SINOPSIS ALUR CERITA PENGGAMBARAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM TEATER

commit to user lxviii dalam pementasannya banyak menggunakan lambang nonverbal yang multitafsir. Misalnya dalam pemilihan kostum, sutradara memilih penggunaan kostum dasar tertentu dan semua tokoh dapat memerankan beberapa tokoh yang diwakili. Seperti pada pementasan Klosed sebelumnya, sutradara Sosiawan Leak juga menggunakan pemain sebagai properti dan benda pementasan. Dalam pementasan Klosed, seorang aktor tidak melulu memerankan tokoh manusia saja, namun bisa juga menjadi sesosok benda mati maupun menjadi properti penunjang pentas. Hal ini disadari Sosiawan Leak sebagai ciri khas teater Klosed yang selalu mengeksplorasi gerak dan tubuh pemain. Komposisi-komposisi gerakan tersebut dinilai unik dan sangat personal bagi teater Klosed. Menurut sutradara, adanya bentuk komposisi gerakan tersebut menggambarkan bahasa yang nonverbal, selain dari dialog yang diucapkan oleh para pemain. Dalam pementasan Wajah Sebuah Vagina sendiri, bentukan-bentukan bahasa non-verbal sudah nampak pada pemilihan konsep artistik dan pemilihan kostum maupun konsep pementasan.

B. SINOPSIS

Pementasan teater ini mengisahkan seorang perempuan Jawa bernama Sumirah, yang sudah hidup menderita sejak remaja. Selain kemiskinan yang dialaminya, Sumirah harus kehilangan kehormatannya secara paksa oleh seorang lurah desanya. Cerita tentang kekerasan terhadap perempuan yang dialami oleh commit to user lxix Sumirah, seorang perempuan asal Jawa Tengah yang secara tidak langsung diperdagangkan ke Afrika oleh seorang pria asing dengan dalih menikahinya. Bukan kesenangan dan kebahagiaan yang didapatinya namun siksaan dan kekejaman yang malah menimpanya, hingga dia dikubur hidup-hidup di Afrika. Sumirah pergi ke kota dan terpaksa menjadi pelacur untuk membiayai hidupnya. Penderitaannya berkurang saat ia menikah dengan seorang sopir hotel. Suami Sumirah orangnya baik hati dan sangat sabar. Sumirah merasakan dunia baru saat ia menjual bir pada Mister Mulder atas petunjuk dari suaminya, karena Mister Mulder selalu memberi oleh-oleh pakaian yang bagus sampai akhirnya ia melamar Sumirah. Sumirah meninggalkan suaminya meskipun ia belum menikah dengan Mulder. Hidupnya berubah total karena ia menjadi nyonya gedongan, sampai suatu saat ia diajak ke Afrika Selatan dengan janji-janji dan bujuk rayu Mulder. Dan ini merupakan awal mula ia mengalami penderitaan-penderitaan yang disebabkan oleh Mulder. Ia menghadapinya dengan tabah. Sampai akhirnya ia ditolong oleh perempuan Afrika yang membantu Sumirah untuk menuntut keadilan dan hak-haknya sebagai seorang wanita.

C. ALUR CERITA

Bagian 1 Penerangan panggung tidak begitu terang. Di tengah panggung duduk dua orang perempuan muda dengan posisi menunduk. Kostum yang dikenakan berupa celana pendek longgar dan baju longgar tanpa kerah. Fokus lampu commit to user lxx mengarah pada mereka. Kemudian nampak seorang laki-laki memasuki panggung dengan sebuah tong yang dilapisi jerami kering di tangannya. Kemudian tong tersebut diletakkan di lantai, kepalanya dimasukkan ke dalam lubang tong tersebut lalu beteriak. Menyusul kemudian 2 orang laki-laki memasuki panggung diiringi suara musik rancak perkusi bernuansa Afrika. Ketiga laki-laki tersebut melakukan gerakan membentuk lingkaran dengan menggunakan tong tersebut mengelilingi kedua perempuan. Ketiga laki- laki saling berebut mendapatkan tong, seolah benda itu merupakan barang yang sangat berharga. Akhirnya 2 laki-laki mendapatkan tongnya sendiri dari panggung belakang. Lampu terfokus di tengah panggung. Kemudian mereka membentuk suatu komposisi gerakan membentuk lingkaran lagi, kali ini selain memasukkan dan mengeluarkan kepalanya pada tong, mereka juga memutar-mutar tong dan melakukan gerakan seperti sedang melakukan hubungan seksual dengan perantara tong tersebut, meneriakkan kata-kata kotor seperti “vagina”, “juicy”, “perempuan yang menggairahkan”, dan lain-lain. Mereka melakukan semacam gerakan-gerakan dengan mengeksplorasi tong tersebut hingga akhirnya nampak kelelahan dan duduk di sisi samping dan belakang perempuan. Lalu keluar panggung seiring dengan hilangnya suara musik berdentum. Bagian 2 Di panggung nampak 2 perempuan yang mulai bergerak, musik slow mengalun pelan. Kedua perempuan beradegan seperti orang yang sedang commit to user lxxi “petan” atau mencari kutu yang biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Perempuan yang bertubuh lebih kecil memeluk dari belakang. Sedangkan perempuan yang lebih besar mulai berdiri, menceritakan hidupnya yang diperlakukan semena-mena oleh seorang bernama Mulder. Dalam kisahnya dia bercerita tentang Benua Afrika yang berpenduduk asli kulit hitam, mempunyai fisik yang kuat dan daya tahan tubuh yang kuat. Namun Sumirah adalah orang Jawa yang tidak setangguh orang Afrika, sehingga dia tidak tahan dipertahankan seperti itu. Kedua perempuan yang memerankan Sumirah bergantian menceritakan kisah hidupnya tersebut. Pada saat cerita memuncak, kedua perempuan tersebut berdiri saling berhadapan dan saling meluapkan amarah, memaki seorang bernama Mulder. Lalu keduanya berlari, menghilang di balik panggung. Lampu fade out. Bagian 3 Nampak 4 pemain perempuan dengan kostum celana dan baju longgar tanpa kerah berbahan belacu memasuki tengah panggung, masing-masing membawa sebuah tong besar yang dilapisi jerami. Lalu meletakkan diri dengan terlentang di atas tong tersebut. Di bagian belakang panggung nampak tiga laki- laki dengan kostum yang sama menari-nari di bawah semacam saung beratapkan jerami kering. Diiringi musik berirama rancak perkusi dan terompet khas Afrika. Lalu musik berhenti. commit to user lxxii Salah satu laki-laki berteriak, menyapa para perempuan tersebut. Lalu terjadi dialog serempak koor antara ketiga orang laki-laki di panggung belakang dan keempat perempuan di tengah panggung. Keempat perempuan mulai bangkit dan berdiri, sambil membawa tong di punggungnya seperti orang sedang memanggul barang yang berat. Berjalan pelan membentuk lingkaran di tengah panggung. Sementara ketiga laki-laki masih berbicara dengan berteriak, bercerita tentang orang kulit putih yang menjajah Indonesia di masa lampau. Seketika keempat perempuan berubah arah, dan dengan ekspresi memendam amarah mereka terus berputar-putar dengan tong yang dibawanya tersebut. Pada saat ketiga laki-laki meneriakkan kata “Afrika”, seketika itu juga tong yang ada di tangan empat perempuan dinaikkan dan mereka memasukkan kepala ke dalam tong tersebut. Dalam tong tersebut, keempat perempuan juga meneriakkan kata “Afrika” berulangkali. Lalu salah seorang perempuan meletakkan tong di lantai, digunakan untuk tumpuan, ketiga perempuan masih mengangkat tongnya masing-masing, lalu keempat perempuan tersebut berteriak bersama-sama, mengatakan ingin pulang ke Jawa. Kemudian tong diayun-ayunkan dahulu sebelum akhirnya diletakkan di lantai dalam posisi berdiri. Keempat perempuan memasukkan sebagian tubuhnya ke dalam tong. Para pemeran Sumira bergantian menceritakan tentang perjalanannya sampai ke Afrika dengan naik kapal. Nampak gerakan sekuat tenaga untuk keluar dari tong namun tidak bisa. Hingga pada akhirnya bisa terlepas, keempatnya berdiri merapat di tengah panggung. Dengan ekspresi ketakutan menolak untuk commit to user lxxiii dikubur hidup-hidup. Seperti adakekuatan yang mendesak, hingga akhirnya mereka jatuh tersungkur ke lantai. Lampu fade out. Bagian 4 Penerangan panggung redup, empat perempuan kembali melintas memasuki panggung, kali ini dengan sedikit perubahan pada kostum yang dipakai. Seorang memakai bando berwarna merah muda dan kalung, seorang memakai kain “jarik”, seorang memakai daster berwarna biru, dan seorang lagi tetap memakai kostum yang sama dengan sebelumnya. Keempat perempuan berlarian melintasi panggung dengan membentangkan tangan dan mengucapkan dialog yang sama berulang-ulang. Hingga akhirnya berkumpul di sebuah sudut panggung, berlutut dengan tangan ditangkupkan seperti sedang berdoa dan menggumamkan beberapa kalimat. Lampu fokus pada keempat perempuan. Dalam posisi berlutut tersebut, berangsur-angsur keempat perempuan bangkit dan bergerak menuju tengah pangung. Diceritakannya pengalaman hidup Sumira yang sengsara menjadi perempuan. Sebagai seorang Sumirah, yang tergiur oleh bualan Mulder, mengira dia akan bahagia sampai di Afrika tepatnya kota Durban dan Johannesburg. Angan-angannya adalah menjadi seorang Nyonya Mira Mulder Klaas, namun nyatanya setelah dia diperlakukan semena- mena dan menjadi pemuas nafsu teman-teman Mulder, Sumira malah dikubur hidup-hidup selama 3 hari sebelum akhirnya diselamatkan oleh sekelompok pemuda Zulu bangsa Afrika. Berbagai perlakuan dari laki-laki diterima saja commit to user lxxiv dengan pasrah. Apalagi jika terpaksa menjadi seorang wanita tuna susila, maka harus siap menerima perbuatan tidak senonoh dari laki-laki yang memakainya. Lalu cerita flashback kembali ke masa kecil Sumira. Keempat perempuan berdiri berjajar di tengah panggung, dengan gesture seperti anak Sekolah Dasar yang tengah bercerita, kelihatan lugu dan malu-malu, sambil menggoyang- goyangkan badannya. Diceritakannya kehidupan sengsara di desa, yang makanan utamanya hanya berupa jagung, singkong dan gadung. Juga tentang kedua orangtuanya yang dibunuh lantaran dicurigai terlibat partai komunis, Barisan Tani Indonesia. Keempat perempuan mulai menari Jawa, yaitu pada saat bercerita tentang Sumirah yang kehilangan kegadisannya di tangan Lurah desanya. Lalu salah seorang pemain memegang kepala seorang pemain lainnya dan seperti akan memutarnya, kemudian berpindah ke pemain yang lain, saat menceritakan Sumirah yang diancam akan dibunuh oleh Lurah. Keempat perempuan berkumpul di tengah panggung dan menceritakan saat Sumira pergi ke Surabaya, menyususl tetangganya yang ternyata malah menjadikannya seorang pelacur. Dalam 5 tahunnya menjadi PSK, Sumira berpindah tempat dari satu kota ke kota yang lain hingga ke Jakarta. Muncullah gerakan pemain yang berbaris, menepuk-nepuk paha dan menghentak- hentakkan kaki ke lantai secara berirama seperti lagu “Naik Kereta Api”, dan berakhir menjadi gerak tablo seperti Patung Selamat Datang di Jakarta. commit to user lxxv Setelah posisi tablo tersebut, para pemain berdiri secara terpisah. Lalu seorang pemain berjalan mendekati pemain lainnya, mengecup tangannya dan memperlakukannya secara mesra seperti seorang kekasihnya. Adegan selanjutnya adalah bagaimana Pemain-pemain saling menceritakan kehidupan bahagia Sumira yang telah berganti nama menjadi Mira, Saat menceritakan tentang kekejaman Mulder keempat perempuan berdiri di tengah panggung, saling merapat dengan posisi saling membelakangi dan bergandengan tangan. Lalu komposisi gerakan berubah jadi semakin lebar dan berputar-putar. Gerakan berhenti saat mengucapkan kata “durban” secara serempak. Muncul tiga pemain laki-laki dengan memakai penutup kepala memposisikan berdiri di tengah panggung dengan sorotan cahaya spot yang mengarah ke arah ketiganya. Para pemain perempuan masuk ke belakang panggung. Tiga pemain laki-laki memposisikan diri membentuk segitiga, dua di belakang dan seorang di depan menghadap ke belakang. Kemudian seorang yang di depan melakukan gerakan salto ke belakang, seketika ditangkap oleh pemain di belakang. Lalu tubuh pemain tersebut diangkat ke atas dan seketika itu juga dijatuhkan ke lantai. Lampu berubah menjadi dua fokus yang menyatu di bagian tengahnya. Ketiga pemain membentuk komposisi yang menggambarkan tentang sebuah bus. Lalu muncul empat pemain perempuan ke dalam panggung, yang menjadi penumpang bus. Tiga orang pemain mengenakan sarung yang ditalikan pada commit to user lxxvi bahu dan seorang mengenakan tanktop. Seorang perempuan memakai surban berbincang dengan seorang yang memakai tanktop. Sementara para pemain laki- laki menjadi kursi untuk tempat duduk penumpang. Terjadi percakapan antara penumpang di dalam bus. Antara seorang wanita tua bernama Inyanga Sofia dan seorang gadis bernama Onto. Percakapan membahas tentang Sumira yang menjadi korban penganiayaan Mulder, yang saat itu ditemukan oleh Inyanga Sofia dalam keadaan hampir mati. Bagian 5 Seorang laki-laki bertelanjang dada dan bercelana pendek selutut, berlalri-lari mengelilingi panggung, berteriak-teriak seperti orang gila. Menyebut- nyebut nama Sumira. Sementara empat perempuan membawa tong masuk ke panggung, dengan melakukan gerakan berputar-putar. Berdialog menirukan ucapan Mister Mulder dan kedua lelaki dari belakang panggung. Mereka menceritakan tentang Mulder yang menjadi gila semenjak ditinggal oleh Sumira. Sedangkan keadaan sebenarnya Sumira juga dalam keadaan yang sekarat di tempat lain. Teriakan-teriakan saling tumpang tindih hingga akhirnya memuncak dan hilang. Lampu padam

D. KONSTRUKSI DRAMATIK TEATER