68
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
sejarah serta proses penyusunannya menjadi satu kisah sejarah yang integral menyangkut proses koleksi sejarah. Sudah barang tentu
tidak semua fakta dapat kita masukkan. Kita harus memilih rencana yang relevan dan mana yang tidak. Pemilihan itu tergantung pada
anggapan-anggapan kita. Ini ada hubungannya dengan subjektivitas sejarah yang telah kita jelaskan.
Di dalam interpretasi ini terrnasuk pula periodisasi sejarah. Dalam kenyataannya peristiwa yang satu disusul oleh peristiwa
yang lain tanpa batas-batas dan tanpa putus-putus. Tetapi, di dalam historiografi, kita mengadakan pembagian atas periode-periode
berdasarkan anggapan kita, bahwa tiap-tiap periode itu dirinci menurut hal-hal yang khas. Menurut anggapan orang Indonesia
misalnya, tahun 1945 merupakan batas periode antara masa yang besar di dalam sejarah Indonesia, yakni masa penjajahan dan masa
kemerdekaan. Menurut anggapan sejarawan kolonial Belanda batas periode yang besar itu adalah tahun 1949, yakni “penyerahan
”;
kedaulatan setelah munculnya Perjanjian Meja Bundar, ini menunjukkan perbedaan tafsiran mengenai fakta-fakta tertentu.
4. Historiografi
Tahap ini adalah puncak dalam prosedur penelitian sejarah yang kita lakukan dan sampai kepada bagian terakhir dari metode
sejarah. Pada tahap terakhir ini sejarawan melakukan penyusunan kisah sejarah sesuai dengan norma-norma dalam disiplin ilmu
sejarah. Di antaranya yang paling penting penyusunan tersebut haruslah kronologis. Di samping itu, dalam penulisan kisah
sejarah haruslah diupayakan seobjektif mungkin menghindari adanya penyimpangan. Walaupun demikian, unsur-unsur
Gambar 3.4 Lempengan tembaga bertahun 939 M,
mengatakan bahwa Mpu Sindhok pernah membeli
sebidang tanah
Sumber: Indonesian Heritage: Sejarah Awal
Di unduh dari : Bukupaket.com
69
Bab 3 Metode-Metode Penelitian Sejarah
subjektivitas seringkali sulit dihindari karena perbedaan penafsiran dan latar belakang penulisnya.
Kita telah rnulai dengan menentukan apa yang hendak kita teliti. Kita telah mencari sumber-sumbernya. Kita telah menilai
sumber-sumber itu dan menafsirkan infomasi yang terkandung di dalamnya. Kini tiba saatnya hasil penafsiran atau interpretasi
atas fakta-fakta sejarah itu kita tuliskan menjadi suatu kisah yang selaras.
Di sinilah muncul persoalan yaitu menuntut kemahiran menulis yang dilakukan bagi seorang sejarawan. Masalah bahasa
sejarah tidaklah amat berbeda dengan masalah bahasa di dalam bidang-bidang lain yang mempergunakan bahasa, yakni memakai
bahasa baik dan menghindarkan bahasa buruk.
Kita perlu sadari, bahwa sejarah meskipun disusun berdasarkan bahan-bahan yang telah diolah secara ilmiah, tetap
menyangkut keindahan bahasa karena dituliskan sebagai kisah. Jadi dapatlah disimpulkan, bahwa sejarah juga merupakan suatu
seni. Tetapi bersifat seni sepenuhnya juga tidak karena kita ketahui proses penelitian bahan-bahannya dilakukan secara ilmiah.
Dengan demikian, tampaklah bahwa pada taraf penelitian sumber-sumber sejarah bersifat ilmiah; pada taraf penafsiran dan
penulisannya sejarah bersifat seni.
Ilmu sejarah membuat pembatasan, bahwa fakta-fakta sejarah yang diselidiki itu adalah peristiwa-peristiwa pada masa lampau yang
terjadi dalam masyarakat manusia mengenai perilaku kolektif atau individual. Sejarah sebagai kenyataan itu belum mempunyai bentuk.
Fakta-fakta sejarah itu dapat diibaratkan masih berantakan seperti batu dan tulang-tulang berserakan. Karena itulah harus
dikumpulkan dan disusun dalam bentuk tertentu menurut hubungan-hubungan yang logis dan disusun satu sama lain.
Hubungan-hubungan itu mempunyai sifat-sifat tertentu dalam rangkaian dan kombinasi yang amat banyak jumlahnya. Memberikan
bentuk kepada sejarah itu adalah tugas ilmu sejarah. Fakta-fakta disusun menjadi suatu ceritra sejarah tersebut diberi- fungsi tertentu.
Fakta-fakta sejarah merupakan titik kristalisasi dari suatu proses dalam masyarakat. Kegiatan ilmu memberi bentuk pada sejarah,
yakni menyusun ceritra sejarah, disebut historigrafi penulisan sejarah. Melalui ceritra sejarah kita dapat menghayati kembali dan
merenungkan kembali, segala pengalamam manusia di masa lampau.
Dalam historiografi ada tiga persoalan yang penting, yakni: 1 Peristiwa-peristiwa sejarah manakah yang dianggap patut
dicatat. 2 Bagaimana menghubungkan peristiwa- peristiwa tersebut
satu sama lain. 3 Apakah dan manakah sumber-sumbernya?
Di unduh dari : Bukupaket.com
70
Sejarah SMAMA Jilid 1 Kelas X
Setiap bangsa yang bernegara dan merdeka merasa perlu menuliskan sejarah mengenai perkembangan bangsanya dan
tanah airnya. Sejarah itu adalah sejarah nasional dan bertujuan untuk mengingatkan masa lampau bangsanya. Penulisan sejarah
nasional itu mempunyai fungsi tertentu dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Dalam tahap historiografi ini
sejarawan dapat mengkomunikasikan hasil penelitiannya untuk dibaca oleh khalayak umum.
B. SUMBER, BUKTI, DAN FAKTA SEJARAH