Teater sebagai Salah Satu Media Komunikasi

commit to user xxx merupakan hasil kerja kolaboratif dari sejumlah pikiran kreatif, yang menghasilkan suatu keutuhan, saling mendukung dan saling melengkapi. Unsur- unsur yang terlibat dalam proses pembuatan sebuah pementasan teater antara lain: sutradara, yang menemukan tema yang dimaksud kemudian mengungkapkannya ke dalam bentuk garapan; para aktor, serta tim artistik yang mengatur dan menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan keindahan audio dan visual yang meliputi setting, lighting, make up dan kostum, serta musik pengiring. Seluruh unsur yang terlibat dalam proses pementasan teater memiliki peranan yang sangat penting dan saling terkait satu sama lain. Apabila salah satu unsur tersebut mengalami gangguan, maka isi proses produksi dari pementasan tersebut juga akan mengalami gangguan. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang baik antar masing-maing unsur yang terlibat untuk menunjang kelancaran suatu proses produksi sehingga dapat tercipta suatu hasil karya yang memuaskan. Seni pertunjukan teater sebagai suatu hasil kebudayaan selalu mengalami perkembangan, mengikuti gerak kebudayaan. Kebudayaan muncul dan tumbuh di masyarakat sehingga segala gerak dan dinamisasi yang terjadi di masyarakat dapat mempengaruhi kebudayaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Teater sebagai Salah Satu Media Komunikasi

Teater merupakan salah saru media seni peran yang bisa berfungsi sebagai media komunikasi yang pada hakekatnya merupakan suatu wadah, commit to user xxxi tempat dari pengalaman manusia yang sudah diringkas-padatkan. Pengalaman yang terjadi dalam suatu konteks, dari suatu situasi kebudayaan aktual, yaitu saat di mana seseorang berada bersama yang lainnya dalam kehidupan yang kini dan nyata. Teater dapat dianggap sebagai gejala sosial karena ia mempresentasikan situasi sosial, suatu persekutuan sosial, ia membangun suatu kerangka sosial teretntu yang didalamnya para aktor merupakan bagian yang integral. Teater merupakan gejala sosial karena teater tidak mungkin terbentuk tanpa adanya sekelompok aktor. Kelompok aktor ini biasanya sangat menyatu, mereka begitu aktif, hidup dan kohesif, namun juga penuh dengan konflik, persaingan, intrik dan pertentangan. Pada saat bersamaan, sebuah lakon yang dimainkan oleh aktor-aktor tersebut merupakan serangkaian tindakan yang tokoh-tokohnya harus dihidupkan. Hal ini menjadi tidak mungkin tanpa adanya beberapa kerangka sosial bagi kelompok tersebut: mereka harus bertemu bersama, bersatu, membentuk afiliasi, terpecah-pecah, serta saling menyesuaikan cara interaksi dan lingkungan sosial bersama-sama. Pada setiap pertunjukan teater selalu terdapat penonton yang membentuk publik yang tidak jarang selera, kebutuhan, dan asal sosial mereka cukup beragam. Publik teater ini mungkin membentuk kelompok-kelompoknya sendiri yang anggotanya terdiri dari sekumpulan massa, mulai dari lingkungan kecil kenalan sampai pada sebuah komunitas Amin, 2001: 51. Karena teater commit to user xxxii selalu membutuhkan komunitas sebagai penyangga eksistensinya. Bahkan dalam teater tradisi, pertunjukan adalah bagian dari dinamika sosial komunitas atau masyarakat pendukungnya. Di sinilah, fungsi sosial teater menjadi penting karena dapat mengolah persoalan-persoalan sosial ke dalam pertunjukan. Dalam hubungannya dengan komunikasi, teater berperan sebagai sarana media penyampai pesan kepada khalayak. Pesan yang disampaikan dalam pementasan tersebut berupa pesan nonverbal yang diungkapkan dalam bentuk simbol. Dale G. Leather menyebutkan beberapa alasan mengapa komunikasi nonverbal sangat penting: pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika terjadi komunikasi tatap muka, gagasan dan pikiran lebih banyak tersampaikan melaui pesan-pesan nonverbal. Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat diampaikan lewat pesan nonverbal daripada pesan verbal. Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. Keempat, pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif memberikan informasi tambahan yang memperjelas makna dan pesan yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Kelima, pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Keenam, pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat Rahmat, 1996: 287-289. commit to user xxxiii Dalam sebuah proses penyampaian komunikasi, pesan merupakan hal yang utama Effendy, 1995: 1. Definisi pesan sendiri adalah segala sesuatu, verbal maupun nonverbal yang disampaikan komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi Vardiansyah, 2004: 23. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak, kemudian diciptakan lambang komunikasi sebagai media atau saluran dalam menghantarkan pesan berupa suara, mimik, gerak–gerik, bahasa lisan dan tulisan yang dapat saling dimengerti sebagai alat bantu dalam berkomunikasi. Pertunjukan teater sebagai produk kebudayaan dapat digunakan sebagai sarana untuk komunikasi menyampaikan pesan tertentu tema cerita yang disampaikan secara eksplisit maupun implisit melalui isyarat, ekspresi, gerak tubuh gesture, sikap, dan tanda-tanda atau lambang-lambang serta secara audio visual bertutur secara dramatik. Tanda dan lambang-lambang ini memiliki makna. Pada hakikatnya semua seni termasuk pertunjukan teater bermaksud untuk dikomunikasikan kepada khalayak. Oleh karena itu, sebagai hasil pengungkapan nilai maupun hasil ekspresi perasaan manusia, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Makna adalah balasan terhadap pesan, makna baru timbul jika ada seseorang yang menafsirkan lambang atau tanda yang bersangkutan dan berusaha memahami artinya. Tanpa ada penafsiran, lambang tetaplah lambang tanpa ada makna khusus yang menyertainya. Pesan dalam bentuk tanda atau lambang ini diharapkan dapat ditangkap dan diinterpretasikan oleh khalayak yang menyaksikan pertunjukan teater tersebut. Seberapa jauh commit to user xxxiv penonton dapat menangkap arti dan isi dari suatu pertunjukan teater yang dilihatnya, sangat tergantung dari latar belakang kebudayaannya, pengalaman hidup, pendidikan, pengetahuan dan perasaan, kepekaan artistik dan kesadaran sosial mereka. Pada dasarnya, persepsi visual dan auditif itu bersifat subyektif. Dua orang penonton teater yang mengamati sebuah pertunjukan teater yang sama akan membuat persepsi yang berbeda. Kepekaan akan sisi dramaturgi dan pengalaman serta sudut pandang sangat diperlukan untuk dapat mengenali dan mencermati sebuah bentuk pementasan teater. Akan tetapi, ada kepekaan lain yang lebih penting yaitu kepekaan untuk mengenali dan menemukan nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung di dalam sebuah karya. Sebagai media komunikasi, teater menggunakan sarana panggung serta unsur-unsur pendukung sebuah pementasan dalam penyampaian pesannya. Alat tersebut dapat berupa media tubuh si aktor, cara berakting, setting properti yang mendukung, ilustrasi musik, dan tentu saja kostum yang sangat menentukan. Sebuah pertunjukan teater yang diselenggarakan di sebuah gedung kesenian kemasannya mungkin akan berbeda dengan pertunjukan teater yang diselenggarakan di sebuah kampung ataupun di sebuah pondok pesantren. Dalam beberapa hal, teater atau yang dalam masyarakat kita lebih dikenal dengan istilah drama; kadang kala juga digunakan sebagai alat propaganda politik kepada masyarakat. Pada saat Indonesia mengadakan pesta demokrasi beberapa waktu yang lalu, banyak calon legislatif ataupun partai commit to user xxxv politik yang mengadakan kampanye di kampung dan mengemasnya sebagai sebuah pertunjukan teater yang mengandung pesan politik. Teater atau drama tersebut disisipi pesan-pesan tertentu yang dirasa akan mudah diterima oleh masyarakat dan tidak terkesan semata-mata kampanye. Seringkali juga dalam rangka memperingati hari-hari tertentu dan digelar demonstrasi, aksi teatrikal tak ketinggalan turut ambil bagian di dalamnya. Melalui aksi teatrikal, diharapkan pesan yang terkandung di dalamnya dapat tersampaikan. Menurut Vardiansyah 2004: 23 proses pengolahan pesan sendiri merupakan bagian proses komunikasi yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 1. Proses penginterpretasian pesan interpreting sebagai upaya mewujudkan motif komunikasi dalam diri komunikator. 2. Proses penyandian encoding, yaitu usaha untuk mengubah pesan yang abstrak menjadi konkret, berupa proses pembentukan dan pemilihan lambang komunikasi yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. 3. Proses pengiriman transmitting pesan dalam bentuk lambang komunikasi oleh komunikator. 4. Proses perjalanan pesan dalam bentuk lambang komunikasi oleh komunikator. 5. Proses penerimaan receiving dalam bentuk lambang komunikasi pada diri komunikan. 6. Prosen penguraian decoding dalam bentuk lambang komunikasi kembali kepada pesannya oleh komunikan. 7. Proses penginterpretasian pesan interpreting denotatif dan konotatif sebagaimana dimaksud komunikator yang terjadi dalam diri komunikan. Jadi melalui teater, terjadilah suatu proses penyampaian pesan yang kompleks mulai dari saat komunikastor menyampaikan pesan sampai pada akhirnya pesan tersebut dapat dipahami oleh audiens. Dalam objek kajian ilmu commit to user xxxvi komunikasi dipelajari tentang bentuk pesan itu sendiri, makna pesan dan penyajian pesan kepada khalayak. Pola, isyarat maupun simbol dalam pesan itu sendiri tidak mempunyai makna, karena hanya perubahan-perubahan wujud perantara yang berguna untuk komunikasi, akal budi manusia penggunanya, serta apa yang dilambangkan Kincaid Schramm, 1987: 55. Dunia dalam kehidupan manusia adalah dunia yang ditafsirkan segala sesuatunya menjadi sebuah makna: itulah sebabnya manusia berbahasa. Dalam bahasa manusia menemukan dunianya dan dalam bahasa itulah manusia berkomunikasi dan terjadilah pertukaran makna. Teater merupakan salah satu media yang dapat mempertemukan manusia dengan dunianya melalui sebuah pertunjukan di panggung dengan dengan bahasa dan maksud tertentu. Dalam sebuah pertunjukan teater terdapat komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal ditandai dengan penggunaan bahasa sebagai dialog yang diucapkan oleh para pemain. Bahasa adalah medium yang menjadi sarana dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Hal ini dapat dilakukan bahasa karena bahasa beroperasi sebagai sistem representasi. Sedangkan komunikasi non verbal dalam sebuah pertunjukan teater ditunjukkan melalui adegan, termasuk di dalamnya adalah gerak tubuh, ekspresi wajah, cara pengucapan, gaya berpakaian dan lain-lain Pearson Nelson, 2001: 75. Teater bisa berperan sebagai bahasa, melalui pertunjukan yang disajikan teater mengungkapkan maksudnya, menyampaikan pesan dan penonton commit to user xxxvii berhubungan dengannya. Dengan bahasa yang mudah dimengerti maka pesan yang tersirat akan dapat sampai kepada penonton. Terdapat kesepakatan di kalangan manusia untuk memberikan makna pada simbol-simbol yang mereka pakai. Namun seseorang yang tidak mengenal sandi kode atau ketentuan-ketentuannya, hanya akan dapat menerka saja makna simbol-simbol tersebut. Orang-orang tidak akan mempunyai makna yang tepat sama untuk simbol atau tanda yang sama, tetapi masing-masing makna yang dimiliki oleh mereka akan cukup mirip, dan mereka akan dapat menggunakan pesan yang sama itu bersama-sama, dengan begitu mereka berkomunikasi. Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Fatimah 1999: 6 mengatakan bahwa makna memiliki tiga tingkat keberadaan, yakni: 1 makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan, 2 makna menjadi isi dari suatu kebahasaan, dan 3 makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu. Pada tingkat pertama dan kedua dilihat dari segi hubungannya dengan penutur, sedangkan yang ketiga lebih ditekankan pada makna di dalam komunikasi.

5. Perempuan dalam Media Teater