24
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
menggunakan aksara sebagai lambang bunyi. Dan setelah mulai mengenal tulisan, tradisi masyarakat pun berkembang dan ma-
kin beragam. Setiap daerah di Nusantara makin menemukan jati dirinya sebagai sebuah komunitas yang mandiri serta berbeda
dengan komunitas lainnya.
Kehidupan sebelum masyarakat mengenali tulisan atau aksara disebut kehidupan prasejarah. Setiap bangsa di muka bumi ini
pasti pernah mengalami masa prasejarah. Bangsa-bangsa kuno yang terkenal berkebudayaan tinggi pun, seperti Babilonia, Me-
sopotamia, Asyiria, Yunani, Romawi, Maya-Inka, Cina, India, pasti pernah mengalami era prasejarah yaitu zaman sebelum
mengenal sistem tulis.
Memang, tiap-tiap bangsa mengalami masa pra-aksara berbeda-beda. Masa prasejarah Cina tentu tak sama dengan masa
prasejarah Indonesia. Bangsa Cina telah mengenal sistem aksara jauh sebelum periode Masehi. Sedangkan, rakyat Nusantara baru
mengenal sistem tulis setelah masa masehi. Selain itu, aksara yang dipakai oleh kedua bangsa ini berbeda, Cina memakai aksara Cina
sedangkan Indonesia menggunakan aksara Pallawa. Aksara Pal- lawa ini pun hasil pengaruh dari orang-orang India Selatan.
Akibat dari tiadanya informasi dalam bentuk tulisan ini maka para peneliti sangat sukar untuk mengetahui kehidupan masa
prasejarah ini. Manusia-manusia prasejarah hanya meninggalkan benda dan artefak kebudayaan mereka. Dengan demikian, para
peneliti hanya mampu menafsirkan tentang kehidupan manusia masa prasejarah berdasarkan peninggalan-peninggalan yang dite-
mukan. Kita tak mungkin mengetahui segala kejadian manusia se- cara keseluruhan. Namun, bukan berarti benda-benda prasejarah
tersebut tidak bermanfaat. Benda-benda tersebut memberitakan kepada kita tentang bagaimana manusia-manusia zaman dahulu
memperlakukan alam sekitar.
Salah satu fungsi sejarah adalah untuk memberikan identitas kepada masyarakatnya. Sebuah masyarakat dengan kebudayaan,
nilai-nilai, norma-norma, tradisi, dan adat istiadat yang sama, pasti memiliki jejak-jejak sejarahnya di masa lampau. Dengan
demikian kisah sejarah dianggap perlu untuk menunjukkan jati dirinya yang membedakan dengan masyarakat lainnya. Kisah
sejarah juga dianggap perlu sebagai pengalaman kolektif bersama di masa lampau. Bahkan seringkali garis keturunan yang sama
dapat mempererat rasa solidaritas di antara anggota masyarakatnya
Kata Kunci
Prasejarah, aksara, Hang tuah, simbol.
A. TRADISI MASYARAKAT INDONESIA SEBELUM MENGENAL AKSARA
Di unduh dari : Bukupaket.com
25
Bab 2 Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sebelum dan Sesudah Mengenal Aksara.
secara turun-temurun. Oleh karena itu, suatu kisah sejarah yang dapat menjelaskan keberadaan suatu kolektif dianggap perlu, baik
pada masyarakat sebelum maupun sesudah mengenal tulisan.
Pada masyarakat yang belum mengenal tulisan kisah sejarah disebarluaskan dan diwariskan secara lisan sehingga menjadi
bagian dari tradisi lisan mereka. Sebuah tradisi lisan seringkali mengisahkan pengalaman masa lampau jauh ke belakang, sejak
adanya manusia pertama bahkan sebelum adanya manusia sampai terciptanya suatu kolektif yang dikenal sebagai masyarakat atau
pun suku bangsa.
Sebagai sebuah karya sejarah tradisional maka tradisi lisan tidak menggunakan prosedur penulisan sejarah ilmiah. Karya-
karya yang disebarkan melalui tradisi lisan seringkali memuat sesuatu yang bersifat supra-natural di luar jangkauan pemikiran
manusia. Dalam karya-karya tersebut antara fakta dan imajinasi serta fantasi bercampur baur.
Karya-karya dalam tradisi lisan biasanya dikenal sebagai bagian dari folklor. Tradisi lisan ini antara lain berupa mitos,
legenda, dan dongeng. Tradisi lisan itu kemudian disebarkan dan diwariskan. Dalam pandangan sejarah modern tentunya cerita
rakyat semacam itu tidaklah mengandung nilai sejarah. Akan te- tapi, bagi masyarakat tradisional hal itu dianggap sebagai sesuatu
yang benar-benar terjadi. Cerita itu kemudian dijadikan sebagian dari simbol identitas bersama mereka dan sebagai alat legitimasi
tentang keberadaan mereka.
Gambar 2.2 Seorang tetua Timor dari suku Nabuasa, Nusa
Tenggara, tinggal mencerita- kan kembali asal-usul sukunya
Tradisi lisan.
Sumber: Indonesian Heritage, Bahasa dan Sastra.
Di unduh dari : Bukupaket.com
26
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
Penyebaran dan pewarisan tradisi lisan memiliki banyak versi tentang satu cerita yang sama. Hal ini menunjukkan dalam
penyebaran dan pewarisan tradisi lisan telah terjadi pembiasan dari kisah aslinya, walaupun seringkali tokoh yang menjadi figur
dalam cerita itu adalah tokoh sejarah. Hal ini disebabkan ingatan manusia yang terbatas dan adanya keinginan untuk memberikan
variasi-variasi baru pada cerita-cerita itu. Oleh karena itu, kisah sejarah yang disalurkan lewat tradisi lisan itu akan terus menga-
lami perubahan. Perubahan yang diakibatkan oleh imajinasi dan fantasi dari pencerita. Akibatnya, fakta sejarah itu makin kabur
atau tenggelam sama sekali karena adanya penambahan atau pengurangan dari masing-masing nara sumber.
Contoh lainnya, yaitu epos tentang Hang Tuah, pahlawan Me- layu yang merupakan tokoh sejarah. Karena dijalin oleh berbagai
tambahan dan penafsiran yang subjektif maka tokoh Hang Tuah mengalami proses metamorfosis menjadi tokoh dongeng. Hang
Tuah digambarkan tidak pernah mati. Ia selalu hidup terus dan se- sekali muncul menolong bangsa Melayu. Tradisi lisan Hang Tuah
ini akhirnya dinaskahkan. Akan tetapi, karena penulisannya tidak berazaskan ilmiah, kisah Hang Tuah menyimpang dari fakta seja-
rah sesungguhnya dan menjadi dongeng atau cerita dalam rangka kesusastraan lama. Di Jawa tokoh-tokoh penyebar Islam pada masa
awal penyebaran Islam yang dikenal sebagai para wali, kemudian juga dikenal sebagai tokoh legenda yang memiliki kemampuan
supra-natural dan makamnya dianggap keramat dan ditafsirkan oleh masyarakat yang belum mengenal tulisan. Dalam pewarisan
dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, terdapat banyak keberpihakan dalam penafsiran dan penjelasan suatu peristiwa
masa lalu, walaupun demikian, tradisi lisan memiliki fungsi yang penting bagi masyarakatnya. Tradisi lisan dalam bentuk mitos,
legenda maupun dongeng melukiskan kondisi fakta mental dari masyarakat pendukungnya. Tradisi lisan juga merupakan sim-
bol identitas bersama masyarakatnya sehingga tradisi lisan juga merupakan simbol solidaritas dari masyarakatnya. Tradisi lisan
juga menjadi alat legitimasi bagi keberadaan suatu kolektif, baik sebuah marga, masyarakat maupun suku bangsa.
Sehubungan dengan hal itu, tradisi lisan tidaklah melukiskan kenyataan atau fakta yang sesungguhnya. Walaupun tokoh-tokoh
dan waktu terjadinya peristiwa itu memang benar-benar ada, tetapi keseluruhan kisahnya banyak mengalami perubahan. Hal-hal yang
pada awalnya merupakan fakta atau kenyataan, akhirnya menjadi bentuk mitos dan legenda karena adanya penambahan-penam-
bahan atau pengurangan fakta sejarah. Dalam bentuk mitos dan legenda sulit sekali memisahkan antara fakta dengan kepercayaan
yang ditafsirkan oleh masyarakat yang belum mengenal tulisan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
27
Bab 2 Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sebelum dan Sesudah Mengenal Aksara.
Dalam pewarisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, terdapat banyak keberpihakan dalam penafsiran dan penjelasan
suatu peristiwa masa lalu, walaupun demikian, tradisi lisan memi- liki fungsi yang penting bagi masyarakatnya. Tradisi lisan dalam
bentuk mitos, legenda, maupun dongeng melukiskan kondisi fakta mental mentifact dari masyarakat pendukungnya. Tradisi lisan
juga bisa merupakan simbol identitas bersama masyarakatnya sehingga tradisi lisan juga bisa menjadi simbol solidaritas dari
masyarakatnya. Tradisi lisan ini juga menjadi alat legitimasi bagi keberadaan suatu komunitas yang manyangkut suku bangsa.
Gambar 2.3 Legenda “Lutung Kasarung” dari Jawa Barat,
sejarah yang hingga kini selalu diceritakan.
Sumber: Indonesia Sastra Lisan Heritage: Sejarah Awal.
KEGIATAN 2.1
Carilah tradisi-tradisi lisan yang berhubungan dengan suku-suku bangsa di Indonesia, minimal 5 lima suku bangsa, diskusikan dengan teman-temanmu lalu buatlah resumenya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
28
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
B. JEJAK SEJARAH DALAM MITOLOGI, LEGENDA, FOLKLOR, UPACARA DAN LAGU DI BERBAGAI