commit to user
xcii
2. Penganiayaan
Adegan 20
Signifikansi tahap pertama Denotasi Pesan Verbal: “Oleh mbak Dinah ternyata saya dijadikan pelacur”
Deskripsi: Seorang perempuan dengan rambut diikat dan sorot mata yang tajam
memegang tong berjerami yang lubangnya menghadap ke depan.
Signifikansi tahap kedua Konotasi
Setelah kejadian pemerkosaan oleh lurah desanya, Sumira pergi meninggalkan desa menyusul tetangganya yang bernama mbak Dinah ke
Surabaya yang katanya bekerja di restoran. Ternyata setelah bertemu dan ditampung oleh mbak Dinah yang ternyata adalah seorang mucikari, Sumira
dipaksa bekerja sebagai pelacur, dengan alasan untuk mengganti biaya hidup saat di sana. Walaupun sesama perempuan, namun mbak Dinah tega melakukan
hal tersebut, yaitu menjual tetangganya sendiri untuk dijadikan seorang pelacur.
commit to user
xciii Dalam adegan tersebut penggunaan tong adalah sebagai analogi dari alat
kelamin perempuan. Karena secara kasar pelacuran prostitusi adalah menjual vagina. wawancara dengan sutradara, Agustus 2010
Adegan 38b
Signifikansi tahap pertama Denotasi Pesan Verbal: “Aku tidak mau dikubur hidup-hidup untuk yang kedua kali...”
Deskripsi: Keempat perempuan pemeran tokoh Sumira membentuk komposisi
gerakan berputar-putar di tengah panggung dengan posisi saling memunggungi, adegan memuncak saat keempatnya berteriak. Hingga akhirnya semuanya jatuh
tersungkur jatuh ke lantai. Dengan ekspresi ketakutan pada wajah masing- masing, menunjukkan sedang dalam posisi terdesak. Semua pemain memakai
kostum yang sama tanpa alas kaki. Pencahayaan yang menyorot membentuk lingkaran sehingga fokus pada keempat pemain tersebut. Sumira menceritakan
saat-saat ia hendak dikubur hidup-hidup oleh Mulder untuk kedua kalinya.
commit to user
xciv
Signifikansi tahap kedua Konotasi
Adegan tersebut menunjukkan bahwa Sumira dalam posisi terdesak dan tersudut, tidak ada tempat untuk bersembunyi. Karena jika bersembunyi pada
sebuah benda properti yang digunakan di sini adalah tong maka sama saja tidak bersembunyi, masih akan bisa ditemukan. Adegan ini menggambarkan saat
Sumira sudah tidak tahan lagi dengan kekejaman yang dilakukan oleh Mulder. Selain membuatnya menjadi pelacur bagi teman-temannya, Mulder juga tidak
segan-segan untuk menyiksa. Sehingga Sumira tidak bisa berbuat apapun untuk melarikan diri dari Mulder, selain karena perasaan cintanya. Sedangkan Mulder
yang sudah menganggap Sumira sebagai barang dagangan tidak peduli lagi dengan janji-janji yang dulu pernah duicapkannya untuk membahagiakan Sumira.
Mitos Kekerasan Fisik Penganiayaan
Kekerasan fisik yang terjadi pada perempuan anak-anak umumnya akan membawa dampak psikologis di masa dewasanya. Sumira yang sejak kecilnya
mengalami kekerasan berupa pemerkosaan, akan membawa perasaan dendam sampai dewasa. Moore dalam Nataliani, 2004 menyebutkan bahwa efek
tindakan korban penganiayaan fisik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori. Diantaranya jika dewasa seorang anak tersebut akan bisa menjadi
negatif dan agresif serta mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis, ada yang tidak mempunyai kepribadian sendiri, ada yang sulit menjalin
relasi dengan individu lain dan ada pula yang timbul rasa benci yang luar biasa
commit to user
xcv terhadap hidupnya sendiri. Selain itu, Moore juga menemukan adanya kerusakan
fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal,juga rusaknya sistem syaraf. Dari artikel di sebuah website ditemukan bahwa Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2002-2003 menunjukkan perempuan di Indonesia yang pernah menikah cenderung memaklumi pemukulan yang diterima dari suaminya
karena suatu alasan. Di dunia satu dari tiga perempuan pernah dipukul, itulah sebabnya jutaan perempuan memerlukan pertolongan medis akibat kekerasan
berbasis gender.
Siswono, http:www.gizi.netcgi-
binberitafullnews.cgi?newsid 1076301474,83216 . Dari hal ini dapat dilihat
bahwa tindakan kekerasan terhadap perempuan dinilai biasa terjadi dalam rumah tangga. Oleh sebab itu perempuan menganggap hal tersebut merupakan
hal yang biasa dan layak mereka dapatkan karena dianggap masih tabu dalam masyarakat.
Sebuah data statistik dari Mitra Perempuan menunjukkan bahwa di tahun 2005 sekitar 4,74 anak-anak di bawah umur 18 tahun mengalami kekerasan.
Selain itu, dari kasus yang datang, 9 dari 10 perempuan mengalami 1 jenis atau bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran atau ekonomi, 9 dari
10 anak mengalami dampak yang mengganggu kesehatan jiwa. Bahkan sebanyak 26 orang mencoba bunuh diri, 16,26 terganggu kesehatan reproduksinya, serta
55,32 mengalami konflik domestik. Jurnal Perempuan edisi 45, 2005: 25-26 Setelah perempuan mendapatkan kekerasan fisik ada tiga hal yang
mereka lakukan. Hal tersebut yaitu:
commit to user
xcvi a
Mendiamkannya dan mengobati sendiri. Dalam budaya Indonesia, membicarakan masalah tersebut sama saja membuka aib keluarga
dan memperburuk citra. b
Meminta bantuan kepada relasi keluarga dan orang terdekat di luar keluarga.
c Menghubungi pelayanan kesehatan dan bantuan hukum. Jurnal
Perempuan 45, 2005: 27 Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan tersebut juga
dipengaruhi oleh ketidakadilan gender, yang menempatkan perempuan dalam status yang lebih rendah dari laki-laki. Ketidakadilan gender merupakan sistem
dan struktur di mana kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Namun pada umumnya, kaum perempuanlah yang menjadi korban.
Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, namun dilakukan juga oleh perempuan. Pada kasus penganiayaan tenaga
kerja Indonesia, pelakunya didominasi olem majikan perempuan. sementara dalam bisnis prostitusi, hal ini sama saja dengan melakukan kekerasan terhadap
perempuan yaitu menjual diri. Menurut wikipedia, pelacuran atau
prostitusi adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral
atau hubungan seks
, untuk
uang . Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini
sering disebut
dengan istilah
pekerja seks
komersial PSK http:id.wikipedia.orgwikipelacuran
commit to user
xcvii Dalam Convention for the Suppresion of the Traffic to Persons and of the
Prostitution of Others tahun 1949, Konvensi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan diratifikasi Pemerintah RI dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1984 dan terakhir pada bulan Desember 1993 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB perdagangan perempuan serta prostitusi paksa dimasukkan sebagai
bentuk kekerasan
terhadap perempuan
http:www.kesrepro.info?q=node184 . Hal ini menunjukkan pengakuan
bersama komunitas internasional bahwa dalam prostitusi, apa pun bentuk dan motivasi yang melandasi, seorang perempuan yang dilacurkan adalah korban.
G. Analisis Bentuk Kekerasan Non Fisik yang Dialami Tokoh Sumira