LATAR BELAKANG PENGGAMBARAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM TEATER

commit to user xiii BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan untuk hidup berdampingan bermasyarakat, manusia sangat membutuhkan komunikasi. Dengan melakukan komunikasi, manusia bisa saling tukar informasi dan berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi merupakan salah satu aktivitas kehidupan yang tidak mungkin ditinggalkan. Setiap orang melakukan berkomunikasi, baik secara individu maupun kelompok. Tanpanya, kehidupan sosial tidak akan berjalan sehingga orang tidak bisa menyampaikan apa yang menjadi pendapatnya kepada orang lain. Komunikasi pada dasarnya adalah kegiatan pertukaran pesan dari satu individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lain. Dengan komunikasi, manusia dapat saling mengenal, saling kontak dengan yang lain sehingga terjadi pertukaran informasi, ide, dan pengalaman. Dalam proses penyampaian pesan, komunikasi memerlukan sebuah media sebelum akhirnya sampai pada penerima pesan. Zaman dahulu, sebelum ditemukannya media elektronik, manusia menggunakan media tradisional untuk menyampaikan pesan, antara lain seperti kentongan untuk memberitahukan adanya kematian di suatu daerah, isyarat api yang dapat berarti suatu berita commit to user xiv untuk disampaikan kepada masyarakat, maupun bentuk drama yang disisipi pesan sosial. Di Indonesia sendiri, Sunan Kalijaga menggunakan media wayang kulit untuk penyebaran agama Islam. Kemudian seiring dengan perkembangan teknologi, media komunikasi juga berkembang. Dimulai pada saat ditemukannya mesin cetak yang membawa dampak besar bagi komunikasi, media cetak dan perkembangan pers telah memberi pengaruh yang signifikan dalam proses komunikasi. Dengan keberadaan mesin cetak tersebut maka munculnya surat kabar yang semakin memperluas cakupan komunikasi massa. Lalu disusul kehadiran film pada akhir abad ke-19 sebelum kemudian ditemukan radio dan televisi. Kini, di abad ke-21 dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat telah muncul media komunikasi yang sangat beragam membuat orang semakin mudah melakukan komunikasi. Munculnya internet, siaran streaming dari radio maupun televisi, perkembangan teknologi telepon seluler yang semakin canggih, telah mengubah cara manusia berkomunikasi. Dengan kata lain teknologi telah mendekatkan jarak dan mempersempit waktu, sehingga komunikasi lebih efektif dan efisien. Namun diantara media komunikasi modern tersebut masih terdapat media tradisional yang sampai sekarang masih dipakai, salah satunya adalah teater. Teater yang keberadaannya telah ada sejak 1849 SM sampai sekarang masih bisa eksis diantara gempuran perkembangan teknologi. Selain sebagai media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan kepada khalayak, teater commit to user xv juga berfungsi sebagai media kritik terhadap realitas sosial di masyarakat. Teater yang merupakan media komunikasi tradisional dinilai masih mampu bersanding di antara media-media komunikasi modern yang lainnya. Contoh penggunaan media teater di saat ini antara lain digunakan oleh BKKBN dalam rangka penyuluhan KB pada masyarakat yang dikemas dalam bentuk sandiwara teater, sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat. Demikian juga dengan sebuah partai politik yang menggunakan media teater saat melakukan kampanye di suatu tempat untuk menjaring massa menjelang pemilihan umum. Dengan kelebihannya, media teater yang mempunyai karakteristik berbeda dengan media komunikasi lain, yaitu dengan pesan moral yang disampaikan secara eksplisit melalui aktor dan unsur-unsur di dalamnya, teater diharapkan mampu berkontribusi dalam perubahan sosial. Dalam hal ini, teater mempunyai fungsi antara lain: fungsi propaganda, fungsi media kritik realitas sosial dan penyampai pesan moral kepada audiensnya. Dalam upayanya membangun dan memperlancar komunikasi, sebuah pementasan teater menggunakan simbol dan lambang sebagai medianya. Setiap unsur dalam pementasan merupakan sebuah simbol dari apa yang ingin disampaikan oleh teater tersebut. Simbol diwujudkan melalui dialog, pemilihan kostum, make up, setting panggung, tata cahaya, pilihan musik, maupun gerak tubuh gesture dan mimik sang aktor. Kesemua unsur tersebut saling mendukung dan membentuk sebuah kesatuan suatu bahasa teatrikal yang commit to user xvi digunakan untuk penyampaian pesan kepada penonton agar dapat tersampaikan dengan baik. Seperti yang pernah diungkapkan Arifin C. Noer semasa hidupnya, bahwa teater tak hanya merupakan masalah artistik saja, tetapi juga orientasi budaya, panutan hidup, perilaku, bahkan juga latar belakang sosial-politik dan reformasi estetika serta merupakan sarana penyaluran aspirasi sutradara kepada masyarakat. Dengan pertimbangan inilah media kesenian yaitu teater digunakan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan pesan-pesan mengenai fenomena kehidupan masyarakat. Salah satunya yaitu mengenai kehidupan perempuan yang mengalami kekerasan yang diungkapkan melalui pementasan teater berjudul Wajah Sebuah Vagina. Melalui media teater, diharapkan pesan-pesan mengenai kekerasan terhadap perempuan tersebut bisa sampai kepada khalayak masyarakat. Dikotomi perempuan dan laki-laki diciptakan oleh budaya, mitos dan agama. Pandangan stereotype yang menempel pada perempuan adalah sifat lemah, emosional, kurang cerdas, tidak rasional, tergantung pada laki-laki, dan sebagainya. Sementara laki-laki distereotipkan sebagai sosok yang kuat, perkasa, tidak emosional dan publik figur. Stereotype ini juga didukung oleh sikap perempuan sendiri yang memposisikan diri sebagai makhluk yang lebih rendah dari laki-laki. Kehidupan perempuan di Indonesia masih jauh di belakang dibanding dengan kehidupan perempuan di negara maju. Kurangnya commit to user xvii pengetahuan dan rendahnya tingkat pendidikan menambah parah keadaan ini. Tanggapan terhadap masalah ini disikapi dengan berbagai bentuk, salah satunya dengan mengangkat tema tentang perempuan ini ke dalam sebuah pertunjukan panggung, salah satunya pementasan teater di samping seni tari sebagai media pertunjukan. Pementasan teater bertema perempuan secara tidak langsung dapat menggambarkan keadaan masyarakat saat ini, seperti misalnya pementasan teater berjudul Wajah Sebuah Vagina yang dipentaskan oleh Klompok Tonil Klosed Surakarta. Melalui pementasan tersebut, sutradara mencoba mengkomunikasikan kondisi dan potret kehidupan seorang perempuan Indonesia yang mengalami berbagai konflik dalam hidupnya terkait dengan keadaannya sebagai perempuan. Pementasan teater yang akan dikaji di sini berjudul Wajah Sebuah Vagina. Awalnya berupa sebuah novel karya Naning Pranoto, kemudian dialihtekskan menjadi sebuah naskah teater oleh Wijang Wharek. Dengan judul yang sedemikian lugas, pementasan teater ini tidak melulu ingin menunjukkan kevulgaran dari kata vagina, namun pementasan ini hendak membawa pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis. Tema tentang kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan yang sejak dulu ada dinilai masih relevan hingga saat ini. Melalui garapan yang mengandung banyak komposisi gerak teater serta simbol-simbol teatrikal, pementasan teater ini berusaha commit to user xviii mengeksplorasi naskah pertunjukan secara gamblang dan khas garapan Klompok Tonil Klosed. Tema tentang perempuan telah banyak menginspirasi sejumlah penulis untuk membuat karya tentang perempuan. Novel Nawal El Saadawi “Perempuan di Titik Nol” yang bercerita tentang perempuan terpenjara, pementasan “Vagina Monolog”, sampai pada novel “Perempuan Berkalung Sorban” yang telah difilmkan. Tema perempuan tidak akan pernah habis, karena banyak sekali aspek yang bisa digali tentang perempuan, tentang feminisme, tentang kekerasan terhadap perempuan, diskriminasi perempuan maupun persoalan gender.

B. PERUMUSAN MASALAH