinsip bersama yang ingin dicapai.

F. Jigsaw tipe II

Menurut Trianto (2010: 75), model pembelajaran Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesematan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum belajar spesialisasinya untuk menjadi expert. Melengkapi pendapat Trianto, Huda (2012: 118), menyampaikan pendapatnya yaitu hasil modifikasi yang dilakukan Slavin ini dikenal dengan metode Jigsaw tipe II. Metode ini, setiap kelompok


(50)

“berkompetensi” untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa saat ditugaskan mengerjakan kuis.

Jigsaw tipe II merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa untuk berkerjasama dalam dua kelompok, yaitu kelompok utama dan kelompok ahli/expert. Pembelajaran menggunakan Jigsaw tipe II melibatkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab pada tugas yang diberikan agar dapat mencapai tujuan bersama.

Bila dilihat secara umum memang terlalu banyak perbedaan antara Jigsaw I dengan Jigsaw II. Akan tetapi penguasaan materi yang diperoleh menurut saya lebih baik manggunakan Jigsaw tipe II, karena siswa harus mempelajari secara keseluruhan terlebih dahulu secara individu atau kelompok lalu siswa baru dipilih untuk menguasai satu sub bab yang selanjutnya akan mereka bahas lebih dalam lagi dikelompok ahli. Selain itu apresiasi yang diberikan pada kelompok yang mendapatkan skor kelompok paling tinggi akan memperoleh hadiah adalah bentuk semangat yang diberikan dari guru untuk hasil usaha mereka selama berkerjasama dan tanggung jawab akan tugas.

Perbedaan antara Jigsaw I dan Jigsaw II juga akan mempengaruhi prosedur yang akan dilalui siswa. Walaupun tidak semua prosedur


(51)

berbeda akan tetapi ada perbedaan antara langkah Jigsaw I dengan Jigsaw II. Berikut ini adalah langkah-langkah Jigsaw II menurut Trianto (2010: 75), sebagai berikut.

a. Orientasi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw dalam proses pembelajaran. mengingatkan senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam moel pembelajaran ini. Siswa diminta belajar konsep secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran keseluruhan dari konsep.

b. Pengelompokan

Selanjutnya kita akan membagi kedalam kelompok 4-6 orang perkelompok secara heterogen.

c. Pembentukan dan pembinaan kelompok ahli/expert

Selanjutnya grup ini dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang akan diberikan dan dibina supaya menjadi expert.

d. Diskusi pemaparan kelompok ahli dalam grup

Expertist (siswa ahli) dalam konsep tertentu ini, masing-masing kembali dalam grup semula. Pada fase ini tiap grup memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu. Selanjutnya guru mempersilahkan anggota grup untuk mempresentasikan keahliannya kepada grupnya masing-masing, satu persatu.


(52)

Aturan dalam fase ini adalah

1) Setiap anggota kelompok tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan. 2) Memperoleh pengetahuan tanggung jawab bersama.

3) Tanyakan pada anggota grup sebelum tanya pada guru.

4) Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu grup lain.

5) Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh kepuasan.

e. Tes (penilaian)

Pada fase ini guru memberikan ters tertulis untuk dikerjakan oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenanakan untuk bekerja sama. Jika mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.

f. Pengakuan kelompok

Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.


(53)

Melengkapi pendapat Trianto tentang langkah-langkah pembelajaran inilah pendapat Slavin. Langkah-langkah kegiatan Jigsaw tipe II menurut Slavin (2005: 241), adalah sebagai berikut.

a. Siswa bekerja dalam tim yang heterogen.

b. Siswa diberikan tugas membaca bab atau unit yang akan dipelajari. c. Siswa diberi “lembar ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda

yang harus menjadi fokus masing-masing anggota tim saat mereka membaca.

d. Siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka.

e. Para ahli tersebut kemudian kembali pda tim meraka dan secara bergantian mengajari teman stu timnya mengenai topik mereka. f. Para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor

kuis menjadi skor tim.

Slavin (2005: 241), mengemukakan beberapa aktivitas Jigsaw tipe II sebagai berikut.

a. Membaca, para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi.

b. Diskusi kelompok-ahli, para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli. c. Laporan tim, para ahli kembali ke dalam kelompok mereka


(54)

d. Tes, para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.

e. Perhitungan skor kelompok dan penghargaan kelompok.

G. Teori Van Hiele

Teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele (1964), menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak didik dalam bidang geometri. Menurut Van Hiele (dalam Pitajeng: 2015), ada tiga (3) unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga hal tadi ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak didik pada tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Van Hiele juga menyatakan bahwa terdapat 5 fase belajar anak didik dalam belajar geometri, yaitu fase pengenalan, fase analisis, fase pengurutan, fase dedukasi, fase akurasi.

Menurut Walle (2008: 151), tingkat-tingkat pemikiran geometris Van Hiele fitur yang paling menonjol dari model tingkat pemikiran Van Hiele adalah hierarki lima tingkat dari cara dalam pemahaman ide-ide ruang. Tiap tingkatan menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri. Tingkatan-tingkatan tersebut menjelaskan tentang bagaimana cara kita berpikir dan jenis ide geometri. Lima hierarki tingkatan cara berpikir dalam pemahaman ide meliputi.

1. Level 0: Visualisasi 2. Level 1: Analisis


(55)

3. Level 2: Deduksi Informal 4. Level 3: Deduksi

5. Level 4: Ketepatan(Rigor)

Selain tingkatan-tingkatan penting dalam teori ini, menurut Walle (2008: 155), ada empat karakteristik terkait dari tingkatan pemikiran yang membutuhkan perhatian khusus. Berikut merupakan karakteristik dari tingkatan-tingkatan Van Hiele.

a. Tingkatan-tingkatan tersebut berfase. Menempuh sebuah tingkatan berarti siswa haruslah menguasai pemikiran geometri yang cocok pada tingkatan tersebut dan telah membuat sendiri tipe-tipe objek atau hubungan yang merupakan fokus pemikiran di tingkat selanjutnya.

b. Tingkatan-tingkatan tersebut tidaklah bergantung usia seperti fase perkembangan Piaget. Tetapi umur tentunya terkait dengan jumlah dan jenis pengalaman geometri yang siswa miliki.

c. Pengalaman geometri merupakan faktor tunggal terbesar dalam mempengaruhi perkembangan dalam tingkatan-tingkatan tersebut. d. Ketika instruksi atau bahasa yang digunakan terletak pada tingkatan

yang lebih tinggi daripada yang siswa miliki, akan ada komnikasi yang kurang.

Selanjutnya, fase-fase yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran geometri dengan teori Van Hiele ini adalah sebagai berikut. Menurut D’Augustine dan Smith (1992 : 227), Crowley (1987 : 5)


(56)

(dalam Nur’aeni 2008 : 128), menyatakan bahwa: “kemajuan tingkat berfikir geometri siswa maju dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya melibatkan lima fase atau sebagai hasil dari pengajaran yang terorganisir ke lima fase pembelajaran. Kemajuan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya lebih bergantung pada pengalaman pendidikan/pembelajaran ketimbang pada usia atau kematangan. Sejumlah pengalaman dapat mempermudah (atau menghambat) kemajuan dalam satu tingkat atau ke satu tingkat yang lebih tinggi”.

Adapun fase-fase pembelajaran Van Hiele tersebut digambarkan sebagai berikut ini:

a. Fase 1 Informasi (Information): Melalui diskusi, guru mengidentifikasi apa yang sudah diketahui siswa mengenai sebuah topik dan siswa menjadi berorientasi pada topik baru itu. Guru dan siswa terlibat dalam percakapan dan aktifitas mengenai objek-objek, pengamatan dilakukan, pertanyaan dimunculkan dan kosakata khusus diperkenalkan.

b. Fase 2 Orientasi Terarah/Terpadu (Guided Orientation): Siswa menjajaki objek-objek pengajaran dalam tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat seperti pelipatan, pengukuran, atau pengkonstruksian. Guru memastikan bahwa siswa menjajaki konsep-konsep spesifik.

c. Fase 3 Eksplisitasi (Explicitation): Siswa menggambarkan apa yang telah mereka pelajari mengenai topik dengan kata-kata


(57)

mereka sendiri, guru membantu siswa dalam menggunakan kosa kata yang benar dan akurat, guru memperkenalkan istilah-istilah matematika yang relevan.

d. Fase 4 Orientasi Bebas (Free Orientation): Siswa menerapkan hubungan-hubungan yang sedang mereka pelajari untuk memecahkan soal dan memeriksa tugas yang lebih terbuka (open-ended).

e. Fase 5 Integrasi (Integration): Siswa meringkas/membuat ringkasan dan mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, dengan mengembangkan satu jaringan baru objek-objek dan relasi-relasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori Van Hiele adalah tingkatan cara berpikir siswa dalam pemahaman ide tentang geometri. Sedangakan fase pembelajaran Van Hiele merupakan fasean pembelajaran geometri dari tingkat yang sederhana hingga kompleks. Fase pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima fase yaitu informasi, orientasi terarah/terpadu, eksplisitasi, orientasi bebas, dan integrasi.


(58)

H. Perangkat Pembelajaran

a. Pengertian perangkat pembelajaran 1) Silabus

Dalam Majid (2009) menurut Salim (1987: 98), istilah silabus adalah “Garis Besar”, ringkasan, ikhtisar, atau pokok -pokok isi atau materi pelajaran.

Menurut Majid (2009), silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikukum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Dalam kurikulum 2004 yang dimaksud dengan silabus adalah: a) Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran, pengelolaan kelas dan penilaian hasil belajar. b) Komponen silabus menjawab: 1) kompetensi apa yang akan

dikembangkan pada siswa?; 2) bagaimana cara

mengembangkannya?; 3) bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi sudah dicapai/dikuasai.

Silabus adalah rencana pembelajaran untuk suatu mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, strategi dan kegiatan pembelajaran, penilaian/evaluasi, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat pembelajaran menurut Suparno (2015: 73).


(59)

Menurut Trianto (2010: 201), Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan gari-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan rancangan penilaian. Dengan kata lain silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaia, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Prinsip-prinsip dalam pengembangan silabus yang harus dipenuhi antara lain adalah (1) ilmiah, (2) relevan, (3) sistematis, (4) konsisten, (5) memadai, (6) aktual dan kontekstual, (7) fleksibel, dan (8) menyeluruh.

Menurut beberapa pendapat para ahli di atas, jadi silabus adalah salah satu perangkat pembelajaran yang berisikan garis beras besar inti-inti pembelajaran pda materi tertentu.

2) RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran menurut Trianto (2010), yaitu panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh gurudalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Langkah-langkah pembelajaran (sintaks) dikembangkan mengadopsi sintaks pembelajaran terpadu yang dimodifikasi dan disesuaikan terutama dengan materi pembelajaran yang diajarkan.


(60)

Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana pembelajaran meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah-langkah kegiatan pembelejaran, dan evaluasi.

Rencana pelakasanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus menurut Munthe (2009: 200).

RPP adalah panduan pembelajaran yang akan dilakukan di dalam kelas yang berisikan langkah-langkah yang sudah direncanakan untuk materi tertentu agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh guru.

3) Bahan Ajar

Trianto (2010: 227), mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatam pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains,informasi dan contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari.

Bahan ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Ciri-ciri bahan ajar adalah:


(61)

(1) sumber materi ajar; (2) menjadi referensi baku untuk mata pelajaran tertentu; (3) disusun sistematis dan sederhana; dan (4) disertai petunjuk pembelajaran (Akbar, 2013)

Bahan ajar menurut pendapat para ahli di atas adalah buku panduan belajar yang digunakan sebagai salah satu sumber informasi kegiatan pembelajaran yang memuat materi, konsep, latihan soal, dan contoh-contoh.

4) LKS

Menurut Trianto (2010: 222), lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja siswa berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk paduan eksperimen atau demonstrasi.

Menurut pendapat ahli LKS adalah salah satu perangkat yang digunakan guru untuk melihat proses belajar siswa dikelas, proses kerjasama sesama siswa.

5) Penilaian

Menurut Sudjana (2016: 3) penilaian merupakan proses menentukan nilai suatu subjek yang menggunakan suatu ukuran atau kriteria. Penilaian merupakan kegiatan untuk memperoleh,


(62)

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proes dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan menurut Trianto (2010: 252). Berdasarkan Sunarti (2014: 7), penilaian adalah bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berdasarkan pernyataan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah salah satu proses pembelajaran. Penilaian sebagai alat untuk menganalisis dan memperoleh data dan hasil belajar siswa serta sebagai pengambil keputusan. Penilaian dilakukan untuk mmengetahui pencapaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa.

I. Prisma

a. Pengertian Prisma

Menurut Ismunamto (2011), prisma merupakan benda ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar (bidang alas dan bidang atas) dan bidang tegak yang saling berpotongan menurut rusuk-rusuk sejajar. Prisma mempunyai berbagai macam bentuk, seperti prisma segitiga, prisma segiempat, prisma segilima dan seterusnya. Secara umum bentuk bidang alas dan bidang atas prisma menunjukkan jenis prisma. Apabila bidang alas dan bidang atas berbentuk segitiga maka prisma


(63)

tersebut dinamakan prisma segitiga dan bila bidang alas dan bidang atasnya berbentuk segi– , maka prisma tersebut merupakan prisma segi– ( merupakan himpunan bilangan asli yang dimulai dari 3).

Gambar 2.2 Prisma Tegak Segiempat ABCD.EFGH

Berdasarkan prisma ABCD.EFGH pada gambar di atas, prisma memiliki bagian-bagian di dalamnya menurut Ismunamto (2011) sebagai berikut.

1) Sisi adalah daerah yang menjadi batas antara bidang luar dengan bidang dalam dari suatu bangun ruang. Sisi prisma segiempat berjumlah 6 sisi yaitu ABCD dan EFGH disebut sisi alas dan sisi atas, ABFE, BCHF, DCGH, ADHE disebut sisi tegak.

2) Rusuk merupakan perpotongan dua sisi yang berupa ruas garis. Prisma segiempat ABCD.EFGH memiliki jumlah rusuk sebanyak 12 yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu rusuk alas AB, BC, CD, dan AD, lalu rusuk atas meliputi EF, FG, GH, dan HE, selanjutnya rusuk tegak yang meliputi AE, BF, CG, dan DH.


(64)

3) Titik sudut adalah suatu titik yang terbentuk dari perpotongan tiga rusuk. Prisma segiempat ABCD.EFGH memiliki 8 titik sudut yaitu meliputi A, B, C, D, E, F, G, dan H.

4) Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak pada sisi dan rusuk yang sama. Prisma memiliki 4 diagonal ruang yaitu AG, BH, CE, dan DF. 5) Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari diagonal

sisi pada sisi alasnya dengan dua rusuk tegak. Prisma memiliki 6 bidang diagonal yaitu bidang ACGE, BDHF, HGBA, EFCD, FGDA, EHCB.

b. Jaring-jaring Prisma adalah suatu pola gambar dimensi dua yang dapat digunakan untuk membentuk suatu bangun ruang, sedemikian sehingga setiap sisi bersekutu dengan sisi lain.


(65)

c. Luas Permukaan Prisma adalah jumlah luas seluruh sisi prisma tersebut.

Luas permukaan prisma = (2 luas alas) + jumlah luas sisi tegak = (2 luas alas) + (keliling bidang alas tinggi)

d. Volume Prisma adalah banyaknya satu satuan volume yang memenuhi seluruh bagian prisma, satuan volume tersebut disebut kubik.

Volume prisma = Luas bidang alas tinggi.

J. Penelitian Relevan

Pertama, penelitian pengembangan perangkat yang berjudul “Pengembangan Prototipe Perangkat Pembelajaran Geometri Materi Bangun Datar Sederhana Berdasarkan Teori Van Hiele untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh Muhammad Arifin (2012). Penelitian ini menghasilkan produk perangkat pembelajaran memperoleh skor 3,57 sehingga dapat dikatakan produk perangkat yang dihasilkan masuk kategori sangat baik.

Kedua, penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II berupa skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Tipe II Di Kurikulum 2013 pada Materi Peluang” yang dilalukan oleh Angelia Pangesti Handayani (2015). Penelitian ini menghasilkan analitis keterlaksanaan RPP yang diterapkannya memperoleh presentase yang melebihi persyaratan awal yang sudah


(66)

ditentukan, yaitu lebih dari 95% pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ketiga, penelitian mengenai penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif berupa skripsi berjudul “ Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion (3C) siswa kelas IIIA SD Kanisius Demangan Baru I Tahun Ajaran 2010/2011 yang dilakukan oleh Agustina Johan Irsanti (2011). Penelitian yang dihasilkan adalah peningkatan competence siswa pada siklus 1 sebesar 79.35 dan siklus 2 sebesar 90.9, peningkatan pada conscience siswa pada siklus 1 sebesar 78.7 dan siklus 2 sebesar 90.8 dan peningkatan compassion siswa siklus 1 sebesar 75.7 dan siklus 2 sebesar 90.

K. Kerangka Berfikir

Permasalahan yang dihadapi oleh guru matematika SMP Negeri 1 Yogyakarta adalah kurangnya mengembangkan inovasi model pembelajaran selain diskusi dan ceramah. Guru yang masih cenderung menjadi pusat pembelajaran menjadi salah satu alasan kurang menariknya pembelajaran matematika. Selain itu terbatasya alat peraga membatasi kreatifitas siswa dalam berpikir.

Permasalahan dari siswa adalah sulitnya siswa dalam mempelajari geometri sebagaian besar siswa hanya menghafalkan rumus. Selain itu, kurang mampunya siswa dalam merefleksikan pembelajaran dalam


(1)

(2)

Lampiran E.17

Hasil Perhitungan Respon Siswa Berdasarkan Refleksi Siswa

Hari Pertama

No Hal yang Diperoleh/Dirasa Siswa

Banyak Siswa Rata-rata Kelas Persentase

1

Senang

16

0,197530864

20%

2

Kerja Sama

16

0,197530864

20%

3

Percaya Diri

13

0,160493827

16%

4

Bertanggung Jawab

14

0,172839506

17%

5

Biasa

1

0,012345679

1%

6

Teliti

9

0,111111111

11%

7

Menarik

4

0,049382716

5%

8

Berbagi

1

0,012345679

1%

9

Paham

1

0,012345679

1%

10 Kekompakan

2

0,024691358

2%

11 Peduli

1

0,012345679

1%

12 Lelah

1

0,012345679

1%

13 Aktif

1

0,012345679

1%

14 Disiplin

1

0,012345679

1%

TOTAL

81

1

100%

Hari Kedua

No Hal yang Diperoleh/Dirasa Siswa

Banyak Siswa Rata-rata Kelas Persentase

1

Senang

21

0,25

25%

2

Kerja Sama

12

0,142857143

14%

3

Percaya Diri

11

0,130952381

13%

4

Bertanggung Jawab

12

0,142857143

14%

5

Biasa

1

0,011904762

1%

6

Teliti

11

0,130952381

13%

7

Menarik

2

0,023809524

2%

8

Kekompakan

2

0,023809524

2%

9

Peduli

2

0,023809524

2%

10 Lumayan Menyenangkan

1

0,011904762

1%

11 Membingungkan

1

0,011904762

1%

12 Cermat

1

0,011904762

1%

13 Tertantang

1

0,011904762

1%

14 Tidak Egois

1

0,011904762

1%

15 Toleransi

1

0,011904762

1%

16 Menghargai Teman

1

0,011904762

1%

17 Kerja Keras

1

0,011904762

1%

18 Jenuh

1

0,011904762

1%

19 Lebih Suka Pelajaran Biasa

1

0,011904762

1%


(3)

(4)

Perhitungan Data Kuesioner Siswa Suka Matematika dan Pembelajaran PPR

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 3 0 3 1 3 2 3 3 3 4 3 5 3 6 3 7 3 8 3 9 4 0

1 Adelina Difta 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 Aji Prakoso 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

3

Alfina Nur

Rokhmah 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

4

Alifia Zahra

Pramesti 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 Allanis Mourena 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 Andrea Maharani 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

7

Andri Septiya

Pratama 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 8 Anggara Pradana 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9

Aulia Wan

Totoen 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

10 Dandy Annafi 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

11

Edelweiss

Maheswari 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

12 Fris Alif Aditya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

13

Firmansyah

Ismudion 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 14 Galih Ardian 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

15 Hafidh Firnas 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 16 Idham Katon 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

17 Ifada Nurcita 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 18 Intan Chaya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 19 Jeany Latifa 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

20

Kiki Salwa

Larasati 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

21

Mawquf Ulul

Harshad 2 4 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 22 Muh Adikka 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3


(5)

23 Muh Fajar 2 3 3 4 2 3 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

24 Muh Rafi 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

25

Odhistha

Maharani 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 26 Raden Muh Zufar 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

27 Raihan Adi 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 28 Rani Dzakya 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

29 Rudi Prasetyo 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 Salsabila Maysa 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

31

Supriyati Yuli

Astuti 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

32 Syafa Fitrananda 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 Tarissa Widhi 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 Vijna Putri 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

35 Yusuf Faras 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Keterangan:

Warna kuning:

pernyataan suka dengan matematika

Warna merah muda:

pernyataan tidak suka dengan matematika

Warna biru:

pernyataan suka dengan pembelajaran yang telah dikembangkan

Warna hijau:

pernyataan tidak suka dengan pembelajaran yang telah dikembangkan

Warna merah:

siswa yang tidak suka pernyataan

Perhitungan:

1.

Pernyataan suka dengan matematika :

2.

Pernyataan tidak suka dengan matematika :


(6)

3.

Pernyataan suka dengan pembelajaran yang telah dikembangkan :

4.

Pernyataan tidak suka dengan pembelajaran yang telah dikembangkan :


Dokumen yang terkait

Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 4

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

4 55 533

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Implementasi perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada topik kubus yang mengakomodasi teori van Hiele di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 1 217

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 369

Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 250

Implementasi paradigma pedagogi reflektif pada pembelajaran keterampilan berdiskusi siswa kelas VIII SMP N 8 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 4 175

Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan paradigma pedagogi reflektif dengan model pembelajaran jucama dan penggunaan alat peraga pada materi pythagoras kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakart

1 11 370

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta

0 29 531

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan pedagogi reflektif untuk topik himpunan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 - USD Repository

0 5 408