104
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
kebutuhan hidup, mengalami perkembangan. Bentuk yang tadin- ya sederhana lambat-laun mengalami perubahan: makin halus
dan efektif. Cara memperoleh makanan yang semula hanya men- gandalkan makanan dari alam, berubah setelah mereka mengenal
api. Pada masa neolitikum, mereka mulai bercocok tanam. Dan pada masa perunggu, mereka telah pandai mengecor logam yang
sebelumnya menggunakan tanah liat untuk dibentuk menjadi alat-alat seperti arca, alat-alat tajam, perhiasan.
1. Jenis Manusia Purba di Indonesia
Seperti telah dibahas di atas bahwa di Indonesia banyak ditemukan fosil tengkorak dan tulang-belulang manusia purba. Manusia purba
yang pernah hidup di Kepulauan Indonesia ini banyak jenisnya. Masing-masing mewakili zaman di mana ia hidup.
a. Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba jenis ini hidup pada masa paleolitikum. Meganth- ropus paleojavanicus
artinya manusia-Jawa purba yang bertubuh besar mega. Manusia purba ini diyakini merupakan makhluk
tertua yang pernah hidup di Pulau Jawa. Mereka diperkirakan hidup sekitar 1–2 juta tahun yang lalu. Fosil rahang bawah dan
rahang atas manusia purba ini ditemukan oleh Von Koenigswalg di Sangiran pada tahun 1936 dan 1941. Von Koenigswalg mene-
mukan bahwa Meganthropus ini memiliki rahang bawah yang tegap dan geraham yang besar, tulang pipi tebal, tonjolan kening
yang mencolok dan tonjolan belakang kepala yang tajam serta sendi-sendi yang besar. Melihat kondisi fisiknya disimpulkan
bahwa Meganthropus ini pemakan tumbuh-tumbuhan.
b. Pithecanthropus
4.13 Lembah Sangiran, situs peninggalan Meganthropus
Paleojavanicus.
Sumber: Museium Geologi BandungTitian Ilmu.
Di unduh dari : Bukupaket.com
105
Bab 4 Kehidupan Awal Masyarakat Purba di Indonesia
Pithecanthropus artinya manusia kera, hidup di zaman Paleoli-
tikum. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891, yakni bagian rahang, gigi dan sebagian tulang
tengkorak. Manusia kera ini berjalan tegak dengan dua kaki, dan diperkirakan hidup pada 700.000 tahun yang lalu. Dubois
menemukan fosil Pithecanthropus di Trinil daerah Ngawi pada saat Sungai Bengawan Solo sedang kering, kemudian fosil tersebut
dinamai Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak. Sekarang, nama ilmiah manusia purba Pithecanthropus
erectus dikenal dengan nama Homo erectus. Pithecanthropus memiliki ciri-ciri tinggi badan antara 165-180 cm, volume otak
antara 750-1300 cc dan berat badan 80-100 kg.
Dalam beberapa sumber penelitian diperkirakan Pithecan- thropus adalah manusia purba yang pertama kalinya mengenal
api sehingga terjadi perubahan pola memperoleh makanan yang semula mengandalkan makanan dari alam menjadi pola berburu
dan menangkap ikan.
Peralatan yang telah ditemukan pada tahun 1935 oleh Von Koenigswalg di daerah Pacitan tepatnya di daerah Punung adalah
kapak genggam atau chopper alat penetak dan kapak perimbas. Kapak genggam dan kapak perimbas sangat cocok digunakan
untuk berburu. Manusia purba yang menggunakan kapak geng- gam hampir merata di seluruh Indonesia, di antaranya di Pacitan,
Sukabumi, Ciamis, Gombong, Lahat, Bengkulu, Bali, Flores dan Timor. Di daerah Ngandong dan Sidoarjo ditemukan pula alat-
alat dari tulang, batu dan tanduk rusa dalam bentuk mata panah, tombak, pisau dan belati. Di dekat Sangiran ditemukan alat-alat
berukuran kecil yang terbuat dari batu-batu indah yang bernama flakes
serpihan. Manusia kera Pithecanthropus jenis lain yang berhasil dite-
mukan antara lain: 1 Pithecanthropus mojokertensis atau manusia kera dari Mojo-
kerto, ditemukan di daerah Perning, Mojokerto, pada 1936 – 1941 oleh Von Keonigswalg. Fosil yang ditemukan berupa
tengkorak anak-anak berusia sekitar 6 tahun. Walaupun di- temukan lebih muda dari Pithecanthropus erectus oleh Dubois,
fosil Pithecanthropus mojokertensis ditafsir merupakan jenis manusia purba yang lebih tua usianya dibandingkan dengan
yang lain.
2 Pithecanthropus soloensis atau manusia kera dari Solo, ditemu- kan di daerah Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo,
antara tahun 1931-1934. Fosil penemuan Von Keonigswalg dan Weidenreich ini berupa 11 buah fosil tengkorak, tulang
rahang, dan gigi.
Di unduh dari : Bukupaket.com
106
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
Fosil pithecanthropus ditemukan pula di Cina, tepatnya di gua Chou-ku-tien dekat Beijing. Fosil ini ditemukan oleh ilmu-
wan Cina, Pei Wen-Chung, dan fosil itu dinamai Sinanthropus Pekinensis
. Sinanthropus pun mempergunakan perkakas batu yang sejenis dengan perkakas batu dari Pacitan.
c. Homo sapiens
Homo sapiens merupakan manusia purba modern yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Homo sapiens
disebut pula manusia berbudaya karena peradaban mereka cukup tinggi. Dibandingkan dengan manusia purba sebelumnya, Homo
sapiens
lebih banyak meninggalkan benda-benda berbudaya. Di- duga, mereka inilah yang menjadi nenek moyang bangsa-bangsa
di dunia. Fosil Homo sapiens di Indonesia ditemukan di Wajak, dekat
Tulungagung, Jawa Timur, oleh Von Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil pertama yang ditemukan di Indonesia,
yang diberi nama Homo Wajakensis atau manusia dari Wajak. Fosil ini kemudian diteliti ulang oleh Eugene Dubois. Manusia
purba ini memiliki tinggi badan 130-210 cm, berat badan 30-150 kg, dan volume otak 1350-1450 cc. Homo Wajakensis diperkirakan
hidup antara 25.000 – 40.000 tahun yang lalu. Homo Wajakensis memiliki persamaan dengan orang Australia purba Austroloid.
Sebuah tengkorak kecil dari seorang wanita, sebuah rahang bawah, dan sebuah rahang atas dari manusia purba itu sangat mirip den-
gan manusia purba ras Australoid purba yang ditemukan di Talgai dan Keilor yang rupanya mendiami daerah Irian dan Australia.
Di Asia Tenggara ditemukan pula manusia purba jenis ini di antaranya di Serawak, Filipina, dan Cina Selatan.
Berdasarkan penemuan-penemuan fosil tersebut, timbul per- tanyaan yang mendasar: apakah Homo sapiens manusia modern,
seperti kita merupakan kelanjutan dari manusia Pithecanthro- pus manusia kera? Apakah keduanya masih dalam satu spesies
yang sama? Pertanyaan-pertanyaan tersebut belum bisa dijawab oleh para ahli karena tidak adanya mata rantai yang dapat men-
ghubungkan ”benang merah” antarkeduanya. Sedangkan agama monotheis Islam, Kristen, Yahudi menyatakan bahwa manusia
homo sapiens merupakan keturunan Nabi Adam dan tidak ada sangkut pautnya dengan manusia purba manapun.
2. Jenis Manusia Purba di Luar Indonesia