Kekerasan terhadap perempuan secara seksual

commit to user lxxxviii para pemain dibedakan melalui atribut atau properti pelengkap yang mendukungnya, yang mewakili peran yang diperankannya. Untuk mempermudah teknis di panggung, maka semua pemain memakai kostum yang sama, dan hanya memakai simbol tertentu untuk berubah menjadi peranan lain. wawancara dengan sutradara, 10 Agustus 2010

F. Analisis Bentuk Kekerasan Fisik yang Dialami Tokoh Sumira

Dalam perjalanan semasa hidupnya, tokoh Sumira mengalami berbagai bentuk kekerasan fisik

1. Kekerasan terhadap perempuan secara seksual

Adegan 48 Signifikansi tahap pertama Denotasi Pesan verbal: “Saya diperkosa oleh lurah desa saya saat berumur 13 tahun, setelah saya mendapatkan haid yang pertama.” Laki-laki: “Juicy” “Menggiurkan” commit to user lxxxix Deskripsi: Penerangan panggung terfokus pada 5 orang pemain. Nampak 2 orang pemain perempuan berada di tengah panggung, berdialog dan saling bercerita tentang kejadian pemerkosaan Sumira. Sedangkan tiga orang pemain laki-laki mengelilingi panggung dengan menggunakan properti tong yang diibaratkan seperti tubuh perempuan. Mereka memperlakukan tong seperti sedang berhubungan badan, dengan cara ditindih, dilempar dan digulingkan. Para pemain laki-laki bersahut-sahutan mengucapkan kata “juicy”, “menggiurkan”, “menggairahkan” serta teriakan kata-kata kotor lainnya. Signifikansi tahap kedua Konotasi Sumira diperankan oleh dua pemain perempuan, seorang bertubuh kecil dan seorang bertubuh besar. Para pemain bergantian berdialog menjadi Sumira, menceritakan kejadian saat ia diperkosa oleh Lurah di desanya yang bernama Pak Prakoso. Pak Prakoso adalah seorang yang kaya raya, yang kekayaannya untuk foya-foya dan main perempuan. Menurut cerita Sumira, setiap perempuan yang cantik di matanya pasti jadi korban nafsu syahwat lurah tersebut, termasuk Sumira yang saat itu berusia 13 tahun. Sumira menceritakan kejadian saat ia diperkosa oleh lurah desanya sewaktu kecil. Dia dicegat di tengah sawah ketika pulang sekolah. Lurah tersebut memanggil-manggil Sumira dengan dalih akan memberi bantuan biaya saya masuk SMP dan karena Sumira memang sangat ingin melanjutkan sekolah, karena nenek yang mengasuhnya sejak kecil, miskin sekali. Kalau gadis yang diincarnya tidak mau, maka keluarganya diteror. Karena ketidakberdayaannya, maka setelah kejadian pemerkosaan itu Sumira yang hanya hidup dengan neneknya tdak berbuat apa-apa selain menerimanya dengan pasrah. commit to user xc Penggunaan tong dalam adegan ini dimaksudkan sebagai Sumira maupun perempuan pada umumnya yang diperkosa dan dipermainkan oleh laki-laki. Tong dalam hal ini menyimbolkan perempuan atau kemaluan perempuan. Dalam korpus ini menunjukkan kejadian saat Sumira diperkosa oleh lurah desanya di usia remaja, yaitu pada umur 13 tahun. Mitos Kekerasan Seksual Berbagai penelitian di dunia menunjukkan bahwa prevalensi kekerasan seksual terhadap anak cukup tinggi, antara 1 hingga 21 persen perempuan pernah mengalami kekerasan seksual di saat mereka berusia di bawah 15 tahun. Moreno dkk, 2005. Sementara di Indonesia sendiri diperkirakan 17 hingga 25 anak perempuan pernah mengalami kekerasan seksual. Sementara menurut survey SEHATI pada tahun 2002 juga menunjukkan bahwa 17 perempuan yang diwawancarai mengaku pernah mengalami kekerasan seksual di bawah 15 tahun Hakimi dkk., 2002. Survey yang dilakukan UNICEF pada tahun 2002 di NTT menunjukkan bahwa 23 anak laki-laki dan 13 anak perempuan pernah dipukul, sementara lebih dari ¼ anak perempuan yang disurvey mengatakan pernah diperkosa. Tampubolon dkk., 2002. Kekerasan seksual merupakan kekerasan yang paling mengerikan karena kekerasan seksual ini biasanya diiringi oleh beberapa bentuk dan jenis kekerasan yang lain seperti kekerasan fisik, sosiologis maupun psikologis. Yang menjadi ironi biasanya pelaku pemerkosaan ini adalah orang yang kenal dekat dengan korban, bisa tetangga, pacar, saudara bahkan orang tua korban. Kekerasan seksual ini juga bisa terjadi di mana saja, bisa di lingkungan tempat tinggal atau tempat commit to user xci kerja. Khusus untuk kekerasan seksual terhadap anak, seringkali kasusnya baru terungkap setelah dewasa; ketika mereka akan memasuki masa pernikahan atau ketika mereka mengalami disfungsi atau gangguan seksual akibat trauma yang dialaminya. Biasanya yang menjadi korban kekerasan seksual adalah anak-anak di bawah usia 16 tahun dan pada umumnya dimulai ketika anak masih berusia sangat muda bahkan mereka belum mengenal arti perilaku seksual. Penganiayaan seksual melalui pemaksaan, ancaman, bujukan, memperdayakan, agar anak tertarik mau melakukan perbuatan yang bersifat seksual semi pemuasan kehendak nafsu seksual pelaku. Setelah mengalami tindak kekerasan seksual, sebagian besar korban akan bungkam. Beberapa hal yang menyebabkan korban tidak mampu mengungkapkan penganiayaan yang dideritanya karena: a Diancam oleh pelaku untuk merahasiakannya. b Takut bila orang tidak percaya pada ceritanya. c Menyalahkan dirinya sendiri, meyakinkan bahwa penganiayaan yang terjadi sebagai humuman atas tindakannya. d Merasa malu untuk menceritakannya kepada orang lain. e Khawatir dan takut bila penuturannya berakibat orang yang disayanginya kecewa. Airin, 2006. commit to user xcii

2. Penganiayaan