HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas secara lengkap tentang hasil penelitian yang mecakup tentang penjelasan proses pengembangan, dan diskripsi kualitas perangkat pembelajaran serta untuk menjawab tiga pertanyaan tentang 1 pengembangan perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar balok dengan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele, 2 kualitas dari perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar balok dengan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele, 3 respon guru dan siswa terhadap pembelajaran materi bangun ruang sisi datar balok dengan PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele. A. Hasil Penelitian Hasil penelitian pengembangan ini dilakukan peneliti dengan prosedur pengembangan Sugiyono, yang telah dimodifikasi sehingga penelitian ini hanya sampai revisi produk setelah uji coba produk pada sampel terbatas. Prosedur pengembangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Potensi dan Masalah Penelitian pengembangan terlebih dahulu dilakukan dengan analisis kebutuhan di kelas VIII E di SMP N 1 Yogyakarta. Analisis kebutuhan ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara. Observasi dilakukan di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta untuk mencari menemukan informasi mengenai potensi dan masalah yang muncul dalam pembelajaran, sedangkan wawancara dilakukan dengan guru untuk memperjelas hasil observasi. Berdasarkan data observasi dan wawancara yang diperoleh, peneliti dapat melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan serta memanfaatkan potensi siswa. Observasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran matematika berlangsung pada semester genap tahun ajaran 20152016 kelas VIII E di SMP N 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat bahwa siswa memiliki rasa keingintahuan yang tinggi serta aktif dalam pembelajaran. Hal ini terlihat ketika siswa memahami penjelasan terlebih dahulu dan jika belum paham siswa tidak malu bertanya kepada guru. Namun disamping itu peneliti juga menemukan masalah yaitu siswa kurang mampu merefleksikan dan mengevaluasi proses pembelajaran sehingga materi yang diperoleh tidak dikembangkan dan aspek afektif siswa kurang dikembangkan pada proses pembelajaran. Selain itu, guru terkadang merasa kesulitan dalam mengkondisikan kelas karena kebanyakan siswa cenderung aktif dan banyak bertanya meskipun hal yang ditanyakan tidak berkaitan dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran ini menggunakan kurikulum 2006 tetapi proses pembelajarannya sudah mulai menggunakan pendekatan saintifik. Dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI demikian, terlihat jika pendekatan saintifik belum dilakukan dengan baik dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Wawancara dilakukan dengan guru matematika kelas VIII E di SMP N 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara tersebut guru menggunakan pendekatan saintifik namun belum sepenuhnya terlaksana karena kegiatan diskusi dan presentasi belum maksimal. Di kelas VIII E SMP N 1 Yogyakarta ada beberapa siswa yang masih kurang dalam memahami materi sehingga harus diberi perhatian khusus untuk memahami materi dan untuk melanjutkan ke pembahasan selanjutnya. Proses pembelajaraan yang dialami siswa sudah sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa namun dalam mewujudkan hal tersebut guru mengalami kesulitan dalam membuat LKS yang berbeda-beda sesuai tingkat perkembangan siswa. Selanjutnya guru juga sudah mengaitkan proses pembelajaran dengan kehidupan di sekitar siswa, sehingga siswa sudah terbiasa untuk mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Materi yang dinilai sulit diajarkan bagi guru adalah materi bangun ruang sisi datar. Siswa masih kesulitan dalam mengaitkan hubungan antara bangun ruang sisi datar. Guru juga menyampaikan bahwa alat peraga yang digunakan guru masih terbatas, sehingga alat peraga hanya digunakan oleh guru dan beberapa siswa yang ingin mencoba saja sedangkan siswa lain hanya memperhatikan. Guru mengatasi kendala keterbatasan alat peraga yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dialami oleh siswa dengan cara siswa ditugaskan untuk membuat alat peraga seperti jaring-jaring bangun ruang. Hal tersebut direspon oleh siswa meskipun jaring-jaring yang dibuat masih seadanya. 2. Pengumpulan data Pengumpulan data diperoleh dari potensi dan masalah yang peneliti temukan. Data diperoleh dari hasil wawancara guru, observasi aktivitas guru di kelas, aktivitas siswa di kelas. Wawancara dilakukan terhadap guru kelas untuk melihat pembelajaran yang telah dilaksanakan dari sudut pandang guru. Observasi dilakukan di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta untuk menemukan dan memperjelas masalah yang muncul dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penelti dapat menemukan beberapa potensi siswa dan guru untuk mengembangkan proses pembelajaran yang dilakukan. Potensi tersebut diantaranya mayoritas siswa tergolong siswa yang aktif, mau bertanya dan kritis ketika menanggapi sesuatu. Hal ini nampak saat banyak siswa yang sering menjawab pertanyaan guru, siswa berani bertanya mengenai materi yang belum paham, siswa berani menyampaikan kritikan jika terdapat sesuatu yang kurang tepat. Siswa terbiasa mengaitkan materi dengan kehidupan di sekitarnya sehingga hal ini akan memudahkan proses pembelajaran. Namun ada beberapa siswa yang masih kurang mampu dalam memahami materi sehingga harus diberi perhatian khusus untuk memahami materi dan untuk melanjutkan ke pembahasan selanjutnya. Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam memahami materi bangun ruang sisi datar. Siswa tidak memiliki kendala yang berarti dalam sifat-sifat bangun ruang sisi datar, hanya saja siswa masih merasa kesulitan dalam melukis bangun ruang sisi datar, membedakan dalam menghitung luas permukaan maupun volume bangun ruang sisi datar dan memahami keterikatan antara bangun ruang sisi datar. Guru juga menyampaikan bahwa alat peraga yang digunakan guru masih terbatas, sehingga tidak semua siswa dapat memanfaatkan alat peraga yang tersedia. Untuk mengatasi kendala tersebut guru memberi tugas siswa untuk membuat alat peraga seperti jaring-jaring bangun ruang. Guru sudah menggunakan penilaian kognitif, afektif dan psikomototrik hanya saja guru masih kurang dalam menilai afektif dan psikomotorik karena guru masih merasa kebingungan dalam membuat rubrik dan skala penilaiannya. Siswa masih kurang dilatih untuk merefleksikan dan mengevaluasi proses pembelajaran sehingga materi yang diperoleh tidak dikembangkan dan aspek afektif siswa kurang dikembangkan pada proses pembelajaran. Saat peneliti mengadakan wawancara awal dengan guru, peneliti menanyakan mengenai pengetahuan Paradigma Pedagogi Reflektif dan teori PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Van Hiele yang digunakan ketika proses pembelajaran. Namun guru masih merasa asing dengan PPR maupun teori Van Hiele. Selanjutnya peneliti menjelaskan rangkuman PPR dan teori Van Hiele agar menambah wawasan guru dan guru dapat mempersiapkan diri saat mengajar di dalam kelas. 3. Desain Produk Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka peneliti merancang pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan mengakomodasi teori Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar topik balok. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru dan siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Adapun desain produk perangkat pembelajaran matematka yang dibuat peneliti berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, bahan ajar, Lembar Kerja Siswa LKS, dan penilaian. Berikut ini merupakan paparan dari perangkat pembelajaran tersebut.

a Silabus

Silabus yang dikembangkan oleh peneliti berpedoman pada silabus yang ada di sekolah dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dan fase Van Hiele untuk materi balok. Silabus ini terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, karakter, indikator, penilaian yang berupa teknik, bentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan instrumen, alokasi waktu, sumber belajar. Untuk lebih jelasnya peneliti melampirkan silabus pada lampiran 11 halaman 244. Indikator dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan melihat dari standar kompetensi dan kompetensi dasar serta mempertimbangkan nilai- nilai kemanusiaan yang dikembangkan siswa competence, conscience dan compassion. Indikator tersebut untuk mengukur atau mengobservasi perilaku siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran pada silabus ini menggunakan tata cara pelaksanaan PPR konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi yang mengakomodasi fase pembelajaran Van Hiele. Guru membimbing siswa untuk mengembangkan karakter-karakter conscience percaya diri, tanggung jawab, ketelitian dan kerja sama dan compassion saling membantu dan saling menghargai pada diri siswa. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator. Setiap indikator yang dikembangkan menjadi 3 aspek penilaian yaitu competence mengandung unsur kognitif dan psikomotorik dan conscience serta compassion mengandung unsur afektif. Peneliti menggunakan beberapa buku sebagai sumber belajar yang digunakan untuk menyusun silabus dan kegiatan pembelajaran seperti buku Matematika untuk SMP Kelas VIII dari Wilson dan Sukino, Matematika untuk SMP MTS Kelas VIII Semester 2 dari M.Cholik dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sugijono, dan Perangkat Pembelajaran Matematika Bangun Ruang SMP dari Rahmatya Nurmeidina. Alat dan bahan yang dipersiapkan untuk menunjang proses pembelajaran antara lain slide proyektorLCD, laptop, LKS, balok, kerangka balok, jaring-jaring balok, kubus satuan dan kotak transparan yang berbentuk balok. b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP RPP disusun untuk setiap pertemuan yang terdiri dari dua rencana pembelajaran, masing-masing dirancang selama 80 menit. Kegiatan pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar. Pola pembelajaran ini menggunakan PPR yaitu pembelajaran yang mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang disesuaikan dengan konteks siswa, yang dikembangkan melalui dinamika pengalaman, refleksi dan aksi kemudian diakhiri dengan evaluasi. Peneliti merancang RPP dengan berpedoman pada silabus yang telah dibuat. RPP yang dikembangkan memiliki komponen yang terdiri dari: identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, nilai kemanusiaan, pendekatan dan metode pembelajaran, alokasi waktu, skenario pembelajaran, alat dan media pembelajaran, sumber pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Untuk lebih jelasnya peneliti melampirkan RPP pada lampiran 12 halaman 250. Identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator sesuai dengan silabus yang telah dibuat oleh peneliti. Untuk tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan indikator dengan melihat dari standar kompetensi dan kompetensi dasar serta mempertimbangkan nilai- nilai kemanusiaan yang dikembangkan siswa competence, conscience dan compassion. Penelitian ini tidak menggunakan pendekatan, model ataupun metode pembelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dan mengakomodasi teori Van Hiele dengan diskusi kelompok dan tanya jawab berbantu alat peraga untuk menumbuhkembangkan pribadi siswa. Perbedaan RPP yang dikembangkan peneliti dengan RPP lainnya adalah pada langkah-langkah pembelajarannya. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP ini menerapkan PPR menggunakan dengan fase pembelajaran Van Hiele pada kegiatan inti. Penelitian ini menggunakan 5 komponen dari PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi yang akan dikemas dalam 3 tahap, yakni pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Berikut ini merupakan tahap-tahap kegiatan pembelajaran: 1 Pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan guru menunjukkan perwujudan dari PPR yang berupa konteks yang dikemas dalam apersepsi dan motivasi. Kegiatan pendahuluan ini bertujuan untuk mengingatkan siswa pada materi yang sudah dipelajari sebelumnya lalu mengajak siswa untuk melihat contoh atau aplikasi balok dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk memancing rasa ingin tahu siswa mengenai balok dan kaitannya dengan bangun ruang sisi datar yang lain. Selain itu, juga untuk memotivasi siswa agar tertarik mengikuti proses pembelajaran karena aplikasi balok banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan pendahuluan, guru juga menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian dari kegiatan pembelajaran, rencana kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan didampingi oleh guru serta nilai-nilai afektif yang dicapai dari proses pembelajaran ini. 2 Kegiatan Inti Pada kegiatan inti guru menunjukkan perwujudan atau implementasi dari PPR yang berupa pengalaman yang mengakomodasi fase Van Hiele berbantu alat peraga dengan tujuan agar siswa dapat memahami konsep balok. Kegiatan ini diantaranya guru menunjukkan benda berbentuk balok yang dapat digunakan dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa diminta untuk memberikan pendapatnya atau dapat menyebutkan contoh aplikasi balok yang lain dalam kehidupan sehari-hari, hal ini diharapkan dapat menarik rasa ingin tahu siswa. LKS diharapkan membantu siswa untuk memahami konsep dengan baik dan tidak hanya sekedar dihafalkan. LKS dikerjakan secara kelompok agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik dalam kelompok. Hal ini dapat ditunjukkan dengan saling membantu satu dengan yang lain. Di akhir proses diskusi, siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya sedangkan siswa yang lain diperbolehkan untuk menanggapi. Guru memfasilitasi siswa untuk membahas hasil diskusi, mengoreksi jika ada kesalahan dalam pengerjaan. 3 Penutup Pada kegiatan penutup guru menunjukkan perwujudan atau implementasi dari paradigma pedagogi reflektif yang berupa refleksi, aksi dan evaluasi. Kegiatan ini meliputi guru mengajak siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran yang sudah dilakukan dengan menemukan nilai kemanusiaan yang didapatkan dalam pengalaman. Sebagai aksi, siswa juga diajak untuk membuat, merancang, dan menghasilkan benda yang berbentuk balok yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai evaluasi guru dapat memberikan tugas pada siswa mengenai materi balok agar siswa mengaplikasikan pengetahuan dan rumus untuk mengerjakan berbagai soal yang terkait dalam masalah balok. Untuk menunjang proses pembelajaran, peneliti menggunakan beberapa buku sebagai sumber belajar, alat dan bahan ajar yang sudah dijelaskan dalam silabus. Sistem penilaian dikembangkan menjadi 3 instrumen penilaian competence, conscience dan compassion. Mengenai prosedur penilaian dijelaskan lebih lanjut pada tahap penilaian. c Lembar Kerja Siswa LKS LKS dikembangkan dengan berdasarkan teori Van Hiele sebagai acuan kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan PPR. LKS digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga pada setiap pertemuan menggunakan LKS dengan kegiatan yang berbeda-beda berdasarkan indikator yang dikerjakan secara kelompok. Struktur LKS terdiri dari: judul, identitas siswa nama anggota kelompok, kelas, dan presensi; waktu; alat peraga yang digunakan; tujuan kegiatan; petunjuk umum pengerjaan; langkah kegiatan; dan kesimpulan. Petunjuk umum pengerjaan dan langkah kegiatan disusun dengan bahasa yang tidak ambigu sehingga siswa dapat memahami instruksinya. Untuk lebih jelasnya peneliti melampirkan LKS 1 dan 2 pada lampiran 14 halaman 270. Lembar kerja siswa pada pertemuan pertama menjelaskan tentang sifat-sifat, unsur-unsur dan jaring-jaring balok. Pada tahap konteks, siswa membahas bagian-bagian dan sifat-sifat balok serta diajak untuk menggali nilai kemanusiaan yang nampak pada keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari. Pada tahap pengalaman mengakomodasi fase Van Hiele, pada tahap ini siswa masih membahas bagian-bagian dan sifat-sifat balok. Fase informasi terlihat saat siswa menggali informasi untuk mencari sisi, titik sudut dan rusuk. Fase orientasi terarah atau terpadu siswa mengetahui ciri-ciri dan dapat menyebutkan diagonal sisi, diagonal ruang serta bidang diagonal dengan menggunakan kerangka balok. Fase eksplisitasi membahas jaring-jaring balok dimana siswa diminta untuk membongkar balok dengan cara mengiris bagian rusuk balok. Fase orientasi bebas siswa mengambar jaring-jaring yang telah diiris pada kertas berpetak. Fase yang terakhir adalah fase integrasi, siswa meninjau kembali dan meringkas materi yang telah dipelajari. Refleksi dilakukan siswa dengan menuliskan perasaan, nilai kemanusiaan serta manfaat setelah mempelajari materi pada lembar refleksi yang telah diberikan guru. Aksi dapat berupa niat atau rencana yang dilakukan siswa setelah mempelajari materi, setelah itu siswa membuat benda berbentuk balok yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Tahap evaluasi berisikan rangkuman materi yang siswa tulis berdasarkan pemahaman siswa. LKS pada pertemuan kedua menjelaskan tentang luas permukaan dan volume balok. Kegiatan pembelajaran memuat tata cara pelaksanaan PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Tahap konteks nampak ketika siswa mengaitkan banyak kertas kado minimal yang dibutuhkan untuk membungkus sebuah kado dengan luas permukaan balok. Tahap ini siswa juga diajak untuk menggali nilai kemanusiaan yang nampak pada keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari. Fase informasi pada Van Hiele yang terlihat dalam siswa menggali informasi dengan melihat jaring-jaring balok untuk menemukan luas permukaan balok. Selanjutnya pada tahap pengalaman siswa masih membahas luas permukaan balok. Pada fase orientasi terarah atau terpadu siswa menemukan rumus luas permukaan balok dengan menggunakan jaring-jaring balok. Fase eksplisitasi pada LKS membahas volume balok dengan mencermati alat peraga kubus satuan yang dimasukkan kedalam kotak transparan hingga penuh lalu menemukan rumus volume balok. Fase orientasi bebas, siswa mengerjakan latihan soal dengan materi luas permukaan dan volume balok. Pada fase integrasi, siswa meninjau kembali materi yang telah dipelajari serta membahas latihan soal yang telah dikerjakan. Refleksi dilakukan siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan menuliskan perasaan, nilai kemanusiaan serta manfaat setelah mempelajari materi pada lembar refleksi yang telah diberikan guru. Aksi dapat berupa niat atau rencana yang dilakukan siswa setelah mempelajari materi, setelah itu siswa membuat benda berbentuk balok yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Tahap evaluasi berisikan rangkuman materi yang siswa tulis berdasarkan pemahaman siswa. d Bahan Ajar dan Media pembelajaran Bahan ajar dikembangkan dengan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan mengakomodasi teori Van Hiele. Bahan ajar memuat konteks, pengalaman, evaluasi, refleksi dan aksi. Tahap konteks berisi ajakan bagi siswa untuk mengenal bangun balok dengan memberi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari serta memotivasi siswa tentang kegunaan dan manfaat mempelajari balok dalam kehidupan sehari-hari. Tahap pengalaman berisi kegiatan yang mempelajari materi balok, unsur-unsur, sifat-sifat, jaring-jaring, luas permukaan balok dan volume balok. Tahap refleksi berisi arahan agar siswa melakukan refleksi dan menuliskan hasil refleksi mengenai pembelajaran hari ini dalam kertas dan dikumpulkan. Tahap aksi berisi arahan agar siswa menuliskan aksi yang mencerminkan nilai kemanusiaan berdasarkan pengalaman belajar, membuat jaring- jaring balok, serta membuat benda berbentuk balok yang dapat berguna PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI untuk kehidupan sehari-hari. Tahap terakhir yaitu evaluasi berisi ajakan bagi siswa untuk merangkum dan menuliskan ringkasan materi yang mereka pelajari sepanjang pertemuan dengan pemahaman masing-masing siswa. Media yang digunakan dalam pembelajaran materi balok adalah power point dan gambar-gambar benda berbentuk balok. Power point digunakan untuk menjelaskan kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, motivasi, apersepsi maupun kaitan dengan kehidupan sehari-hari. Power point membuat siswa lebih mudah untuk berkonsentrasi dan memahami materi sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran. Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran materi balok adalah balok, kerangka balok, jaring-jaring balok, kubus satuan dan kotak transparan yang berbentuk balok. Balok digunakan sebagai contoh benda konkret yang dipelajari. Kerangka balok digunakan untuk menemukan unsur-unsur dan sifat-sifat pada balok. Jaring-jaring balok digunakan untuk menemukan rumus luas balok. Kubus satuan dan kotak transparan yang berbentuk balok digunakan untuk menemukan rumus volume balok. Sumber belajar yang dipakai oleh peneliti berasal dari berbagai sumber, baik dari guru, buku maupun internet. Sumber buku yang digunakan oleh peneliti yaitu Matematika untuk SMP Kelas VIII dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Wilson dan Sukino, Matematika untuk SMP MTS Kelas VIII Semester 2 dari M.Cholik dan Sugijono, Paradigma Pedagogi Reflektif dari Subagya, van Hiele. Sumber belajar dari internet yang digunakan oleh peneliti yaitu Perangkat Pembelajaran Matematika Bangun Ruang SMP dari Rahmatya Nurmeidina. Untuk lebih jelasnya peneliti melampirkan bahan ajar pada lampiran 13 halaman 261.

e Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dirancang berdasarkan penilaian dalam PPR dan indikator. Setiap indikator yang dikembangkan menjadi 3 instrumen penilaian competence, conscience dan compassion. Penilaian tersebut serupa dengan penilaian kognitif, psikomotorik dan afektif. Competence mengandung unsur kognitif dan psikomotorik. Conscience dan compassion mengandung unsur afektif. Untuk lebih jelasnya peneliti melampirkan penilaian competence pada lampiran 15 halaman 280 serta conscience dan compassion pada lampiran 16 halaman 285. Penilaian competence dilihat dari tes tertulis berbentuk tes uraian yang diberikan pada siswa. Tes hasil belajar ini dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal. Tes ini digunakan untuk mengetahui tahap berpikir siswa sesuai tahap berpikir geometri Van Hiele mengenai materi balok. Soal tes yang dibuat sebanyak 4 butir berupa soal uraian. Keempat soal tersebut telah disesuaikan dengan indikator-indikator dalam silabus. Penilaian conscience dan compassion dilihat dari pengamatan pada sikap dan perilaku siswa di dalam kelas dengan menggunakan rubrik penilaian. Penilaian conscience merupakan aspek yang erat yang menekankan suara hati, terutama untuk memahaman mengenai nilai-nilai teliti, percaya diri, kerjasama dan tanggung jawab. Penilaian Compassion merupakan aspek afektif yang dikembangkan sebagai kemampuan untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan. Aspek ini merupakan aspek dalam PPR yang menekankan sikap saling menolong dan saling menghargai. Kriteria penilaian conscience dan compassion terlampir dalam lampiran 16 halaman 285. 4. Validasi Desain Desain perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan perlu diujicobakan. Desain tersebut perlu divalidasi oleh ahli terlebih dahulu sebelum diujicobakan. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui perangkat pengajaran yang disusun menjadi valid dan layak untuk diimpelmentasikan. Dalam penelitian ini, validasi dilakukan oleh ahli yang sudah berpengalaman yaitu 1 dosen dan 1 guru. Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran DOSEN GURU RATA-RATA KRITERIA SILABUS 4 4.38 4.19 Baik RPP 3.56 4.46 4.01 Baik BAHAN AJAR 3.6 4.8 4.2 Baik LKS 3.38 4.54 3.96 Baik PENILAIAN Competence 3.5 4.5 4 Baik 3.5 4.5 4 Baik Conscience 4 4.55 4.27 Sangat Baik 4 3.8 3.9 Baik Compassion 4.4 4.5 4.45 Sangat Baik 4.4 4.4 4.4 Sangat Baik TOTAL 4.14 Baik Hasil validasi menunjukkan skor rata-rata 4.14 . Artinya perangkat yang telah dikembangkan termasuk kategori BAIK sesuai dengan tabel 3.8 hal 75. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran sudah dirancang oleh peneliti layak untuk diujicobakan pada saat penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti melampirkan hasil validasi perangkat pembelajaran terdapat pada lampiran 8 halaman 183 5. Revisi Desain Setelah divalidasi oleh para ahli, peneliti melakukan revisi untuk memperbaiki produk yang diketahui kekuranganya. Kelemahan produk tersebut kemudian diperbaiki oleh peneliti dengan tujuan produk akan lebih bermutu. Produk yang direvisi meliputi empat bagian prototipe perangkat pembelajaran yaitu bahan ajar, penilaian, RPP dan LKS. Tujuan revisi desain adalah untuk memperbaiki produk supaya lebih bermutu dan berkualitas. Tabel 4.2 Revisi Disain Perangkat Pembelajaran Perangkat Pembelajaran Sebelum Sesudah Silabus Belum menyampaikan aspek conscience dan compassion pada kolom karakter. Karakter: Percaya diri, Tanggung jawab,Ketelitian, Kerja sama, Saling membantu dan Saling menghargai Menambahkan keterangan aspek conscience dan compassion pada kolom karakter. Karakter: -Consience Percaya diri, Tanggung jawab, Ketelitian, dan Kerja sama -Compassion Saling membantu, Saling menghargai RPP Terdapat kalimat yang kurang tepat pada bagian kegiatan pembelajaran. ‘Guru melibatkan siswa-siswa untuk mengetahui dan menyebutkan unsur-unsur balok dengan menggunakan kerangka balok’ Memperbaiki kalimat menjadi lebih efektif dan sesuai dengan komponen yang dimaksud. ‘Siswa menggali informasi untuk mengetahui dan menyebutkan unsur-unsur balok dengan menggunakan kerangka balok’ Bahan Ajar Terdapat beberapa gambar yang belum jelas dan beberapa gambar belum ada keterangan. Memperbaiki gambar dan menambahkan keterangan pada gambar. LKS Terdapat kalimat yang kurang tepat pada bagian konteks dan terdapat gambar yang kurang sesuai dengan pembelajaran. ‘Bagaimana cara mengukur luas permukaan kertas kado yang dibutuhkan?’ Kalimat pada konteks dibuat lebih efektif agar lebih mudah dipahami oleh siswa dan mengganti gambar yang lebih sesuai dengan bahasan dalam LKS. ‘bagaimana cara mengukur luas permukaan minimal kertas kado yang dibutuhkan?’ Penilaian Competence Terdapat soal yang tidak sesuai dengan kenyataan. ‘Sebuah bak kamar mandi berukuran panjang 120 cm, lebar 100 cm, dan tingginya 80 Mengganti soal yang lebih sesuai dengan kenyataan. ‘Sebuah bak kamar mandi berukuran panjang 150 cm, lebar 120 cm, dan tingginya cm. Bak tersebut diisi air yang debitnya: 12 litermenit. Berapa waktu yang diperlukan bak hingga berisi air penuh’ 90 cm. Bak tersebut diisi air yang debitnya: 12 litermenit. Berapa waktu yang diperlukan bak hingga berisi air penuh’ Penilaian Concsience Terdapat skala penilaian yang kurang jelas ‘Kurang baik jika setengah- setengah dan belum konsisten dalam mengerjakan tugas yang diberikan secara bersama- sama’ Memperbaiki dan memperjelas skala penilaian Kurang baik jika ada usaha untuk mengerjakan tugas kelompok secara bersama- sama namun masih diingatkan oleh guru ataupun teman lain Penilaian Compassion Terdapat skala penilaian yang kurang jelas ‘Sangat baik jika sudah menunjukkan mau mendengarkan pendapat teman dan tidak memaksakan pendapatnya ’ Memperbaiki dan memperjelas skala penilaian ‘Sangat baik jika sudah menunjukkan adanya usaha untuk membantu teman dalam memecahkan masalah dengan konsisten’ 6. Ujicoba produk Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi oleh ahli kemudian direvisi sesuai dengan masukan dan kritik yang diberikan oleh para ahlivaidator. Setelah peneliti melakukan revisi, selanjutnya perangkat pembelajaran diujicobakan di kelas VIII E SMP N 1 Yogyakarta. Uji coba produk dilakukan untuk meyakinkan bahwa produk yang dibuat telah layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti melakukan uji coba produk di kelas VIII E di SMP Negeri 1 Yogyakarta. Tujuan dari uji produk untuk meyakinkan bahwa produk yang telah dibuat layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba terbatas dilakukan sebanyak 5 kali yakni 2 kali pembelajaran, 1 kali ulangan harian balok dan 2 kali ulangan remedial. Pembelajaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dilakukan dengan alokasi waktu 4 jam perlajaran x 40 menit. Sedangkan untuk ulangan harian dan remedial alokasi waktunya 60 menit. Adapun jadwal pelaksanaan uji coba terbatas adalah sebagai berikut. Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk No Hari Tanggal Waktu Materi 1 Rabu, 30 Maret 2016 Jam 1-2 Unsur dan jaring-jaring balok 2 Jumat, 1 April 2016 Jam 1-2 Luas permukaan dan volume balok 3 Selasa, 12 April 2016 Sepulang sekolah Ulangan harian balok 4 Rabu, 27 April 2016 Sepulang sekolah Remedial 1 balok 5 Rabu, 4 Mei 2016 Jam 1-2 Remedial 2 balok Uji coba produk perangkat pembelajaran dilakukan agar guru lebih memahami desain produk yang telah dibuat dan dapat menerapkannya secara langsung. Sedangkan peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengetahui sejauh mana produk yang digunakan guru sesuai dengan rancangan peneliti. Berikut ini merupakan keterangan kegiatan pembelajaran di dalam kelas Pertemuan pertama a. Konteks Guru mengajak siswa mengingat kembali mengenai materi bangun datar persegi, persegi panjang serta materi sebelumnya tentang kubus dan menyatakan bahwa materi tersebut akan berkaitan dengan pelajaran yang akan dipelajari. Sebelumnya telah disediakan powerpoint oleh peneliti untuk menjelaskan kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, motivasi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI apersepsi maupun kaitan dengan kehidupan sehari-hari, namun karena kondisi proyektor tidak memungkinkan untuk digunakan sehingga penjelasan tersebut disampaikan secara lisan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, nilai kemanusiaan dan cakupan materi tentang unsur-unsur dan jaring-jaring balok pada pertemuan 1 secara lisan. Dalam kegiatan motivasi siswa diajarkan nilai kepedulian lingkungan yaitu menyimpan, membuat ataupun menggunakan sesuatu dari bahan daur ulang agar mengurangi produksi sampah dan membuang sampah pada tempatnya. Tahap konteks terlihat pada transkripsi uji coba pembelajaran pada pertemuan pertama yang membahas mengenai motivasi, apersepsi, tujuan pembelajaran. 1. G :”Kalian dulu waktu SD pernah membahas mengenai balok, masih ingat kan? Coba sebutkan benda yang berbentuk balok yang ada di lingkungan sekolah Masih ingat kan pelajaran balok?” 2. S 4 : “Almari” 3. S 5 :”Speaker” 4. S 6 :”Kotak obat” 5. S 7 :”Ini bu, LCD.” 6. S 8 :“Tempat tisu” 7. S 9 :“Kardus handphone” 8. G :“Iya, ternyata banyak sekali benda yang berbentuk balok di lingkungan sekitar kita.” 9. Guru menunjukkan contoh kardus berbentuk balok. 10. G :”Barang-barang seperti kardus ini sebenarnya dapat didaur ulang menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat untuk menyimpan, membuat ataupun agar mengurangi produksi sampah dan membuang sampah pada tempatnya.” 11. S 10 :”Kayak apa contohnya bu?” 12. G :”Contohnya saja tempat pensil kalian dapat memanfaatkan dari bungkus bekas makanan lalu dihias terus bisa jadi tem pat pensil.” 13. S 11 :”Kreatif yaa” 14. S 12 :”Wah pasti lucu tuh.” 15. S 13 :”Bisa dicoba dirumah itu.” 16. G :”Iya, kalian bisa coba dirumah selain hemat juga jadi kreatif.” Transkripsi uji coba pada petemuan pertama mengindikasikan adanya kegiatan Paradigma Pedagogi Reflektif tahap konteks, yaitu siswa mengamati cotoh yang dijelaskan oleh guru mengenai balok, mengaitkan dengan benda- benda di sekitar dan menyebutkan contoh balok. Dari pembelajaran tersebut siswa dapat mengetahui contoh yang ada di lingkungan sekitar serta mengetahui manfaat dari balok. b. Pengalaman Pelaksanaan pengalaman dalam paragdigma pedagogi reflektif tampak pada kegiatan inti. Pada tahap pengalaman terdapat beberapa kegiatan, yaitu guru menjelaskan materi secara singkat tentang balok. Guru menggunakan metode diskusi untuk menyampaikan materi yang diajarkan. Siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap conscience percaya diri, tanggung jawab, teliti dan kerja sama serta sikap compassion saling mebantu dan saling menghargai dengan menggunakan metode diskusi. Pelaksanaan pengalaman mengakomodasi fase Van Hiele berbantu alat peraga dengan tujuan agar siswa dapat memahami konsep bangun ruang sisi datar topik balok. 1 Fase Informasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Fase informasi dalam tahapan pembelajaran Van Hiele ditunjukkan dari kegiatan guru memberikan informasi kepada siswa berupa contoh balok dalam kehidupan nyata. Pada hari itu guru menggunakan benda-benda yang berbentuk balok yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumnya siswa diminta untuk membawa benda yang berbentuk balok yang ada di sekitar siswa untuk menggali informasi unsur-unsur balok. Guru membentuk siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang dan masing-masing kelompok diberikan LKS 1. Pengalaman fase informasi terlihat pada transkripsi uji coba pembelajaran pada pertemuan 1 yang akan membahas informasi mengenai unsur-unsur balok. 43. G : “Kemarin kalian diminta untuk membawa benda yang berbentuk balok, sekarang tolong sebutkan benda yang sudah kamu bawa dari rumah.” 44. S 14 : “Tempat tisu” 45. S 15 : “Kardus handphone” 46. S 16 : “Kardus makanan.” 47. Siswa menunjukkan dan menyebutkan benda yang berbentuk balok seperti kardus makanan, kardus handphone, kardus pasta gigi, tempat tisu dll 48. G :“Tentunya sangat banyak benda yang berbentuk balok yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari.” 49. S 17 :”Banyak banget bu, ini saya sampai bawa tiga.” 50. G :”Wah semangat sekali Dion, untuk dapat membuat tempat seperti itu, kalian perlu mengetahui panjang, lebar dan tinggi balok. Sekarang ibu membagi kalian dalam kelompok untuk belajar unsur dan jaring-jaring balok dengan menggunakan lembar kerja, kemudian kita diskusikan.”.” 51. S :”OK.” 52. G :”Anak-anak apakah kalian sudah masuk dalam kelompok masing- masing?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53. S :”Sudah Bu.” 54. G :”Nah jika sudah, silakan perhatikan benda berbentuk balok yang sudah kalian bawa dari rumah dan LKS yang sudah dibagikan.” 55. BS :”Siap Bu.” 56. G :”Bagian-bagian apa saja yang ada pada balok yang kalian miliki?” 57. K 1 :”Rusuk, titik sudut, sisi.” Gambar 4.1 Guru dan Siswa Berdiskusi Tentang Kegunaan Balok dalam Kehidupan Sehari-hari 2 Fase Orientasi Terarah Siswa memahami perintah kerja dan pertanyaan yang diajukan dalam LKS 1. Melalui diskusi kelompok, siswa saling membantu memberi pemahaman LKS 1. Alat peraga yang digunakan siswa berupa kerangka balok dan menggunakan benda yang berbentuk balok yang sudah dibawa dari rumah untuk mempermudah menemukan unsur-unsur dan sifat-sifat balok. Siswa diberi bantuan seperlunya dalam memahami maksud LKS pada kelompok yang mengalami kesulitan. Selama mengerjakan LKS PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siswa banyak mengajukan pertanyaan pada guru. Pada tahap ini ditekankan karakter kerjasama, teliti dan tanggung jawab yang nampak ketika siswa berdinamika kelompok untuk menyelesaikan LKS. Guru tetap membimbing siswa untuk menemukan jawaban yang benar. Siswa juga banyak bertanya kepada guru mengenai jawaban yang kurang jelas bagi mereka. Pengalaman fase orientasi terarah terlihat pada transkripsi uji coba pembelajaran pada pertemuan pertama yang akan membahas mengenai mencari dan menemukan unsur-unsur dan sifat-sifat balok dengan menggunakan alat peraga. 58. Siswa melakukan diskusi secara berkelompok untuk mengidentifikasi bagian-bagian balok dengan panduan LKS kegiatan 1, balok dan kerangka balok. 59. G :”Silakan kalian secara berkelompok berdiskusi dan mengidentifikasi bagian balok.” 60. S 18 : “Bu cari panjang diagonal sisi itu a√2?” 61. K 2 : “Itu kan kalau kubus” 62. S 18 : “Beda ya bu, trus rumusnya gimana?” 63. G : “Iya, karena panjang rusuk kubus berbeda.” 64. K 2 : “Cara mencarinya pakai Pythagoras kan, bu?” 65. G : “Tepat sekali, coba dihitung menggunakan Pythagoras tiap sisinya sama apa tidak?” 66. K 2 : “Gak sama ya, bu, kan ada 3 sisi yang beda ukurannya.” Selama mengerjakan LKS siswa banyak berdisukusi dan tidak malu bertanya pada guru mengenai jawaban yang kurang jelas bagi mereka. Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan rumus panjang diagonal sisi, diagonal ruang maupun bidang diagonal. Gambar 4.2 Guru dan Siswa Menemukan Unsur-unsur Balok Menggunakan Kerangka Balok 3 Fase Eksplisitasi Siswa secara berkelompok membongkar balok dengan cara mengiris bagian rusuk balok lalu menggambarkan jaring-jaring sesuai petunjuk pada LKS 1. Alat peraga yang digunakan siswa berupa balok yang dipotong sehingga membentuk jaring-jaring balok. Siswa diberi bantuan seperlunya dalam memahami maksud LKS pada kelompok yang mengalami kesulitan. Selama mengerjakan LKS siswa banyak mengajukan pertanyaan pada guru. Pada tahap ini ditekankan karakter percaya diri, kerjasama, teliti dan tanggung jawab yang nampak ketika siswa bedinamika kelompok untuk menyelesaikan LKS Pengalaman fase eksplisitasi terlihat pada transkripsi uji coba pembelajaran pada pertemuan 1 dalam melakukan kegiatan membongkar balok lalu menggambarkannya pada kertas berpetak. 67. G : “Apakah kalian sudah selesai mengidentifikasi bagian dan unsur balok?” 68. SS : “Sudah Bu.” 69. G : “Ya baik. Bagaimana apakah kalian menemukan kesulitan dalam mengidentifikasi unsur- unsur balok?” 70. BS :”Ada Bu. Kami awalnya kesulitan dalam menentukan banyak bidang diagonal balok dan rumusnya bu.” 71. G : “Nah kalau diagonal sisi dan diagonal ruang sudah paham belum?” 72. S : “Sudah bu” 73. S 19 : “Bu saya sudah menggunting balok yang saya bawa, tapi kok beda bentukny a sama punyanya Faris.” 74. G : “Balok memang mempunyai 54 jaring-jaring yang berbeda bentuknya namun jika dijadikan bangun tetap jadi bangun balok.” 75. S 20 : “Wah banyak sekali ya bu, ini saya potongnya juga beda sama Faris dan Salsa.” 76. K 3 : “Setelah di potong jadi jaring-jaring trus digambar, bu?” 77. G : “Iya, kalau sudah gambarkan jaring-jaring itu di kertas berpetak.” 78. S 21 : “Ukurannya gimana bu? Kan punya saya jaring-jaringnya besar banget. Gak cukup ini.” 79. G : “Ukurannya menyesuaikan kertas berpetak saja, asalkan gambarnya sama.” 80. K 3 : “Terimakasih bu” 4 Fase Orientasi Bebas Fase orientasi bebas pada pertemuan pertama terlihat dari kegiatan prsesntasi hasil diskusi mengenai pengertian, unsur-unsur, jaring-jaring balok yang telah dipelajari dengan menggunakan kerangka dan jaring- jaring balok yang dilakukan oleh siswa. Pada tahap ini ditekankan karakter percaya diri yang nampak ketika siswa diminta untuk mepresentasikan jawaban di depan kelas. 81. Siswa menyusun laporan hasil diskusi untuk dipresentasikan dan dikumpulkan di akhir pembelajaran sebagai evaluasi. Guru memberikan arahan saat siswa akan menyusun laporan sehingga siswa mudah menyusun laporan diskusi tersebut. 82. G :”Anak-anak jika kalian sudah selesai mengerjakan LKS, maka selanjutnya laporan tersebut silakan dipresentasikan. Ibu akan memilih kelompok secara random untuk mempresentasikan hasil diskusinya.” 83. S :”Oke siap Bu.” 84. G :”Oke kesempatan diberikan pada kelompok 4.” 85. Kemudian kelompok 4 maju untuk menjelaskan diagonal ruang dengan menggunakan kerangka balok. 86. G : “Coba kalian tunjukkan ke teman-teman ada berapa diagonal ruang pada balok?” 87. K 4 : “Ada 4 bu. Satu, dua, tiga, empat.” Siswa menunjukkan diagonal ruang menggunakan kerangka balok. 88. G : “Panjang tiap diagonal ruang itu sama apa beda?” 89. BS : “Sama,” 90. G : “Sama apa beda anak-anak?” 91. S 22 : “Beda bu” 92. K 4 : “Eh sama ya, kan panjang, lebar, tinggi yang berhadapan kan sama?” 93. G : “Makasih kelompok 4, siapa yang setuju dengan jawaban kelompok 4?” 94. Beberapa siswa mengangkat tangannya menyatakan persetujuan. 95. G : “Iya, panjang diagonal pada diagonal ruang memiliki panjang yang sama.” 96. Setelah kelompok mempresentasikan hasil diskusi, siswa yang lain boleh untuk memberikan tanggapan yang berupa peertanyaan, mengkonfirmasi, melengkapi jawaban ataupun informasi yang berkaitan dengan materi tersebut. Saat kelompok lain presentasi, kelompok yang tidak presentasi memperhatikan jawabanya dan melakukan penilaian pada laporan tersebut, dengan menandai jawaban yang kurang tepat. Berdasarkan transkripsi uji coba fase orientasi bebas diatas, terlihat bahwa siswa membahas LKS yang sudah dikerjakan dan siswa yang lain memberikan tanggapan atas presentasi yang disajikan, meliputi: bertanya, mengkonfirmasi, melengkapi informasi ataupun tanggapan lainnya. 5 Fase integrasi Siswa diberi kesempatan untuk mengkonfirmasikan materi yang telah didiskusikan. Guru membimbing siswa untuk menarik rangkuman mengenai pembelajaran unsur balok dan jaring-jaring balok. Pada tahap ini ditekankan karakter percaya diri yang nampak ketika siswa menanyakan dan mengkonfirmasi materi yang belum dimengerti. Siswa sudah berani mengutarakan hal yang belum dia ketahui sehingga dapat menambah informasi baru. 97. G : “Anak-anak tadi kita telah belajar apa saja?” 98. BS : “Unsur-unsur dan jaring-jaring,” 99. G : “Ada berapa bidang diagonal pada balok, Dandy?” 100. S 15 : “Ada enam bu.” 101. G : “Benar sekali Dandi, apa ada pertanyaan dari materi yang sudah kita pelajari?” 102. S 7 : “Bu diagonal bidang dan bidang diagonal itu sama apa beda?” 103. G : “Pertanyaan yang bagus Raihan, jadi diagonal bidang itu suatu bidang yang menghubungkan rusuk- rusuk yang berhadapan kalau bidang diagonal itu diagonal atau garis yang menghubungkan dua titik sudut dalam satu bidang tapi bukan rusuk.” 104. Guru menjelaskan perbedaan diagonal bidang dan bidang diagonal dengan menggunakan kerangka balok. 105. BS : “Jadi kalau bidang diagonal itu bentuknya garis?” 106. SS : “Berarti bidang diagonal itu diagonal sisi bu?” 107. G : “Tepat sekali anak-anak.” c Refleksi Refleksi terihat ketika guru mengajak siswa untuk berefleksi, dengan memberikan pertanyaan tentang pengalaman yang telah dialami dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi atas materi yang sudah dipelajari dengan menemukan nilai-nilai kemanusiaan dan makna dari materi balok dan dinamika pembelajaran yang terjadi. Guru memberi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI panduan pertanyaan refleksi supaya siswa lebih mudah untuk mengambil nilai dan maknanya. Siswa berefleksi selama pembelajaran dengan menuliskan pengalaman yang telah dirasakan dengan menuliskan hasil pengalamannya di kertas. 108. Guru memfasilitasi siswa untuk berefleksi dengan memberikan pertanyaan tentang pengalaman yang telah dialami dalam proses pembelajaran. 109. G : “Anak-anak setelah kalian mempelajari balok hari ini kalian diminta untuk menuliskan perasaan kalian waktu mengikuti pelajaran, serta manfaat dari mempelajari bangun balok tadi. Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti pelajaran?” 110. SS : “Menyenangkan bu.” 111. BS : “Menambah pengetahuan baru.” 112. BS : “Pelajarannya santai tapi bisa dipahami.” 113. G : “Nilai kemanusiaan apa saja yang diperoleh?” 114. S 8 : “Kerja sama, kekompakan” 115. S 13 : “Tanggung jawab.” d Aksi Guru membimbing siswa untuk menggali nilai kemanusiaan yang telah dipelajari selama proses pembelajaran hari ini dengan memberikan pertanyaan aksi yang berkaitan dengan nilai kemanusiaan yang mereka dapatkan dari pengalaman hari ini. Siswa diberi tugas untuk memanfaatkan balok yang telah dibuat untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 116. Guru mengarahkan siswa untuk merencanakan aksi yang berkaitan dengan nilai kemanusiaan dan materi yang mereka peroleh dari proses pembelajaran. 117. G : “Setelah mempelajari balok, apa manfaat yang kalian dapatkan?” 118. S 5 : “Mengetahui manfaat penggunaan balok.” 119. S 9 : “Ternyata balok banyak digunakan di lingkungan sekitar.” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120. G : “Sudah mengerti unsur-unsur dan jaring-jaring balok?” 121. SS : “Mengerti bu.” 122. G : “Sekarang tugas kalian membuat jaring-jaring balok menggunakan kertas asturo. Jaring-jaring tersebut nantinya akan digunakan untuk membantu kita dalam menemukan rumus luas permukaan balok.” 123. BS : “Ukurannya berapa bu?” 124. G : “Panjang 15 cm, lebar 10 cm dan tingginya 8 cm.” e Evaluasi Pada kegiatan evaluasi guru dan siswa membuat rangkuman tentang materi yang diajarkan serta nilai kemanusiaan yang didapatkan dalam pengalaman. Di akhir pembelajaran guru menyampaikan pesan untuk mempelajari materi dan mengamalkan nilai kemanusiaan yang telah didapatkan dalam pengalaman 125. Siswa mengumpulkan LKS hasil diskusi selain itu, guru menanyakan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga guru bisa mengetahui sejauh mana penangkapan siswa terhadap materi. 126. G: “Jadi hari ini kita sudah belajar apa saja anak-anak?” 127. SS : “Jaring-jaring balok” 128. BS : “Unsur-unsur balok juga bu.” 129. G : “Apa saja unsur-unsur balok?” 130. SS : “Sisi, titik sudut, rusuk, diagonal sisi, diagonal ruang, bidang diagonal.” Pertemuan kedua a. Konteks Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya mengenai unsur-unsur dan jaring-jaring balok. Sebelumnya telah disediakan powerpoint oleh peneliti untuk menjelaskan kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, motivasi, apersepsi maupun kaitan dengan luas permukaan dan volume balok, namun karena kondisi proyektor tidak memungkinkan untuk digunakan sehingga penjelasan tersebut disampaikan secara lisan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, nilai kemanusiaan dan cakupan materi tentang luas permukaan dan volume balok pada pertemuan 2 secara lisan. Untuk memotivasi siswa, guru menjelaskan kepada siswa bahwa untuk dapat memanfaatkan kardus bekas untuk keperluan lain, misalnya kardus sepatu tersebut setelah dilapisi dengan kertas kado dapat digunakan menjadi tempat tisu. Konteks terlihat pada transkripsi uji coba pembelajaran pada pertemuan kedua yang membahas mengenai motivasi, apersepsi, tujuan pembelajaran. 6. G : “Langsung kita mulai pelajaran saja, ya, masih ingat kemarin kita belajar apa?” 7. BS : “Unsur-unsur dan jaring-jaring balok.” 8. G : “Hari ini kita akan melanjutkan materi kemarin tentang menemukan luas dan permukaan balok. Proyektornya sudah bisa digunakan?” 9. BS : “Masih belum bisa, bu.” 10. G : “Yasudah ibu bacakan saja kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran .” 11. Guru membacakan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran. 12. G : “Kemarin ibu lihat ada yang membawa kardus susu, kardus sepatu, kardus tersebut sebenarnya dapat digunakan jadi benda yang lebih bermanfaat lho. Ada yang pernah memanfaatkan kardus be kas?” 13. S 1 : “Bungkus kado” 14. S 2 : “Celengan” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. S 3 : “Dulu pernah bikin pigura dari kardus bekas bu.” 16. G : “Nah banyak sekali manfaat dari kardus bekas yang kita dapat. ” 17. S 4 : “Coba diperhatikan dulu, yang akan kita pelajari hari ini adalah menemukan rumus dan menghitung luas permukaan serta volume balok. Untuk jaring-jaring sudah kita pelajari pada pertemuan kemarin kan ya?” 18. SS : ”Iya Bu.” 19. G : ”Oke selajutnya kalian akan mengerjakan dalam kelompok lagi seperti kemarin, sekarang silahkan kalian masuk ke kelompok masing- masing” 20. SS : “Siap Bu” Transkripsi uji coba pada petemuan kedua mengindikasikan adanya kegiatan konteks, yaitu siswa mengamati cotoh yang dijelaskan oleh guru mengenai balok, mengaitkan dengan benda-benda di sekitar dan menyebutkan contoh balok. Dari pembelajaran tersebut siswa dapat mengetahui contoh yang ada di lingkungan sekitar serta mengetahui manfaat dari balok. b. Pengalaman 1 Fase informasi Siswa menunjukkan jaring-jaring balok yang telah dibuat dirumah serta mengidentifikasi jaring-jaring balok. Selanjutnya siswa menemukan informasi untuk menentukan luas permukaan balok. Selama siswa mengerjakan LKS, siswa banyak bertanya kepada guru mengenai informasi jaring-jaring balok. Guru membimbing siswa untuk menemukan rumus luas permukaan balok dan siswa berusaha untuk mencari tahu cara untuk menemukan rumus luas permukaan balok. Gambar 4.3 Guru dan Siswa Mengidentifikasi Jaring-jaring Balok Pengalaman pada fase informasi terlihat pada transkripsi uji coba pembelajaran pada pertemuan 2 yang membahas informasi mengenai luas permukaan balok. 21. Guru meminta siswa untuk masuk dalam kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya dan masing-masing kelompok diberikan LKS 2. 22. G : “Kemarin kalian diberi tugas untuk membuat jaring-jaring balok, sudah kalian buat dirumah kan?” 23. SS : “Sudah Bu.” 24. G : “Coba tunjukan jaring-jaring tersebut.” 25. Guru berkeliling dan siswa menunjukan jaring-jaring yang sudah dibuat dari rumah. 26. G : “Ibu sudah melihat jaring-jaring yang sudah kalian buat, jaring-jaring tersebut akan kita gunakan untuk menemukan konsep luas permukaan balok. Balok memiliki berapa sisi?” 27. BS :“Enam bu” 28. G :”Dari jaring-jaring yang sudah kalian bawa, kalian dapat menentukan luas permukaan balok. Ada yang tau bagaimana menemukan luas permukaan balok?” 29. BS :”Gimana yaaa?” 30. S 5 :“Sisi-sisinya dijumlahkan.” 31. S 6 :”Cuman 6 berarti?” 32. G :”Masih kurang, ada pendapat lain?” 33. S 7 :”Jumlah sisi-sisinya dijumlahkan” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. S 8 :”Weh pie kuwi?” 35. S 9 :”Luas sisi-sisinya dijumlahkan.” 36. S 10 :”Iyaaa luas 6 sisi trus dijumlahkan.” 37. G :“Iya, benar cara mencari luas permukaan balok yaitu menjumlahkan luas keenam persegi panjang tersebut.” 2 Fase orientasi bebas Siswa memahami perintah kerja dan pertanyaan yang diajukan dalam LKS 2. Melalui diskusi kelompok, siswa saling membantu memberi pemahaman LKS 2. Siswa mencermati alat peraga kubus satuan yang dimasukkan kedalam kotak transparan hingga penuh. Pada fase ini siswa diminta untuk menemukan volume balok seperti menentukan banyak kubus satuan yang dimasukkan ke dalam kotak transparan. Siswa mengamati alat peraga kubus satuan dan menemukan rumus volume balok. Guru tetap membimbing siswa untuk menemukan jawaban yang benar. Siswa juga banyak bertanya kepada guru mengenai jawaban yang kurang jelas bagi mereka. Gambar 4.4 Siswa Menemukan Rumus Volume Balok dengan Menggunakan Alat Peraga Kubus Satuan Pengalaman pada fase orientasi terarah terlihat pada transkripsi uji coba pembelajaran pada pertemuan 2 yang membahas mengenai mencari dan menemukan volume balok dengan menggunakan alat peraga. 38. Guru membimbing siswa untuk melakukan percobaan pada LKS kegiatan 2 dengan memperagakan dengan alat peraga yang dipersiapakan untuk guru. 39. K 1 : “Bu, ini apa gunanya kotak-kotak di wadah ini?” 40. G : “Itu untuk menemukan volume balok” 41. K 1 : “Wah bisa ya, bu?” 42. K 1 : “Gimana caranya?” 43. G : “Coba kalian cermati, wadah itu berbentuk balok. Untuk mencari rumus volume balok berarti kalian harus memenuhi isi dari wadah tersebut .” 44. K 1 : “Isinya kubus kotak-kotak ini, bu?” 45. G : “Iya, kalian sudah mengenal panjang, lebar dan tinggi. Berdasarkan pengetahuan yang sudah kalian pelajari, coba kalian penuhi wadah balok tersebut untuk menemukan volume balok. ” 3 Fase eksplisitasi Siswa menuliskan rumus permukaan dan volume berdasarkan percobaan. Jika ada siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan maka guru memberikan bimbingan dan arahan, guru juga memberikan arahan kepada siswa untuk mengajari teman sekelompoknya yang belum mengerti. Siswa juga dilatih peduli terhadap teman yang belum memahami pelajaran yang diajarkan. 46. S 10 : “Bu Tika, kok bisa menemukan rumus volume dengan menggunakan kubus satuan?” 47. K 2 : “Kan tadi kita udah coba bareng-bareng, Dan.” 48. S 10 : “Tadi aku gak perhatiin hehe.” 49. K 2 : “Piye to Dan, tadi kita udah suruh coba bareng kok.” 50. G : “Volume itu apasih?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51. K 2 : “Volume itu isi, ya bu?” 52. G : “Benar anak-anak, volume itu isi dari wadah ini. Jika kalian sudah mengisi penuh wadah, dengan memperhatikan panjang lebar dan tingginya coba kalian jumlahkan kubus satuan yang masuk dalam wadah.” 53. K 2 : “Oh jadi panjang, lebar dan tingginya dijumlahkan?” 54. S 11 : “Loh kok dijumlahkan? Bukannya dikalikan ya bu?” 55. G : “Iya, Dika, kalau panjang, lebar dan tingginya di kalikan tapi kalau kubus satuannya dijumlahkkan.” 56. S 11 : “Oh paham bu, jadi rumus volume itu panjang X lebar X tinggi.” 57. Siswa menuliskan penemuaan rumus volume balok secara runtut di papan tulis. Lalu siswa yang lain mengoreksi jawaban kelompoknya dengan jawaban yang ada di papan tulis. 58. Setelah selesai melakukan percobaan tersebut, ada perwakilan kelompok yang menuliskan dan memahami penemuan rumus balok dari percobaan yang sudah dilakukan dengan bahasa mereka sendiri. Guru memotivasi siswa untuk saling mengajari teman sekelompoknya yang belum mengerti. Dalam hal pembelajaran ini, siswa diajak untuk menumbuh kembangkan rasa peduli terhadap teman dan lingkungan sekitarnya. 4 Fase orientasi bebas Fase orientasi bebas pada pertemuan 2 terlihat dari kegiatan presentasi hasil diskusi mengenai luas permukaan dan volume balok serta penyelesaian masalahnya. Siswa yang lain memberikan tanggapan atas presentasi yang disajikan, meliputi: bertanya, mengkonfirmasi, melengkapi informasi ataupun tanggapan lainnya. Pada tahap ini ditekankan karakter percaya diri yang nampak ketika siswa diminta untuk mepresentasikan jawaban di depan kelas. 59. Siswa menjelaskan hasil pekerjaannya di depan kelas. 60. K 3 : “Cara menemukan rumus luas balok adalah menjumlahkan luas seluruh permukaan pada jaring- jaring balok ini.” 61. K 4 : “Kalau sudah berbentuk balok gimana? Bukan jaring-jaring PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lagi? ” 62. G : “Siapa yang mau mencoba menjawab pertanyaan kelompok 4?” 63. K 5 : “Saya bu” 64. G : “Iya coba perwakilan kelompok 5, Rani.” 65. S 12 : “Bangun balok kalo dibongkar menjadi jaring-jaring balok, nah jadi sama saja cara mencari luas permukan balok dengan menjumlahkan luas sisi- sisi balok.” 66. G : “Tepat Rani, sebenarnya cara menghitung permukaan balok sama saja dengan menghitung luas permukaan pada jaring- jaring balok.” 5 Fase integrasi Fase integrasi pada pertemuan 2 terlihat dari kegiatan membahas soal latihan yang sudah dikerjakan mengenai luas permukaan dan volume balok serta penyelesaian masalahnya. Guru dan siswa membuat rangkuman tentang pembelajaran hari ini. 67. Guru mengajak siswa untuk menyelesaikan pertanyaan pada bagian akhir dari LKS 2 dan membahasnya bersama dengan kelompok lain. 68. G : “Anak-anak coba perhatikan pekerjaan yang sudah kerjakan - teman- temanmu, ada yang beda apa tidak?” 69. K 6 : “Bu kami belum tau cara merubah satuan liter menjadi volume.” 70. G : “Kalian dulu sudah pernah mempelajarinya waktu SD kan” 71. K 6 : “Lupa bu hehe.” 72. G : “Gimana caranya merubah liter ke volume?” 73. S 13 : “Liter itu dm 3 kan bu?” 74. G : “Iya, Raihan.” 75. K 6 :“Berarti cara hitung volume bak mandi itu kecepatan airnya dijadiin dm 3 ?” 76. G : “Betul sekali, jadi satuan kecepatan air kan liter sedangkan volume itu dm 3 trus kecepatan airnya dijadiin satuan volume baru dibagi antara volume air dengan kecepatan air per menit baru ditemukan waktu yang diperlukan untuk mengisi air.” 77. K 6 : “Owalah gitu to” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78. G :” Oke, bagaimana yang lain apakah masih ada pertanyaan dari materi balok?” 79. BS :”Sejauh ini belum Bu.” 80. G :”Belum itu karna sudah benar-benar paham atau malah bingung apa yang mau ditanyakan?” 81. S 14 :”InsyaAllah paham kok Bu.” 82. G :”Wah oke berarti udah pada siap ulangan balok nih..” c. Refleksi 83. Guru memfasilitasi siswa untuk berefleksi dengan memberikan pertanyaan tentang pengalaman yang telah dialami dalam proses pembelajaran. 84. G : “Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti pelajaran?” 85. K 7 : “Senang bu, alat peraganya menarik.” 86. S 15 : “Mengasah kreatifitas.” 87. G : “Nilai apa saja yang diperoleh?” 88. S 16 : “Berani menjawab eh percaya diri bu.” 89. S 17 : “Membantu teman yang belum paham.” 90. S 18 : “Tekun berlatih.” d. Aksi 91. Guru memberi tugas kebada siswa berupa aksi atau perbuatan yang berupa membuat benda berbentuk balok yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. 92. G :”Anak-anak untuk aksi dari pembelajaran balok kalian secara berkelompok diminta untuk membuat barang berbentuk balok yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari- hari.” 93. K 1 :”Waah apa dong Bu?” 94. G : “Banyak sekali, setelah mempelajari balok, apa manfaat yang kalian dapatkan?” 95. S 19 : “Mengetahui manfaat penggunaan balok.” 96. S 20 : “Ternyata balok banyak digunakan di lingkungan sekitar.” 97. G : “Ternyata banyak sekali manfaat balok dalam kehidupan sehari-hari, sekarang tugas kalian membuat benda yang berbentuk balok dari kertas astro. Coba kalian manfaatkan pengetahuan kalian dengan mengolah kertas asturo mejadi benda yang berbentuk balok yang bermanfaat.” 98. S 21 : “Seperti kotak pensil, bu?” 99. G : “Iya, kan banyak sekali contoh benda yang berbentuk balok.” 100. S 22 : “Kotak obat juga bisa ya bu” 101. G :”Oyaa jangan lupa selain mengumpulkan hasil karya tersebut, kalian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI juga menyertakan laporannya.” 102. S 22 :”Lalu kapan bu pengumpulannya?” 103. G :”Pengumpulannya besok bersamaan dengan saat kalian ulangan harian balok. Oleh karena itu, masih cukup waktunya untuk kalian membuatnya.” e. Evaluasi 104. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai balok. 105. Guru: “Jadi hari ini kita sudah belajar apa saja anak-anak?” 106. Siswa: “Luas permukaan dan volume balok” 107. Guru: “Bagaimana rumus luas permukaan dan volume balok?” 108. Siswa: “luas permukaan 2 p l + p t + l t” 109. Siswa: “volume p x l x t” 7. Revisi produk Revisi produk akan terus dilakukan jika terdapat kelemahan dalam produk tersebut, tujuan dilakukan revisi produk adalah supaya produk yang dihasilkan dapat digunakan dengan maksimal. Revisi dilakukan berdasarkan masukkan-masukkan terhadap uji coba produk di kelas VIII E di SMP Negeri 1 Yogyakarta apabila masih terdapat kekurangan dalam perangkat pembelajaran. Siswa mengisi kuesioner respon siswa pada uji coba produk. Hasil respon siswa tersebut menunjukkan skor yang tergolong kategori baik. Berikut paparan pelaksanaan uji coba produk yang telah dilaksanakan. Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Produk No Hari Tanggal Waktu Materi 1 Rabu, 30 Maret 2016 Jam 1-2 Unsur dan jaring-jaring balok 2 Jumat, 1 April 2016 Jam 1-2 Luas permukaan dan volume balok 3 Selasa, 12 April 2016 Sepulang sekolah Ulangan harian balok 4 Rabu, 27 April 2016 Sepulang sekolah Remedial 1 balok 5 Rabu, 4 Mei 2016 Jam 1-2 Remedial 2 balok B. Pembahasan Bagian ini membahas mengenahi hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang ada sesuai sesuai pertanyaan penelitian yang telah dibuat peneliti sebelumnya. Peneliti melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yang mengakomodasi teori van Hiele pada materi balok kelas VIII. Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan dari Sugiyono untuk mengembangkan perangkat pembelajaran. Akan tetapi, penelitian yang digunakan oleh peneliti hanya sampai tahap uji coba produk karena adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. Peneliti melakukan uji coba produk di kelas VIII E di SMP N 1 Yogyakarta pada tanggal 30 Maret dan 1 April 2016 dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua pertemuan, sedangkan pertemuan ketiga untuk ujian selanjutnya petemuan keempat dan kelima dilaksaakan remediasi. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan selama 2x40 menit setiap pertemuannya. Karena keterbatasan waktu, pemberian soal tes akhir dilaksanakan di luar jam belajar pada tanggal 12 April 2016 dengan waktu 1x40 menit. Pelaksanaan remedial dilaksanakan diluar jam belajar pada tanggal 28 April 2016 peneliti memberikan remidal karena masih terdapat 11 siswa yang tidak tuntas dalam tes akhir materi balok, dan remedi yang kedua dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2016 dengan jumlah siswa sebanyak 3 siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penelitian ini dilakukan karena peneliti ingin melihat secara langsung pengembangan pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif mengakomodasi teori Van Hiele pada bateri bangun ruang sisi datar pokok bahasan balok. Guru matematika bertindak sebagai pelaksana uji coba produk karena guru ingin mengetahui dan mempraktikan secara langsung produk yang telah dibuat oleh peneliti. Selama pembelajaran peneliti bertindak sebagai observer untuk mengamati guru dan siswa dalam melakasanakan pembelajaran berlangsung. Obsever sudah mengetahui pembelajaran menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan teori Van Hiele. Berikut ini adalah pembahasan dari hasil penelitian pengembangan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan mengakomodasi teori Van Hiele ada materi balok kelas VIII untuk menjawab rumusan masalah yang ada terkait tiga pertanyaan penelitian. 1. Pengembangan perangkat Peneliti menggunakan langkah-langkah pengembangan menurut Sugiyono, tetapi peneliti memodifikasi penelitian ini sehingga hanya menggunakan tujuh langkah pengembangan. a. Potensi dan masalah Peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk menemukan potensi dan masalah di kelas VIII di SMPN 1 Yogyakarta. Observasi dilakukan di kelas VIII E SMPN 1 Yogyakarta, sedangkan wawancara dilakukan dengan guru untuk mendukung hasil observasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 288. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan, peneliti dapat menemukan potensi dan masalah yang dimiliki siswa. Potensi yang ada di kelas VIII E SMPN 1 Yogyakarta adalah siswa memiliki rasa keingintahuan yang tinggi serta aktif dalam pembelajaran. Hal ini terlihat ketika siswa belum paham materi siswa tidak malu bertanya kepada guru. Sedangkan masalah yang dihadapi oleh siswa di kelas VIII E SMPN 1 Yogyakarta adalah alat peraga yang digunakan guru masih terbatas dan siswa kurang mampu merefleksikan dan mengevaluasi proses pembelajaran sehingga materi yang diperoleh tidak dikembangkan. Setelah peneliti memperoleh potensi dan masalah di kelas VIII E SMPN 1 Yogyakarta berdasarkan observasi dan wawancara, selanjutnya peneliti mulai merancang desain perangkat pembelajaran. b. Pengumpulan data Selanjutnya peneliti mencari berbagi informasi atau sumber yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Berdasarkan potensi dan masalah yang ada, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang mengakomodasi teori Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar topik balok. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi pada analisis kebutuhan, observasi pada uji coba produk, soal tes akhir, kuesioner respon siswa, lembar validasi dan dokumentasi yang berupa video hasil penelitian serta rekaman wawancara. c. Desain produk Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, maka peneliti merancang pembelajaran menggunakan Paradigma pedagogi reflektif dengan mengakomodasi teori Van Hiele pada materi bangun ruang sisi datar topik balok. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru dan siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Adapun desain produk perangkat pembelajaran matematka yang dibuat peneliti berupa silabus lampiran 11 halaman 244, RPP lampiran 12 halaman 250 bahan ajar lampiran 13 halaman 261, Lembar Kerja Siswa lampiran 14 halaman 270, dan penilaian. d. Validasi desain Desain produk yang telah dibuat oleh peneliti kemudian divalidasi oleh ahli yaitu yang sudah berpengalaman yaitu 1 dosen dan 1 guru. Hal yang dinilai dalam validasi tersebut adalah apakah perangkat pembelajaran yang dirancang sudah mengakomodasi teori Van Hiele dengan Paradigma Pedagogi Reflektif, apakah peilaian sudah sesuai dengan aspek competence, conscience dan compassion dan apakah perangkat tersebut layak untuk digunakan. Hasil validasi menunjukan kategori dengan skor 4.14 dengan kategori Baik sesuai dengan tabel 3.9 halaman 77 lampiran 8 halaman 183. e. Revisi desain Setelah melakukan validasi desain, terdapat beberapa perangkat yang perlu diperbaiki. Untuk itu, peneliti memperbaiki perangkat pembelajaran sesuai masukkan-masukkan yang diberikan oleh para ahli. Hal ini bertujuan agar perangkat pembelajaran menjadi lebih bermutu dan berkualitas. Peneliti tidak melakukan uji keterbacaan karena tidak menemukan subjek yang sudah membahas materi balok. Namun peneliti sudah melaksanakan validasi oleh para ahli sehingga soal tes akhir sudah layak digunakan untuk siswa. f. Uji coba produk Desain yang sudah direvisi diujcobakan untuk meyakinkan bahwa pembelajaran yang dibuat layak digunakan. Uji coba produk dilakukan oleh 35 siswa di kelas VIII E SMPN 1 Yogyakarta. Guru matematika kelas VIII E bertindak sebagai pelaksana uji coba produk dengan mengajarkan materi balok menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti. Paradigma Pedagogi Reflektif dan fase Van Hiele telah terlihat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut terlihat dari observasi yang dilakukan pada saat uji coba produk. Pada uji coba produk juga dilakukan dokumentasi berupa video kemudian ditranskripsikan. g. Revisi produk Setelah uji coba produk dilakukan, peneliti masih perlakukan perbaikan karena terdapat beberpa kekurangan yang ada pada produk perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang telah direvisi tersebut menjadi bentuk prototype. 2. Kualitas perangkat pembelajaran Produk yang telah selesai diujicobakan dan direvisi telah menjadi bentuk prototype. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai prototype perangkat pembeajaran dan prosesnya. a. Silabus Silabus dibuat dengan menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dan fase Van Hiele untuk materi bangun ruang sisi datar topik balok dan menjelaskan karakter competence, conscience dan compassion Silabus yang dikembangkan juga telah divalidasi ole para ahli yaitu 1 dosen dan 1 guru. Hasil dari validasi silabus ini menunjukkan skor 4.19 dengan kategori baik sesuai dengan tabel 3.9 halaman 77 lampiran 8 halaman 183. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dirancang untuk 2 kali pertemuan. Materi yang dikembangkan dalam RPP adalah Balok. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP ini menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif menggunakan dengan fase pembelajaran Van Hiele pada kegiatan inti. Penelitian ini memuat 5 komponen dari Paradigma pedagogi reflektif yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi yang akan dikemas dalam 3 tahap kegiatan pembelajaran, yakni pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup RPP yang dikembangkan juga telah divalidasi oleh para ahli yaitu 1 dosen dan 1 guru. Hasil dari validasi RPP ini menunjukkan skor 4.01 dengan kategori baik sesuai dengan tabel 3.9 halaman 77 lampiran 8 halaman 183. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk melihat keterlaksanaan tahapan pembelajaran sesuai dengan produk pada uji coba produk. Pelaksanaan RPP ini sudah baik hal ini dapat dilihat pada hasil observasi uji coba produk pada lampiran 6 halaman 161. Selain itu peneliti juga membuat uji coba produk yang berisi kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir. Transkripsi uji coba produk ini ada pada lampiran 23 halaman 312. c. Lembar Kerja Siswa LKS LKS digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sebagai panduan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. LKS ini dikembangkan dengan berdasarkan teori Van Hiele dan Paradigma Pedagogi Reflektif. RPP yang dikembangkan juga telah divalidasi oleh para ahli yaitu 1 dosen dan 1 guru. Hasil dari validasi LKS ini menunjukkan skor 3.96 dengan kategori baik sesuai dengan tabel 3.9 halaman 77 lampiran 8 halaman 183. d. Bahan Ajar Bahan ajar digunakan untuk mempermudah siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Bahan ajar berisi tentang materi bangun ruang sisi datar topik balok. Bahan ajar yang telah divalidasi oleh para ahli dengan memperoleh skor 4.2 dengan kategori baik sesuai dengan tabel 3.9 halaman 77 lampiran 8 halaman 183. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dilihat lebih lengkapnya pada lampiran 13 halaman 261.

e. Penilaian

Penilaian dibuat berdasarkan tujuan pembelajaran. Penilaian dirancang berdasarkan penilaian dalam Paradigma pedagogi reflektif, dimana terdapat 3 aspek yang dinilai yaitu competence, conscience, dan compassion. Penilaian competence dilihat dari tes tertulis yang diberikan pada siswa. Soal tes yang dibuat sebanyak 4 butir berupa soal uraian yang merepresentasikan tahap berpikir siswa berdasarkan Teori Van Hiele. Tes bangun ruang sisi datar ini telah divalidasi oleh para ahli yang memperoleh skor 4 dengan kategori baik sesuai dengan tabel 3.9 halaman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 lampiran 8 halaman 183. Penilaian dan hasil jawaban siswa dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 327. Penilaian conscience dan compassion dilihat dari pengamatan pada sikap dan perilaku siswa di dalam kelas pada saat uji coba produk. Penilaian conscience merupakan aspek yang erat yang menekankan suara hati, sedangkan penilaian Compassion merupakan aspek afektif yang dikembangkan sebagai kemampuan untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan. Hasil validasi penilaian conscience dan compassion ini dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 183. Penilaian conscience dan compassion siswa dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 285. Penilaian conscience ini telah divalidasi oleh para ahli memperoleh skor 4,09 dengan kategori baik sesuai dengan tabel 3.9 halaman 77. Penilaian compassion ini telah divalidasi oleh para ahli memperoleh skor 4,43 dengan kategori sangat baik sesuai dengan tabel 3.9 halaman 77. Kualitas belajar juga dapat diukur dengan hasil belajar siswa selama pembelajaran yangt terdapat 3 aspek penilaian yaitu competence, conscience, dan compassion. Ketiga aspek ini dirancang berdasarkan penilaian dalam paradigma pedagogi reflektif yang telah disesuaikan dengan materi yang disampaikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a. Aspek competence Untuk mengetahui penilaian competence dapat dilihat pada tes tertulis yang diberikan pada siswa. Soal tes yang dibuat sebanyak 4 butir berupa soal uraian. Materi yang digunakan dalam pengambilan tes ini adalah balok. Hasil tes digunakan untuk mengetahui tahap berpikir siswa sesuai tahap berpikir geometri Van Hiele mengenai materi balok. Berikut rincian hasil perhitungan nilai akhir pada tes tertulis. 1 Ulangan Harian Ulangan harian dilaksanakan pada tanggal Selasa, 12 April 2016 di kelas VIII E SMP N 1 Yogyakarta. Sebanyak 35 siswa yang mengikuti ulangan harian materi balok. Berikut ini merupakan daftar nilai tes tertulis siswa materi balok: Tabel 4.5 Persentase Ketuntasan Ulangan Harian Kriteria Jumlah Siswa Persentase TUNTAS 24 68,6 REMEDI 11 31,4 TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan tentang persentase ketuntasan siswa saat ulangan harian balok. Siswa yang sudah tuntas atau mencapai KKM sebanyak 24 siswa atau 68,6 dengan kategori baik berdasarkan tabel 3.12 halaman 80. Siswa yang belum tuntas atau remedi sebanyak 11 siswa atau 31,4 lampiran 26 halaman 327. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.6 Persentase Nilai Ulangan Harian Kriteria Jumlah Siswa Persentase 96-100 5 14.29 91-95 5 14.29 86-90 8 22.89 81-85 75-80 6 17.14 75 11 31.4 TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan tentang persentase nilai siswa saat ulangan harian balok. Siswa yang mendapat nilai 96-100 sebanyak 5 siswa atau 14,29. Siswa yang mendapat nilai 91-95 sebanyak 5 siswa atau 14,29. Siswa yang mendapat nilai 86-90 sebanyak 8 siswa atau 22,89. Tidak ada siswa yang mendapat nilai antara 81-85. Siswa yang mendapat nilai 75-80 sebanyak 6 siswa atau 31,4. 2 Remedi Pertama Remedi pertama kali dilaksanakan pada tanggal Rabu, 27 April 2016 di kelas VIII E SMP N 1 Yogyakarta. Sebanyak 11 siswa yang mengikuti remedi materi balok. Berikut ini merupakan daftar nilai remedi pertama siswa materi balok: Tabel 4.7 Persentase Ketuntasan Remedi Pertama Kriteria Jumlah Siswa Persentase TUNTAS 8 72,7 REMEDI 3 27,3 TOTAL 11 100 Tabel tersebut menjelaskan tentang persentase ketuntasan siswa saat remedi pertama balok. Jumlah total siswa yang masih harus remedi adalah 11 orang. Siswa yang sudah tuntas atau mencapai KKM sebanyak siswa atau 72,7 dengan kategori baik berdasarkan tabel 3.12 halaman 80. Siswa yang belum tuntas atau masih remedi sebanyak 3 siswa atau 27,3. Tabel 4.8 Persentase Nilai Remedi Pertama Kriteria Jumlah Siswa Persentase 96-100 2 18,2 91-95 2 18,2 86-90 1 9 81-85 1 9 75-80 2 18,2 75 3 27,3 TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan tentang persentase nilai siswa saat remedi pertama balok. Siswa yang mendapat nilai 96-100 sebanyak 2 siswa atau 18,2. Siswa yang mendapat nilai 91-95 sebanyak 2 siswa atau 18,2. Siswa yang mendapat nilai 86-90 sebanyak 1 siswa atau 9. Siswa yang mendapat nilai antara 81-85 sebanyak 1 siswa atau 9. Siswa yang mendapat nilai 75-80 sebanyak 3 siswa atau 27,3. 3 Remedi Kedua Remedi kedua kali dilaksanakan pada tanggal Rabu, 4 Mei 2016 di kelas VIII E SMP N 1 Yogyakarta. Sebanyak 3 siswa yang mengikuti remedi materi balok. Berikut ini merupakan daftar nilai remedi kedua siswa materi balok: Tabel 4.9 Persentase Ketuntasan Remedi Kedua Kriteria Jumlah Siswa Persentase TUNTAS 3 100 REMEDI 0 TOTAL 3 100 Tabel tersebut menjelaskan tentang persentase ketuntasan siswa saat remedi kedua balok. Jumlah total siswa yang masih harus remedi adalah 3 orang. Siswa yang sudah tuntas atau mencapai KKM sebanyak siswa atau 100 dengan kategori sangat baik berdasarkan tabel 3.12 halaman 80. Namun semua siswa sudah tuntas semua atau mencapai KKM sehingga tidak perlu adanya remedi lagi. Tabel 4.10 Persentase Nilai Remedi Kedua Kriteria Jumlah Siswa Persentase 96-100 91-95 1 33,3 86-90 1 33,3 81-85 1 33,3 75-80 75 TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan tentang persentase nilai siswa saat remedi kedua balok. Tidak ada siswa yang mendapat nilai 96-100. Siswa yang mendapat nilai 91-95 sebanyak 1 siswa atau 33,3. Siswa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mendapat nilai 86-90 sebanyak 1 siswa atau 33,3. Siswa yang mendapat nilai antara 81-85 sebanyak 1 siswa atau 33,3. Tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah 80. b. Aspek conscience Penilaian conscience merupakan aspek yang tekankan suara hati, terutama untuk memahamani mengenai nilai-nilai teliti, percaya diri, kerja sama dan tanggung jawab. Aspek conscience juga dinilai pada saat di dalam kelas dengan menilai sikap dan perilaku siswa. Aspek conscience diukur menggunakan kuesioner yang diberikan saat akhir pembelajaran. Kuesioner menggunakan pengukuran dengan skala lima. Penilaian conscience dan compassion dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 285. 1 Penilaian ketelitian Penilaian ketelitian dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian sikap dan perilaku siswa di kelas. Hasil penilaian sikap ketelitian disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.11 Penilaian Sikap Ketelitian Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase Tidak Baik Kurang Baik 3 8,6 Cukup Baik 25 71,4 Baik 7 20 Sangat Baik TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan penilaian ketelitian siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran materi balok. Tidak ada siswa yang berkelakuan tidak baik maupun sangat baik dalam aspek ketelitian. Sebanyak 3 siswa atau 8,6 yang berkelakuan cukup baik dalam pembelajaran. Sebanyak 25 siswa atau 71,4 yang berkelakuan baik dalam pembelajaran. Sebanyak 7 siswa atau 20 yang berkelakuan baik dalam pembelajaran. 2 Penilaian percaya diri Penilaian percaya diri dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian sikap dan perilaku siswa di kelas. Hasil penilaian sikap percaya diri disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.12 Penilaian Sikap Percaya Diri Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik 25 71,4 Baik 10 28,6 Sangat Baik TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan penilaian sikap percaya diri siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran materi balok. Tidak ada siswa yang berkelakuan tidak baik, kurang baik maupun sangat baik dalam aspek percaya diri. Sebanyak 25 siswa atau 71,4 yang berkelakuan cukup baik dalam pembelajaran. Sebanyak 10 siswa atau 28,6 yang berkelakuan baik dalam pembelajaran. 3 Penilaian kerja sama Penilaian kerja sama dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian sikap dan perilaku siswa di kelas. Hasil penilaian sikap kerja sama disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.13 Penilaian Sikap Kerja Sama Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik 16 45,7 Baik 19 54,3 Sangat Baik TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan penilaian sikap kerja sama siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran materi balok. Tidak ada siswa yang berkelakuan tidak baik, kurang baik maupun sangat baik dalam aspek kerja sama. Sebanyak 16 siswa atau 45,7 yang berkelakuan cukup baik dalam pembelajaran. Sebanyak 19 siswa atau 54,3 yang berkelakuan baik dalam pembelajaran. 4 Penilaian tanggung jawab Penilaian tanggung jawab dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian sikap dan perilaku siswa di kelas. Hasil penilaian sikap tanggung jawab disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.14 Penilaian Sikap Tanggung Jawab Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase Tidak Baik Kurang Baik 3 8,6 Cukup Baik 20 57,1 Baik 8 22,9 Sangat Baik 4 11,4 TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan penilaian sikap tanggung jawab siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran materi balok. Tidak ada siswa yang berkelakuan tidak baik dalam aspek tanggung jawab. Sebanyak 3 siswa atau 8,6 yang berkelakuan kurang baik dalam pembelajaran. Sebanyak 20 siswa atau 57,1 yang berkelakuan cukup baik dalam pembelajaran. Sebanyak 8 siswa atau 22,9 yang berkelakuan baik dalam pembelajaran. Sebanyak 4 siswa atau 11,4 yang berkelakuan sangat baik dalam pembelajaran. c. Aspek compassion Penilaian Compassion merupakan aspek afektif yang dikembangkan sebagai kemampuan untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan. Aspek ini merupakan aspek dalam PPR yang menekankan sikap saling menolong dan saling menghargai. Penilaian conscience dan compassion dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 328. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Penilaian saling membantu Penilaian saling membantu dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian sikap dan perilaku siswa di kelas. Hasil penilaian sikap saling membantu disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.15 Penilaian Sikap Saling Membantu Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik 13 37,1 Baik 22 62,9 Sangat Baik TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan penilaian sikap saling membantu siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran materi balok. Tidak ada siswa yang berkelakuan tidak baik, kurang baik maupun sangat baik dalam aspek saling membantu. Sebanyak 13 siswa atau 37,1 yang berkelakuan cukup baik dalam pembelajaran. Sebanyak 22 siswa atau 62,9 yang berkelakuan baik dalam pembelajaran. 2 Penilaian saling menghargai Penilaian saling menghargai dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian sikap dan perilaku siswa di kelas. Hasil penilaian sikap saling menghargai disajikan pada tabel berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 4.16 Penilaian Sikap Saling Menghargai Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik 13 37 Baik 19 54,2 Sangat Baik 3 8,8 TOTAL 35 100 Tabel tersebut menjelaskan penilaian sikap saling menghargai siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran materi balok. Tidak ada siswa yang berkelakuan tidak baik dan kurang baik dalam aspek saling membantu. Sebanyak 13 siswa atau 37 yang berkelakuan cukup baik dalam pembelajaran. Sebanyak 19 siswa atau 54,2 yang berkelakuan baik dalam pembelajaran. sebanyak 3 siswa atau 8,8 yang berkelakuan sangat baik dalam pembelajaran. 3. Respon guru dan siswa a. Respon Guru 1 Respon guru saat pembelajaran Berdasarkan hasil observasi secara keseluruhan guru terlihat sudah mampu menerapkan PPR dan mengakomodasi teori Van Hiele. Hal itu terlihat dari guru sudah melaksanakan dengan baik aspek-aspek penilaian yang diamati oleh peneliti Lampiran 6 halaman 161. Terlihat dari lembar observasi, guru sudah melakukan aktivitas di kelas dalam melaksanakan interaksi belajar-mengajar sesuai dengan desain produk. Guru sudah melakukan kegiatan prapembelajaran seperti memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan media serta kesiapan siswa dengan cara mengingatkan kebersihan kelas, mengingatkan tugas dari pertemuan sebelumnya, serta mengabsen siswa. Selanjutnya guru membuka pembelajaran dengan melakukan kegiatan apersepsi, menyampaikan indikator, tujuan pembelajaran dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.guru juga sudah menunjukkan penguasaan terhadap materi pembelajaran serta melaksanakan pembelajaran sesuai dengan indikator yang akan dicapai competence, conscience, compassion. Pelaksanaan pembelajaran tidak berlebih atau cukup dari waktu yang telah dialokasikan. Guru sudah menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media seperti kerangka balok, jaring-jaring dan kubus satuan. Namun guru tidak menggunakan power point karena proyektor kelas tersebut sedang rusak. Bahasa yang digunakan guru cenderung santai dan sering menggunakan bahasa daerah. 2 Respon guru saat wawancara Peneliti kembali melakukan wawancara setelah uji coba produk agar peneliti mengetahui kendala, manfaat, dan respon yang dialami oleh guru lampiran 24 halaman 322. Menurut pendapat guru, pelaksanaan pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yang mengakomodasi teori Van Hiele mirip dengan kurikulum 2013 tetapi kurikulum 2013 tidak menggunakan refleksi. Dahulu guru mengalami kesulitan saat pengadaan alat peraga karena guru merasa kesusahan dalam menyiapkan alat peraga dalam jumlah banyak. Sekarang guru merasa alat peraga yang digunakan pada saat penelitian digunakan sudah efektif, sudah bagus dan sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga dapat memancing antusiasme siswa. Kendala yang dialami guru saat menilai conscience dan compassion seperti menilai ketelitian dan tanggung jawab siswa. Guru memberi masukan kepada peneliti agar siswa diberi pertanyaan tentang keinginannya mengikuti pembelajaran yang semacam apa. Hal ini dapat digunakan refleksi juga oleh guru sehingga yang melakukan refleksi bukan hanya murid saja. b. Respon siswa 1 Respon siswa pada saat pembelajaran Siswa terlihat senang dan antusias saat pembelajaran balok berlangsung. Saat melakukan kegiatan pengalaman siswa terlihat saling membantu dan saling menghargai satu dengan yang lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan siswa saling berdisukusi membagi tugas dan mengambil peran dalam kegiatan kelompok. Ada yang berperan sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sekretaris, ada yang mencari materi yang berkatian di buku, ada yang membongkar balok utuk mengetahui jaring-jaring balok, ada pula yang menggambar jaring-jaring balok pada kertas berpetak. Selain itu, siswa semangat dalam berdiskusi menemukan rumus luas permukaan dan volume balok yang difasilitasi dengan alat peraga. Ketika ada salah satu kelomok presentasi, kelompok lain menghargai dengan mendengarkan dan mencermati presentasi tersebut. Seletah dipersilahkan guru untuk menyampaikan pendapatnya, siswa terlihat aktif dan mulai menanggapi presentasi kelompok jika memiliki jawaban yang berbeda atau ingin melengkapi jawaban dari kelompok yang baru saja presentasi. Pada saat menuliskan refleksi, siswa nampak antusias karena siswa dapat menuliskan pengalaman dan perasaan saat pembelajaran. Hasil refleksi sangat menyenangkan bagi peneiti karena rata-rata siswa merasa senang saat pembelajaran berlangsung dan siswa paham dengan materi yang diajarkan. Saat mengisi kuesiner siswa terlihat bersungguh-sungguh dan tidak mengeluhkan apapun. Berdasartkan data penghitungan kuesioner yang telah diisi oleh siswa, rata-rata respon siswa terhadap pelajaran balok adalah 123,91 dengan kategori skala bagus. Hal ini menunjukkan bahwa siswa merespon pembelajaran balok dengan baik. Kuesioner respon siswa dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 344 sedangkan hasil olah data kuesioner respon siswa dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 243. 2 Respon siswa melalui wawancara Setelah pembelajaran berakhir, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa kelas VIII E SMP 1 Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa senang selama proses pembelajaran. Hal itu disebabkan karena pembelajaran yang menyenangkan dan santai. Siswa dapat memahami materi dengan mudah karena siswa merasa tertarik dengan alat peraga yang diperagakan oleh guru dan masing-masing siswa dapat mencoba alat peraga tersebut. Sebelumnya siswa jarang menggunakan alat peraga karena keterbatasan alat, namun sekarang siswa bisa mencoba, bereksperimen dan mempraktikan alat tersebut secara langsung. Siswa merasa tertantang dan berekspresi ketika guru meminta siswa untuk membawa benda berbentuk balok, hal tersebut mendorong imajinasi siswa untuk memikirkan benda-benda berbentuk balok. Siswa membawa beraneka macam benda berbentuk balok, bahkan ada yang membawa lebih dari satu benda. Siswa diberi tugas sebagai aksi untuk membuat jaring-jaring balok, pada tugas kali ini siswa tidak merasa kesulitan karena siswa sudah pernah dilatih untuk menggambar jaring- jaring kubus. Tugas kelompok kedua yang diberikan kepada siswa yaitu siswa membuat aksi berupa membuat benda berbentuk balok yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. Siswa membuat macam- macam benda yang berbentuk balok seperti tempat tisu, kotak pensil, kotak obat dan lain-lain. Sebenarnya mereka ingin lebih bereksperimen membuat tugas tersebut namun karena keterbatasan waktu sehingga siswa membuat tugas aksi menjadi lebih sederhana. Secara keseluruhan siswa merasa senang dan paham dengan pembelajaran yang diberikan karena banyak aspek yang mendukung, siswa menjadi semakin solid dengan teman sekelas karena kebersamaan yang dilakukan. Transkripsi wawacara siswa dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 324. C. Keterbatasan Penelitian Dalam proses pengembangan perangkat pembelajaran balok, terdapat beberapa keterbatasan penelitian diantaranya: 1. Media yang berupa power point dan gambar-gambar tidak dapat ditayangkan karena di kelas tersebut proyektornya rusak dan peneliti baru mengetahui pada saat pelaksanaan uji coba karena kelas tersebut bukan kelas biasanya. 2. Penelitian ini hanya diberi waktu 2 jam pelajaran x 2 pertemuan sehingga ulangan harian dan remedi harus dilaksanakan setelah kegiatan belajar mengajar berakhir. 3. Siswa yang nilainya kurang dari KKM tidak diberi kesempatan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengulang kembali pembelajaran materi balok sehingga mengakibatkan ada siswa yang masih harus remedi setelah remedi pertama. 4. Peneliti tidak melakukan uji keterbacaan karena peneliti tidak menemukan subjek lain yang sudah pernah mempelajari materi balok sehingga peneliti hanya menggunakan validasi oleh para ahli. 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 4

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dengan model pembelajaran problem based learning dan bantuan alat peraga pada materi lingkaran kelas VIII H SMP Negeri 1 Yogyakarta.

4 55 533

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi group investigation di kelas VIII SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 2

Implementasi perangkat pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada topik kubus yang mengakomodasi teori van Hiele di kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 1 217

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran limas dengan teori van Hiele pada kelas VIII A SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2015/2016.

0 3 324

Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 0 240

Implementasi perangkat pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada materi balok yang mengakomodasi teori van hiele di kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 0 250

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

1 2 251

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta

0 1 249

Pengembangan perangkat pembelajaran Matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan jigsaw tipe II pada topik prisma di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015 2016

0 32 420