Kebudayaan Dong Son HUBUNGAN KEBUDAYAAN PURBAKALA DI

137 Bab 5 Asal-Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia meter dengan kedalaman 10 meter. Lapisan kerang tersebut bersatu dengan tanah dan abu. Tempat penemuan bukit kerang tersebut ada pada daerah dengan ketinggian yang hampir sama dengan permukaan garis pantai. Kebanyakan tempat penemuan alat-alat batu ini di sepanjang pantai, telah terkubur di bawah endapan tanah sebagai akibat dari proses pengendapan yang berlangsung selama beberapa milenium. Alat-alat batu yang ditemukan di sini adalah yang telah diserpih pada satu sisi berbentuk lonjong atau bulat telur. Sementara itu, di Jawa, alat-alat batu kebudayaan Bacson- Hoabinh banyak ditemukan di Lembah Sungai Bengawan Solo. Alat-alat batu di lembah ini diperkirakan berusia lebih tua dari yang ada di Sumatera. Perkakas batu yang ada di Bengawan Solo ini belum diserpih atau diasah; batu kali yang dibelah langsung digenggam tanpa diserpih dulu. Menurut Koenigswalg, peralatan batu itu digunakan oleh manusia purba Jawa, yaitu Pithecanthropus erectus. Di daerah Cabbenge, Sulawesi Selatan, berhasil ditemukan perkakas-perkakas batu dari masa Pleistosen dan Holosen. Penelitian juga dilakukan di pedalaman Maros. Dari beberapa penggalian berhasil ditemukan alat serpih berpunggung dan mkrolit yang disebut Toalian. Perkakas batu Toalian ditafsirkan berasal dari 7.000 tahun yang lalu. Perkembangan batu dari daerah Maros diperkirakan hampir berbarengan dengan munculnya tradisi membuat tembikar di daerah tersebut.

2. Kebudayaan Dong Son

Tradisi perunggu telah dimulai di Vietnam bagian utara sekitar tahun 2.500 SM, jadi 4.000 tahun yang lalu. Kebudayaan perunggu ini berkaitan erat dengan kebudayaan Dong Son dan Go Mun. Jika diperbandingkan dengan daerah Muangthai Tengah dan Timur Laut, Vietnam memiliki bukti-bukti lebih awal mengenai pembuatan benda-benda dari perunggu di Indocina. Benda-benda perunggu yang ada sebelum 500 SM terdiri atas kapak corong, ujung tombak, sabit bercorong, ujung tombak bertangkai, mata panah, pisau, kail pancing, gelang, dan lain-lain. Corong merupakan pangkal yang berongga untuk memasukkan tangkai atau pegangannya. Benda-benda kebudayaan Dong Son merupakan benda logam yang paling banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Jadi, bukan pengaruh budaya logam dari India maupun Cina, melainkan dari wilayah Dong Son di Vietnam Utara. Contoh benda budaya Dong Son yang ditemukan di Indonesia adalah nekara tipe Heger I yang memiliki kesamaan dengan nekara yang tertua dan terbaik di Vietnam. Nekara tersebut memiliki jalur hiasan yang disusun mendatar membentuk gambar manusia, hewan, dan motif geometris. Di unduh dari : Bukupaket.com 138 Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X Perkakas perunggu lain yang ditemukan di wilayah Dong Son serta beberapa kuburan seperti di daerah Vie Khe, Lang Ca, Lang Vac adalah alat-alat rumah tangga berupa mangkuk dan ember kecil. Selain itu ditemukan pula miniatur nekara dan genta, kapak corong, cangkul bercorong, mata panah dan mata tombak bertangkai atau bercorong, belati dengan bentuk antropormofis, gelang, timang, ikat pinggang. Sebuah nekara yang sangat besar berhasil digali di daerah Co Loa, berisi 96 mata bajak perunggu bercorang. Di antara penemuan ini, terdapat pula alat-alat dari besi dengan jumlah yang sedikit. Dari penemuan benda-benda budaya Dong Son diketahui tentang cara pembuatannya, yakni dengan menggunakan teknik cetak lilin hilang, yaitu dengan membuat bentuk benda yang diinginkan dari lilin. Lalu lilin tersebut dibalut dengan tanah liat dan dibakar hingga terdapat lubang pada tanah liat tersebut. Berikutnya, pada cetakan tanah liat itu dituangkan cairan logam dan setelah dingin, tanah liat tersebut dipecahkan. Dengan demikian, terbentuklah benda logam tersebut. Tidak kurang dari 56 nekara yang ditemukan di sejumlah tempat di Indonesia. Nekara banyak ditemui di Sumatera, Jawa, dan Maluku Selatan. Misalnya, nekara yang ada di Makalaman dari Pulau Sangeang, dekat Pulau Sumbawa. Nekara ini memuat motif hiasan bergambar orang-orang berseragam mirip pakaian seragam yang dikenakan Dinasti Han di Cina, Kushan di India Utara, dan Satavahana di India Tengah. Sedangkan, nekara dari Kepulauan Kei di Maluku memiliki hiasan lajur mendatar, berisi gambar kijang dan adegan perburuan macan. Sementara itu, nekara dari Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, memuat hiasan bergambar gajah dan burung merak. Hiasan-hiasan pada nekara-nekara tersebut ternyata tidak dikenal oleh penduduk dari pulau-pulau lain di Indonesia bagian timur tempat di mana nekara-nekara tersebut ditemukan. Maka dari itu, para ahli berpendapat, tak mungkin nekara-nekara tersebut dibuat di tempat penemuannya, melainkan dibawa dari Cina, tempat asli dibuatnya benda-benda tersebut. Ini dilihat pula dari sudut gaya dan kandungan timahnya yang cukup tinggi, sedangkan budaya Dong Son cenderung memakai perunggu. Namun, Von Heine Geldern, peneliti nekara, berpendapat bahwa nekara yang ditemukan di Sangeang ditafsir dicetak di daerah Funan, Vietnam, yang sebelumnya telah dipengaruhi oleh budaya India pada 250 M. Seorang ahli lain, Berner Kempers, menemukan bahwa semua nekara yang ditemukan di Bali bagian timur memiliki empat patung katak pada bagian membran pukulnya. Di samping itu, Nekara di Bali memiliki motif hias yang kurang terpadu; ini Gambar 5.10 Nekara tipe Heger I yang ditemukan di Pulau Sangeang, Nusa Tenggara Timur Sumber: wikiepedia.com Gambar 5.11 Bejana gaya Dong Son di Kerinci, Jambi. Sumber Indonesian Heritage: Sejarah Awal. Di unduh dari : Bukupaket.com 139 Bab 5 Asal-Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia dapat dilihat dari gambar prajurit dan motif perahu yang banyak ditemukan pada nekara-nekara tertua di Vietnam. Berners memberikan gambaran cara nekara tipe Heger I dicetak secara utuh. Awalnya, lembaran lilin ditempelkan pada inti tanah liat yang menyerupai bentuk nekara dan berfungsi sebagai cetakan bagian dalam. Pada lembaran lilin lalu dihiasi dengan cap-cap dari tanah liat atau batu yang bermotif hias berupa gambar perahu dan iring-iringan manusia. Kemudian, lembaran lilin tersebut ditutup dengan tanah liat yang berfungsi sebagai cetakan bagian luar, setelah terlebih dahulu diberi paku-paku sebagai penjaga jarak agar seimbang. Setelah itu, cetakan tersebut dibakar dan lilin pun meleleh keluar dari rongga dan rongga yang kosong tersebut diisi dengan cairan logam panas. Persebaran nekara tipe Heger I mencakup daerah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, serta Maluku Selatan. Selain nekara, banyak ditemukan pula benda-benda perunggu lainnya, seperti patung, perkakas rumah tangga dan bercocok tanam, serta perhiasan.

3. Kebudayaan Sa Huynh