135
Bab 5 Asal-Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
C. HUBUNGAN KEBUDAYAAN PURBAKALA DI
VIETNAM DAN INDIA DENGAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT PURBAKALA
INDONESIA
Seperti yang telah dijelaskan bahwa cikal-bakal masyarakat Indonesia adalah daerah Campa di Tonkin, Vietnam serta
Kamboja. Dari tempat-tempat inilah nenek-moyang Indonesia mengenal kebudayaan meski masih primitif. Oleh karena itu,
kebudayaan masyarakat di sekitar Indocina, terutama Vietnam, Kamboja, Laos, Indochina dan Myanmar Burma, dan tentunya
India, sangat berkaitan dengan kebudayaan manusia purba di Indonesia. Kebudayaan-kebudayaan yang cukup memengaruhi
kebudayaan nenek moyang bangsa Indonesia adalah kebudayan yang berasal dari Bacson-Hoabinh, Dong Son, Sa Huynh, dan
India. Kebudayaan dari Vietnam ini biasanya berbentuk budaya logam, terutama perunggu. Berdasarkan hasil penelitian, benda-
benda perunggu yang tersebar ke pelbagai wilayah Indonesia melalui jalur darat dan jalur laut. Jalur darat adalah melalui
Muangthai Thailand dan Malaysia, kemudian terus ke Kepulauan Indonesia. Jalur laut adalah dengan menyeberangi
lautan Cina Selatan, Filipina menuju pulau-pulau di Indonesia.
1. Kebudayaan Bacson-Hoabinh
Istilah Bacson-Hoabinh dipergunakan sejak tahun 1920. Istilah ini ditujukan bagi sebuah tempat penemuan alat-alat batu yang khas,
yakni pada satu atau kedua permukaan batu terdapat bekas pangkasan. Tempat temuan kebudayaan Bacson-Hoabinh ini
Gambar 5.8 Peta pusat kebudayaan Bacson-Hoabinh,
Dong Son, dan Sa Huynh di Vietnam.
Sumber: Erlangga
Kata Kunci Bacson-Hoabinh, Dongson,
nekara, sa huyuh, india
Di unduh dari : Bukupaket.com
136
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
hampir ditemukan di wilayah Asia Tenggara hingga Myanmar. Kebudayaan ini berlangsung dari 18.000 hingga 3.000 tahun yang
lalu. Proses berkebudayaan ini masih terus berlangsung di kemudian waktu di beberapa kawasan hingga masa yang lebih baru.
Ciri khas alat batu hasil budaya Bacson-Hoabinh ini adalah penyerpihan pada satu atau kedua sisi permukaan batu kali yang
dapat dikepal oleh tangan. Sering kali seluruh tepian batu tersebut tajam dan hasil penyerpihan inii menunjukkan bermacam-macam
bentuk, misalnya lonjong, segi empat, segi tiga, dan lain-lain. Seorang ahli sejarah, C.F. Gorman, menyatakan bahwa alat-alat
batu paling banyak ditemukan di pegunungan batu kapur di Vietnam utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh.
Selain alat-alat dari batu, di Bacson ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang, dan
sisa-sisa tulang belulang manusia purba yang dikuburkan dalam posisi terlipat dan ditaburi zat warna merah.
Di Gua Xom Trai, masih di Vietnam Utara, ditemukan alat- alat batu yang telah diasah tajam pada sisi-sisinya. Alat ini
diperkirakan berasal dari 18.000 tahun yang lalu. Dalam perkembangan selanjutnya, alat batu yang diasah ini tersebar
hampir di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, alat-alat batu kebudayaan Bacson-Hoabinh bisa dilihat di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi Semenanjung Minahasa, Maluku Utara, Flores, hingga Papua. Di Sumatera, alat-alat batu Bacson-Hoabinh
ada di Lhokseumawe dan Medan. Alat-alat batu ini ditemukan pada bukit-bukit sampah kerang yang berdiameter sampai 100
Gambar 5.9 Alat-alat dari tulang peninggalan
kebudayaan Bacson-Hoabin.
Sumber: www.Brom.com.
Di unduh dari : Bukupaket.com
137
Bab 5 Asal-Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
meter dengan kedalaman 10 meter. Lapisan kerang tersebut bersatu dengan tanah dan abu. Tempat penemuan bukit kerang
tersebut ada pada daerah dengan ketinggian yang hampir sama dengan permukaan garis pantai. Kebanyakan tempat penemuan
alat-alat batu ini di sepanjang pantai, telah terkubur di bawah endapan tanah sebagai akibat dari proses pengendapan yang
berlangsung selama beberapa milenium. Alat-alat batu yang ditemukan di sini adalah yang telah diserpih pada satu sisi
berbentuk lonjong atau bulat telur.
Sementara itu, di Jawa, alat-alat batu kebudayaan Bacson- Hoabinh banyak ditemukan di Lembah Sungai Bengawan Solo.
Alat-alat batu di lembah ini diperkirakan berusia lebih tua dari yang ada di Sumatera. Perkakas batu yang ada di Bengawan Solo
ini belum diserpih atau diasah; batu kali yang dibelah langsung digenggam tanpa diserpih dulu. Menurut Koenigswalg, peralatan
batu itu digunakan oleh manusia purba Jawa, yaitu Pithecanthropus erectus.
Di daerah Cabbenge, Sulawesi Selatan, berhasil ditemukan perkakas-perkakas batu dari masa Pleistosen dan Holosen.
Penelitian juga dilakukan di pedalaman Maros. Dari beberapa penggalian berhasil ditemukan alat serpih berpunggung dan
mkrolit yang disebut Toalian. Perkakas batu Toalian ditafsirkan berasal dari 7.000 tahun yang lalu. Perkembangan batu dari daerah
Maros diperkirakan hampir berbarengan dengan munculnya tradisi membuat tembikar di daerah tersebut.
2. Kebudayaan Dong Son